Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah kamu merasa cemas atau panik ketika handphone kamu tidak ditemukan? Apakah kamu mampu membayangkan hidup di tempat terpencil tanpa layanan seluler membuat kamu merasa takut? Jika iya, kamu mungkin sedang mengalami gejala Nomophobia.
Handphone sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia karena benda ini tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat jaringan sosial, kalender, penyimpanan penghasilan, dan sebagainya. Meskipun perangkat tersebut tidak diragukan lagi sebagai perangkat yang bermanfaat, segelintir pihak berpendapat bahwa ketergantungan yang berlebihan pada perangkat digital ini mungkin merupakan salah satu penyebab Nomophobia.
Faktanya, istilah Nomophobia diciptakan baru-baru ini untuk menggambarkan rasa takut tanpa ponsel. Hal ini tidak hanya mencakup kehilangan, kelupaan, atau kerusakan ponsel kamu, tetapi juga ketika jaringan handphone kamu berada di luar jangkauan. Tentunya, ini menjadi kekhawatiran yang semakin besar di dunia yang selalu terhubung sehingga bisa menjadi hal yang lebih penting dibandingkan yang lainnya.
Advertisement
Ketika seseorang kehilangan ponselnya atau berada di area yang tidak ada jangkauan sinyal, ini dapat menimbulkan perasaan tidak senang, cemas, atau bahkan perasaan takut dan panik. Rasa takut tanpa perangkat seluler seringkali dianggap sebagai tanda adanya masalah dalam penggunaan perangkat digital. Menurut para ahli, mungkin ini akan menimbulkan masalah yang merugikan pada kesejahteraan dan kesehatan mental.
Penggunaan ponsel yang terlalu sering berpotensi menyebabkan dampak negatif jangka pendek, seperti meningkatnya berbagai gangguan, tetapi juga dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang, seperti memperburuk masalah kesehatan mental yang sudah ada atau berkontribusi terhadap kecanduan perilaku. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai nomophobia ini, simak ulasan berikut ini, seperti yang dilansir dari halaman Verywell Mind pada Sabtu (14/10/23).
Asal-usul Nomophobia
Secara sederhana, Nomophobia adalah keadaan seseorang yang fobia bila tanpa ponsel. Istilah ini pertama kali diciptakan dalam sebuah penelitian tahun 2008 yang dilakukan oleh UK Postal Office. Dalam sampel lebih dari 2.100 orang dewasa, penelitian menunjukkan bahwa 53% peserta mengalami Nomophobia. Kondisi ini ditandai dengan perasaan cemas ketika seseorang kehilangan ponselnya, kehabisan daya baterai, atau tidak ada jangkauan seluler.
Studi tersebut mengungkapkan bahwa ketakutan ini bisa begitu kuat sehingga banyak orang tidak pernah mematikan ponselnya, bahkan pada malam hari atau ketika mereka tidak menggunakan ponselnya. Ketika ditanya mengapa mereka tidak pernah mematikan ponsel, 55% menyatakan perlunya tetap berhubungan dengan keluarga dan teman, 10% mengatakan mereka perlu dapat dihubungi karena alasan pekerjaan, dan 9% melaporkan bahwa mematikan ponsel membuat mereka cemas.
Meskipun penelitian mengenai fenomena ini masih terbatas, temuan yang ada menunjukkan bahwa nomophobia cukup umum terjadi. Sebuah penelitian terhadap pelajar di India menemukan bahwa lebih dari 22% peserta menunjukkan tanda-tanda nomophobia yang parah. Sekitar 60% dari mereka yang ikut serta dalam penelitian ini memiliki gejala kondisi sedang.
Advertisement
Tanda-tanda Nomophobia
Meskipun Nomofobia bukanlah diagnosis klinis, beberapa tanda yang umumnya diidentifikasi terkait dengan ketakutan ini berikut.
- Ketidakmampuan kamu untuk mematikan telepon.
- Kamu akan terus-menerus memeriksa ponsel untuk pesan, email, atau panggilan yang tidak terjawab.
- Kamu akan mengisi daya baterai bahkan ketika ponselmu hampir terisi penuh.
- Kamu membawa ponsel ke mana pun kamu pergi, bahkan ke kamar mandi.
- Kamu memeriksa berulang kali untuk memastikan bahwa kamu memiliki ponsel kamu tidak hilang atau tertinggal.
- Takut tanpa Wifi atau bisa terhubung ke jaringan data seluler.
- Khawatir akan hal-hal negatif yang terjadi dan tidak dapat meminta bantuan.
- Stres karena terputusnya keberadaan atau identitas online seseorang.
- Melewatkan aktivitas atau acara yang direncanakan untuk menghabiskan waktu di perangkat seluler.
Selain gejala emosional dan kognitif, seseorang mungkin juga akan mengalami gejala fisik. Misalnya, bernapas lebih cepat, detak jantung meningkat, berkeringat lebih banyak, dan mungkin gemetar. Mereka mungkin juga mulai merasa lemah atau pusing. Dalam kasus yang parah, gejala ketakutan ini dapat meningkat menjadi serangan panik.
Alasan Seseorang Tidak Bisa Tanpa Ponsel
1. Berguna untuk Tugas Sehari-hari
Kegunaan ponsel memainkan peran penting dalam rasa takut tanpa ponsel. Ponsel mampu melakukan banyak hal, orang-orang menggunakan ponsel untuk tetap terhubung, meneliti hal-hal yang mereka minati, menjalankan bisnis, hidup teratur, berbagi informasi pribadi, dan bahkan untuk mengelola uang.
Hal ini disebabkan orang-orang kini beralih ke ponsel untuk melakukan begitu banyak tugas penting, mungkin tidak heran bila orang-orang takut tanpa perangkatnya. Tanpa ponsel dapat membuat orang merasa terputus dan terisolasi dari aspek-aspek penting dalam kehidupan mereka termasuk teman, keluarga, pekerjaan, keuangan, dan informasi.
2. Paling Sering Digunakan Setiap Hari
Sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam Journal of Behavioral Addictions menemukan bahwa mahasiswa menghabiskan sembilan jam per hari di ponsel mereka. Para peneliti berpendapat bahwa penggunaan ponsel yang terus-menerus ini mewakili paradoks teknologi. Ponsel dapat memberikan kebebasan sekaligus penindasan. Manusia dapat berkomunikasi, mengumpulkan informasi, dan bersosialisasi, tetapi pada saat bersamaan, penggunaan ponsel dapat menyebabkan ketergantungan yang membatasi dan memicu stres.
3. Memiliki Teknologi yang Canggih
The National Institute on Drug Abuse for Teens menunjukkan bahwa kecemasan akan kehilangan ponsel mungkin lebih sering terjadi pada remaja dan dewasa awal. Generasi muda pada kelompok usia ini sebagian besar merupakan generasi digital native, artinya mereka lahir dan besar di era teknologi digital. Mereka memiliki pengalaman awal dengan komputer, internet, dan telepon seluler, perangkat ini sering kali menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
Advertisement
Cara Mengatasi Nomophobia
Apabila kamu merasa menderita Nomophobia atau merasa menghabiskan terlalu banyak waktu pada ponsel, ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk mengelola penggunaan perangkat dengan lebih baik.
1. Tetapkan Batasan
Tetapkan aturan untuk penggunaan perangkat pribadimu. Ini mungkin berarti menghindari perangkat seluler kamu pada waktu-waktu tertentu dalam sehari, seperti saat makan atau sebelum tidur.
2. Temukan Keseimbangan
Menggunakan ponsel bisa jadi sangat mudah untuk kamu menghindari kontak tatap muka dengan orang lain. Berfokuslah untuk melakukan interaksi pribadi dengan orang lain setiap hari.
3. Istirahat Sejenak
Mungkin sulit untuk menghentikan kebiasaan menggunakan ponsel, tetapi memulai dari hal kecil dapat membuat transisi menjadi lebih mudah. Mulailah dengan melakukan hal-hal kecil, seperti meninggalkan ponsel kamu di ruangan lain saat makan atau saat kamu melakukan aktivitas lain.
4. Temukan Cara Lain Untuk Mengisi Waktumu.
Apabila ternyata kamu menggunakan ponsel secara berlebihan karena bosan, coba cari aktivitas lain yang dapat mengalihkan perhatian kamu dari perangkat tersebut. Cobalah membaca buku, berjalan-jalan, berolahraga, atau melakukan hobi yang kamu sukai.
Menghentikan penggunaan ponsel sepenuhnya tidaklah realistis, tetapi mempelajari cara menetapkan batasan seberapa besar kamu mengizinkan ponsel mengendalikan hidupmu dapat membantu menghindari kamu dari nomophobia. Beristirahat sejenak dari ponsel, melakukan aktivitas yang terpisah dari ponsel, dan menemukan gangguan untuk membuat kamu sibuk daripada bermain ponsel tanpa berpikir panjang adalah awal yang baik.