7 Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Kamu Lakukan dalam Penerapan Growth Mindset, Apa Saja?

Berikut ini beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menerapkan pola growth mindset yang tepat.

oleh Wanda Andita Putri diperbarui 30 Nov 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2023, 08:00 WIB
4 Mindset yang Harus Dimiliki untuk Mengalahkan Insecure
Terapkan mindset ini untuk mengalahkan insecure. (pexels/andrea piacquadio).

Liputan6.com, Jakarta - Bila berbicara tentang pikiran, ada begitu banyak hal yang rata-rata manusia tidak tahu. Contohnya, gagasan perihal pola growth mindset. Banyak yang percaya bahwa kemampuan dan kecerdasan manusia tetap sama setelah beberapa waktu.

Segelintir orang mengira hal itu terjadi ketika lahir, sementara yang lain mungkin mengira hal itu terjadi setelah lulus kuliah. Namun, kenyataannya, pikiran manusia terus berkembang dan beradaptasi.

Sepenuhnya bergantung pada pandangan manusia perihal kecerdasan dan pembelajaran. Ide-ide ini muncul ketika Carol Dweck dari Universitas Stanford meneliti subjek tersebut. Dalam bukunya tentang masalah ini, dia berbicara perihal gagasan ini dan juga tentang solusi terhadap masalah stagnasi mental. Solusi tersebut adalah growth mindset.

Perlu diketahui bahwa seseorang tidak hanya mengikuti satu jalur dan akan mulai bertumbuh. Ada berbagai jebakan yang ada di dalamnya, salah satunya ialah pola growth mindset yang salah. Lantas, bagaimana cara agar terhindar dari hal tersebut? Berikut ulasannya, seperti yang dirangkum dari halaman Life Hack pada Selasa (29/11/23).

Apa Itu Pola Growth Mindset yang Salah?

Pada awal penelitiannya, ada dua pola pikir yang ditemukan oleh Carol Dweck. Pola pikir ini adalah growth mindset dan fixed mindset. Nah, cara kamu menentukan pola pikir mana yang kamu pilih di dasarkan pada cara kamu menghadapi kegagalan dan tantangan. Namun, pertanyaan dari mana pola pikir growth mindset yang salah ini berasal? Jawabannya ialah pada tahun 2016, Carol Dweck menemukan sesuatu yang salah dari growth mindset yang terangkum dalam kalimat berikut ini

"...mengatakan kamu memiliki growth mindset padahal sebenarnya kamu tidak memilikinya atau kamu tidak begitu memahaminya [apa itu]. Hal ini juga salah dalam artian tidak ada seorang pun yang memiliki pola growth mindset dalam segala hal sepanjang waktu," ujar Carol Dweck.

Memang mudah untuk berasumsi bahwa kamu memiliki pola growth mindset hanya karena kamu menyadari konsep tersebut, tetapi itu bukan berarti kamu tidak akan terjerumus dalam perjalanan pertumbuhanmu.

Apa Saja Anjuran dan Larangan dalam Pola Growth Mindset?

Ilustrasi insting, berpikir
Ilustrasi insting, berpikir. (Image by jcomp on Freepik)

Untungnya, ada solusi untuk mengatasi growth mindset yang salah. Berikut adalah beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan yang dapat kamu gunakan untuk memastikan bahwa kamu melakukan pola growth mindset yang tepat.

1. Ubahlah Cara Kamu Memuji

Baik untuk diri sendiri atau orang lain, cara kamu mengucapkan pujian penting diperhatikan agar tidak salah tafsir bagi penerimanya. Salah satu perbedaan utama antara mereka yang memiliki pola pikir tetap dan pola pikir berkembang adalah cara mereka dipuji.

Bagaimana kamu bisa mendapatkan pola growth mindset yang sebenarnya dibandingkan pola pikir yang salah, bergantung pada cara kamu menyampaikan pujian. Kuncinya adalah fokus memuji proses yang membuahkan hasil. Ini adalah pendekatan yang berbeda dibandingkan hanya memuji hasil atau upaya yang telah dilakukan. Melakukan hal ini dapat mencegah kamu terhindar dari pola growth mindset yang salah karena sebagian besar orang yang mengadopsi metode yang salah akan berfokus pada memuji upaya bukan proses.

2. Tekankan Tujuan Belajar

Tujuan belajar adalah tujuan yang memicu rasa ingin tahu dan mendorong seseorang untuk maju. Bisa dibilang semua tujuan ini didasarkan pada upaya karena memerlukan lebih banyak tindakan. Bagian tindakan penting karena belajar tidak melulu tentang mencapai nilai ujian di kelas. Tujuan pembelajaran fokus pada pemahaman topik demi menyelesaikan suatu tugas. Tentu saja semua individu ingin lulus dan itu penting, tetapi fokus kamu haruslah belajar lebih banyak daripada mencapai angka tertentu.

3. Jangan Memuji Pencapaian yang Tanpa Hasil

Yang dimaksud dengan ini adalah jangan terlalu fokus menyelesaikan sesuatu secepat mungkin. Kamu juga tidak boleh memberikan pujian jika sesuatu diberikan kepada kamu dalam waktu singkat. Jika sesuatu diperoleh tanpa mengeluarkan banyak keringat atau tanpa mempelajari apa pun maka itu bukanlah waktu yang dihabiskan dengan baik. Dalam situasi seperti itu, ada baiknya melihat kembali tujuan kamu atau beralih ke hal lain.

4. Lakukan Upaya untuk Meraih Kesuksesan

Kemampuan Berpikir Analitis yang Tajam
Orang dengan kecerdasan superior memiliki kemampuan berpikir yang tajam (foto: Pexels/Cottonbro Studio)

Meskipun seseorang harus menghindari pujian berdasarkan upaya, tetapi faktanya tetap ada bahwa kamu perlu berupaya untuk berhasil. Jika kamu tidak bekerja keras dan cerdas maka kamu tidak akan mampu menyelesaikan masalahmu. Dengan mengingat hal ini, pastikan untuk memasukkan strategi, rencanam dan menetapkan tujuan yang kuat dan akan membawa kamu menuju kesuksesan versi dirimu sendiri.

5. Jangan Melabeli Diri Sendiri atau Orang Lain sebagai Orang Cerdas

Memang setiap orang bisa menjadi cerdas, tetapi hal itu bukan sesuatu yang perlu dipamerkan. Kata "pintar" mengisyaratkan bahwa kamu atau orang lain memiliki kemampuan bawaan dengan kecerdasan yang lebih tinggi. Meskipun kemampuan bawaan kamu memang penting, banyak dari individu yang melebih-lebihkan betapa pentingnya kemampuan tersebut dalam skala umum atau dalam mata pelajaran tertentu.

Ingatlah bahwa banyak orang berhenti belajar secara aktif setelah mereka memiliki gelar. Dengan kata lain, kebanyakan orang mengaitkan kecerdasan mereka dengan tingkat tinggi dan merasa tidak perlu belajar lebih banyak lagi.

6. Terima Kesalahan

Kesalahan adalah bagian dari proses dan dibutuhkan agar individu bisa berkembang. Bila kamu ingin mengembangkan pola growth mindset yang sejati, kamu harus menerima kesalahanmu. Kesalahan juga akan menjadi pembelajaran berharga agar kamu dapat lebih baik ke depannya. 

7. Membuat Kesalahan Bagian dari Model Pembelajaran

Kamu tidak hanya harus menerima kesalahan, kamu juga harus memasukkannya ke dalam proses pembelajaran. Kamu tidak perlu berada dalam suasana sekolah untuk menerapkan ini. Misalnya, perusahaan membawa mesin baru atau memperkenalkan konsep baru yang sulit kamu hadapi. Daripada menggerutu, ambillah langkah mundur dan soroti masalah secara spesifik yang sedang kamu hadapi. Dari sana, pergi dan carilah bantuan. Ini bisa dilakukan di dalam kantormu sendiri atau kamu bisa beralih ke internet.

Infografis Journal_Fakta Tren Istilah Healing Bagi Pengguna Media Sosial
Infografis Journal_Fakta Tren Istilah Healing Bagi Pengguna Media Sosial (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya