Liputan6.com, Jakarta Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa hanya dengan berolahraga selama tiga detik, tiga kali seminggu, Anda bisa menjadi lebih kuat. Dalam studi ini, para ilmuwan meminta sukarelawan muda yang sehat untuk melakukan satu kontraksi bisep selama tiga detik, dua atau tiga kali seminggu, selama empat minggu.
Kelompok yang berolahraga dua kali seminggu tidak menunjukkan perubahan, tetapi kelompok yang berolahraga tiga kali seminggu menjadi lebih kuat. Kekuatan mereka dalam mengangkat beban meningkat rata-rata sebesar 2,5%, dan jika mereka menurunkan berat badan, peningkatan kekuatannya mencapai 3,9%.
Baca Juga
Profesor Kazunori Nosaka, pemimpin studi dari Universitas Edith Cowan di Australia, mengatakan, seperti yang dilaporkan oleh Mirror: “Penelitian kami menunjukkan bahwa olahraga teratur yang singkat lebih bermanfaat dibandingkan dengan satu atau dua sesi latihan besar dalam seminggu. Sekarang kami memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang titik kritis, di mana Anda mulai melihat manfaat nyata dari latihan minimal.”
Advertisement
Prof Nosaka menambahkan, “Adaptasi otot terjadi saat kita beristirahat, jadi otot membutuhkan waktu istirahat untuk meningkatkan kekuatan dan massa ototnya. Perlu dicatat bahwa latihan ini hanya berlangsung tiga detik, jadi waktu istirahat di antara latihan dalam penelitian ini hampir 28.800 kali lebih lama dibandingkan waktu latihan. Meskipun demikian, otot tampaknya lebih sering dirangsang, terutama oleh latihan penguatan otot dalam volume kecil.”
Prof Nosaka juga mengakui bahwa bagi sebagian orang, berolahraga selama 20 menit sehari mungkin tidak realistis, namun ia menyatakan bahwa hanya lima menit sehari bisa memberikan perbedaan.
Dia mengatakan, “Tentu saja, dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk mengonfirmasi hal ini, tetapi studi terbaru kami menunjukkan pentingnya melakukan olahraga sedikit-sedikit tetapi sering dalam seminggu.”
“Penting untuk dicatat bahwa olahraga meskipun sedikit, jika dilakukan secara teratur, dapat memberikan dampak positif bagi tubuh kita.”
Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan Universitas Kesehatan dan Kesejahteraan Niigata di Jepang.