Liputan6.com, Jakartan - Stroke terjadi ketika sirkulasi darah di otak terhambat atau ketika pembuluh darah di otak pecah. Penyumbatan atau pecah menghentikan darah dan oksigen dari mencapai jaringan otak.
Tanpa oksigen, jaringan dan sel di otak rusak dan mati dengan cepat, mengakibatkan berbagai gejala.
Baca Juga
Melansir dari Times of India, Senin (4/9/2023), ketika sel-sel otak mati, mereka tidak pulih dan bisa menyebabkan kerusakan yang tidak bisa diperbaiki, yang mengakibatkan gangguan fisik, kognitif dan mental. Sangat penting bahwa aliran darah yang memadai dan suplai oksigen ke otak dipulihkan secepat mungkin.
Advertisement
Mengenali faktor risiko stroke sangat penting
Memahami faktor risiko stroke sangat penting untuk pencegahan. Sementara beberapa faktor tidak terkendali, modifikasi gaya hidup dan intervensi medis bisa mengelola yang lain.
Merokok bisa meningkatkan risiko stroke. Konsumsi alkohol berlebihan juga meningkatkan tekanan darah dan faktor risiko.
Peningkatan kadar gula darah pada diabetes meningkatkan risiko pembentukan gumpalan dan kondisi seperti atrium fibrilasi berkontribusi terhadap pembentukan bekuan darah yang bisa melakukan perjalanan ke otak, dan kolesterol tinggi menumbuhkan endapan berlemak yang menyumbat arteri.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi
Hipertensi yang tidak terkontrol bisa merusak pembuluh darah yang menyebabkan stroke. Tekanan darah tinggi memengaruhi pembuluh darah di seluruh tubuh, menyebabkan mereka pecah atau menyumbat lebih cepat.
Arteri yang melemah atau tersumbat di otak meningkatkan risiko stroke secara signifikan, itulah sebabnya mengendalikan tekanan darahmu sangat penting untuk menurunkan risiko stroke.
Merokok
Konsumsi tembakau meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Merokok menyebabkan akumulasi plak di arteri, meningkatkan risiko gumpalan darah, menurunkan oksigen dalam darah dan membuat jantung bekerja lebih keras.
Menurut laporan WHO, 2 dari 5 kematian akibat stroke di bawah usia 65 terkait dengan merokok.
Laporan tersebut juga menyebutkan, "Sejak 1964, sejumlah laporan Surgeon General Amerika Serikat tentang tembakau telah menggambarkan hubungan antara merokok dan stroke.
Alkohol
Tak perlu dikatakan bahwa alkohol adalah akar penyebab beberapa ribu masalah dan seharusnya tidak mengejutkan bahwa itu juga salah satu penyebab utama stroke.
Menurut temuan, yang diterbitkan secara online di The Lancet Journal, risiko stroke bisa meningkat dengan meningkatnya asupan alkohol. Studi ini berfokus pada 1.60.000 individu Cina yang melaporkan kebiasaan minum mereka.
Mereka juga disaring untuk variasi gen yang umum pada orang Asia dan menghasilkan respons pembilasan setelah minum. Karena hanya 2% wanita yang mengonsumsi alkohol dibandingkan dengan 33% pria, jadi temuan ini difokuskan pada pria.
Advertisement
Obesitas
Obesitas bisa meningkatkan risiko stroke dengan menyebabkan peradangan yang disebabkan oleh jaringan lemak berlebih.
Hal ini bisa mengakibatkan penurunan aliran darah dan peningkatan kemungkinan penyumbatan, yang keduanya bisa mengakibatkan pukulan.
Kelebihan jaringan lemak telah dikaitkan dengan risiko serangan iskemik sementara yang lebih tinggi (mini stroke) terlepas dari faktor risiko pembuluh darah lainnya.
Obesitas, sebagaimana diukur dengan BMI, lingkar pinggang, atau rasio pinggang-ke-pinggul adalah faktor risiko substansial untuk stroke iskemik (stroke yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah daripada pembekuan), terlepas dari jenis kelamin atau ras.
Cara mencegahnya
Pencegahan terjadinya stroke otak dimulai dengan mengidentifikasi dan mengatasi faktor risiko yang bisa dikendalikan oleh diri sendiri.
Misalnya saja memantau tekanan darah secara rutin dan bekerja sama dengan dokter dalam menangani hipertensi, berhenti mengonsumsi produk tembakau dan alkohol, mengatur kada gula darah melalui pola makan yang tepat, olahraga dan pengobatan, dan yang terpenting adalah mengidentifikasi tanda dan gejala tepat waktu.