Liputan6.com, Jakarta Militer Israel telah menutup gerbang depan rumah sakit terbesar di Gaza, Rumah Sakit al-Shifa, tempat ribuan orang yang terluka dan terlantar terjebak di tengah pemboman intensif Israel.
Pasukan Israel telah mengepung Rumah Sakit al-Shifa pada Sabtu pagi, mencegah ambulans memasuki atau meninggalkan fasilitas tersebut, di mana persediaan medis dan makanan semakin menipis.
Advertisement
Baca Juga
“Mereka menyerang dan menghancurkan gerbang depan kompleks medis utama di Jalur Gaza karena pasien dan ribuan warga Palestina masih berada di halaman rumah sakit ini,” kata Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera.
Advertisement
“Orang-orang itu saat ini benar-benar terjebak oleh pasukan Israel yang ditempatkan di berbagai sektor yang mengelilingi seluruh tempat. Mereka tidak lagi mampu menggerakkan ambulans untuk membawa korban dan orang terluka dari daerah sasaran. Orang-orang terjebak dan kekurangan makanan.”
Abu Azzoum mengatakan bahwa penembak jitu dan artileri Israel juga menargetkan siapa pun yang bergerak di luar rumah sakit.
Direktur Al-Shifa Muhammad Abu Salmiya menggambarkan daerah sekitar rumah sakit sebagai “medan perang”, namun mengatakan staf rumah sakit telah berjanji untuk menemani pasien sampai “saat terakhir”.
“Kami tidak akan pergi, karena kami tahu jika kami meninggalkan rumah sakit, puluhan pasien akan meninggal,” kata Abu Salmiya kepada Al Jazeera.
Peningkatan pemboman terjadi setelah serangan Israel terhadap Rumah Sakit al-Shifa pada Jumat pagi yang menewaskan sedikitnya 13 orang dan melukai beberapa lainnya, menurut Kementerian Kesehatan di daerah kantong yang dikuasai Hamas.
Para pejabat kesehatan mengatakan pada Jumat malam bahwa tank-tank Israel mendekati setidaknya empat rumah sakit di Gaza utara dari segala arah.
Ketika pertempuran meningkat pada Jumat malam, Marwan Jilani, direktur jenderal Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina, mengutuk Israel di Dewan Keamanan PBB di New York karena menyerang rumah sakit.
“Orang-orang yang kehilangan tempat tinggal di rumah sakit banyak yang tertembak saat ini,” kata Jilani.
“Mereka bertanya, 'Apa yang bisa kami lakukan? Ke mana kami bisa pergi?’ Ribuan nyawa tak berdosa berada dalam ancaman.”
WHO menyuarakan keprihatinan
Ketua Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyuarakan keprihatinannya, dengan mengatakan dia “sangat terganggu” dengan situasi di Rumah Sakit al-Shifa.
“Banyak dari ribuan orang yang berlindung di rumah sakit terpaksa dievakuasi karena risiko keamanan, sementara banyak yang masih bertahan di sana,” tulisnya di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
“WHO sangat memperhatikan keselamatan pasien, petugas kesehatan, dan mereka yang berlindung di rumah sakit. Mereka membutuhkan perlindungan segera.”
Israel mengklaim rumah sakit tersebut digunakan oleh Hamas sebagai pusat komando, namun hal ini dibantah oleh staf al-Shifa dan kelompok bersenjata.
Daerah sekitar al-Shifa telah dibom setidaknya lima kali sejak Kamis, menurut pejabat kesehatan Gaza, sementara pasukan Israel juga menyerang Pusat Medis al-Nasr, Rumah Sakit al-Quds dan Rumah Sakit al-Rantisi.
WHO telah mengkonfirmasi bahwa setengah dari 36 rumah sakit di Gaza tidak berfungsi dan dua pertiga dari fasilitas perawatan primer tidak berfungsi di tengah pertempuran.
Setidaknya 11.078 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak dimulainya perang Israel-Hamas, menurut pejabat kesehatan Palestina.
Lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dibunuh oleh Hamas dalam serangan mendadak kelompok bersenjata tersebut terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, menurut para pejabat Israel.
Advertisement
Israel Revisi Jumlah Korban Tewas Serangan Hamas 7 Oktober 2023, dari 1.400 jadi Sekitar 1.200
Pemerintah negara yang dipimpin Benjamin Netanyahu mengeluarkan data revisi jumlah korban tewas akibat serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu. Disebutkan bahwa jumlahnya menjadi sekitar 1.200 orang, dibandingkan perkiraan pemerintah sebelumnya sebanyak 1.400 orang.
"Sekitar 1.200 orang adalah jumlah resmi korban pembantaian 7 Oktober," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Haiat pada hari Jumat dalam pernyataan tertulis, menurut kantor berita Reuters.
Angka tersebut telah diperbarui pada hari Kamis, kata Lior Haiat.
Menurut Haiat, jumlah tersebut direvisi karena jasad-jasad tak dikenal yang sebelumnya termasuk dalam penghitungan kemungkinan adalah milik Palestina," kata kantor berita AFP seperti dikutip Sabtu (11/11/2023).
Prancis Desak Israel Stop Bom Warga Sipil Palestina di Gaza
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa tidak ada pembenaran atas pengeboman Israel terhadap bayi, wanita, dan orang lanjut usia di Gaza.
Macron menyampaikan hal itu kepada BBC sehari setelah konferensi bantuan kemanusiaan di Paris mengenai perang Hamas Vs Israel sejak 7 Oktober. Dia menyerukan gencatan senjata, dengan mengatakan hal itu akan menguntungkan Israel.
Kesimpulan yang jelas dari semua pemerintah dan lembaga pada pertemuan puncak pada Kamis, tegas Macron, adalah bahwa tidak ada solusi lain selain pertama jeda kemanusiaan yang dilanjutkan dengan melakukan gencatan senjata, yang akan memungkinkan perlindungan semua warga sipil.
"De facto – saat ini, warga sipil dibom. Bayi-bayi ini, wanita-wanita ini, orang-orang tua ini dibom dan dibunuh. Jadi, tidak ada alasan untuk itu dan tidak ada legitimasi. Kami mendesak Israel untuk berhenti," ujar Macron, seperti dilansir The Guardian, Sabtu (11/11/2023).
Advertisement