Tanda-Tanda Love Bombing Ini Kerap Diabaikan Korbannya, Apa Kamu Termasuk?

Salah satu perilaku yang sering muncul di fase awal hubungan dan tampak seperti cinta yang tulus adalah love bombing. Lantas, apa sebenarnya love bombing itu, dan apakah kamu mungkin menjadi salah satu korbannya?

oleh Sulung Lahitani diperbarui 28 Sep 2024, 14:03 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2024, 14:03 WIB
Ilustrasi pasangan cinta, romantis, bahagia
Ilustrasi pasangan cinta, romantis, bahagia. (Photo by Derek Randolph/Pexels)

Liputan6.com, Jakarta Dalam setiap hubungan romantis, kita semua tentu menginginkan pasangan yang penuh perhatian, peduli, dan romantis. Namun, terkadang perhatian yang berlebihan di awal hubungan bisa menjadi tanda bahaya yang perlu diwaspadai. Salah satu perilaku yang sering muncul di fase awal hubungan dan tampak seperti cinta yang tulus adalah love bombing. Lantas, apa sebenarnya love bombing itu, dan apakah kamu mungkin menjadi salah satu korbannya?

Apa Itu Love Bombing?

Love bombing adalah sebuah strategi manipulatif di mana seseorang memberikan perhatian, pujian, dan kasih sayang secara berlebihan kepada pasangannya di awal hubungan. Tujuannya adalah untuk menciptakan ketergantungan emosional yang sangat kuat, sehingga korban merasa terikat dan sulit untuk melepaskan diri. Namun, setelah fase serangan cinta ini, pelaku biasanya mulai menunjukkan perilaku yang tidak sehat seperti pengendalian, manipulasi, atau bahkan pelecehan emosional.

Walaupun tampak seperti bentuk kasih sayang yang ideal, love bombing sebenarnya adalah awal dari pola hubungan yang tidak sehat. Motifnya bukanlah untuk mencintai, melainkan untuk mengendalikan. Berikut ini adalah tujuh tanda yang menunjukkan bahwa kamu mungkin sedang terjebak dalam love bombing dalam hubunganmu.

 

1. Kamu Mendapatkan Terlalu Banyak Pujian dalam Waktu Singkat

Menguji Kesabaran dengan Sikap Aneh yang Kamu Tunjukkan
Ilustrasi pasangan. Credit: pexels.com/pixabay

Salah satu tanda yang paling mencolok dari love bombing adalah pujian yang berlebihan. Pada tahap awal sebuah hubungan, pelaku love bombing sering kali terus-menerus memuji betapa hebatnya dirimu, mengagumi kecantikan atau ketampananmu, bahkan mungkin sudah menyebutmu sebagai cinta sejati setelah hanya beberapa kali bertemu.

Meskipun kita semua suka menerima pujian, terlalu banyak pujian dalam waktu singkat bisa menjadi tanda bahaya. Pelaku love bombing menggunakan pujian ini untuk membuatmu merasa istimewa dan tak tergantikan, sehingga menumbuhkan ketergantungan emosional yang membuatmu sulit berpikir jernih tentang hubungan tersebut. Kamu mungkin merasa terbuai oleh kata-katanya yang manis, namun penting untuk bertanya pada dirimu sendiri: apakah hubungan ini bergerak terlalu cepat?

2. Perhatian yang Berlebihan Terasa Membanjiri

couple
Ilustrasi pasangan cinta/copyright unsplash.com/Taisiia Stupak

Love bombing sering kali ditandai dengan perhatian yang berlebihan. Pelaku mungkin akan terus-menerus menghubungi, mengirim pesan setiap saat, menelepon tanpa henti, atau bahkan selalu ingin bertemu. Pada awalnya, semua ini mungkin terasa menyenangkan, seolah-olah pasanganmu sangat tertarik dan peduli padamu.

Namun, penting untuk memperhatikan bagaimana perasaanmu terhadap perhatian ini. Jika kamu mulai merasa lelah atau kewalahan dengan intensitas perhatian yang diberikan, itu bisa menjadi tanda love bombing. Dalam hubungan yang sehat, seharusnya ada ruang bagi masing-masing individu untuk bernapas dan menjalani kehidupan mereka sendiri, bukan terjebak dalam kehadiran yang begitu mendesak.

3. Semua Terjadi Terlalu Cepat

Ilustrasi pasangan, suami istri
Ilustrasi pasangan, suami istri. (Photo by Marc A. Sporys on Unsplash)

Dalam hubungan yang sehat, perasaan dan komitmen biasanya berkembang secara bertahap dan alami. Namun, situasi love bombing berbeda; segalanya bisa bergerak dengan sangat cepat. Pelaku sering kali langsung membicarakan topik besar seperti pernikahan, anak-anak, atau masa depan bersama hanya dalam beberapa minggu atau bulan setelah perkenalan.

Ini adalah bagian dari strategi mereka untuk membuatmu merasa bahwa hubungan ini sangat penting dan istimewa. Namun, jika semuanya terasa terlalu cepat hingga membuatmu bingung atau tertekan, ingatlah bahwa ini mungkin bukan cinta sejati, melainkan bentuk manipulasi.

4. Dia Mulai Menuntut Waktumu Secara Penuh

Ilustrasi menikmati malam minggu bersama pacar
Ilustrasi menikmati malam minggu bersama pacar. (Foto oleh Trung Nguyen: https://www.pexels.com/id-id/foto/cahaya-liburan-pasangan-malam-5086357/)

Pelaku love bombing seringkali berusaha mengendalikan waktu yang kamu miliki. Mereka mungkin mengajakmu ke tempat-tempat romantis, mengatur kencan mendadak yang menyentuh hati, dan memberikan kejutan-kejutan manis tanpa henti.

Namun, di balik semua perhatian ini, tersembunyi keinginan kuat untuk mengontrol, sehingga kamu kehilangan waktu untuk diri sendiri atau orang-orang terdekatmu. Jika pasanganmu mulai menunjukkan kecemburuan saat kamu bersama teman atau keluarga, atau marah ketika kamu tidak segera membalas pesannya, ini bisa menjadi tanda bahwa hubunganmu mungkin tidak sehat.

5. Kamu Merasa Terlalu Bergantung Emosional

tangan pasangan cinta
ilustrasi hubungan cinta/Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Dalam skenario love bombing, pelaku berusaha keras untuk menciptakan ketergantungan emosional pada dirimu. Mereka ingin kamu merasa bahwa hidup tanpa mereka adalah sesuatu yang mustahil, atau bahwa kebahagiaanmu sepenuhnya tergantung pada keberadaan mereka.

Seiring berjalannya waktu, kamu mungkin mulai merasa kehilangan identitas diri dan merasa perlu menyesuaikan diri dengan keinginan pasanganmu. Rasa kebutuhan untuk mengorbankan keinginan dan kebutuhanmu demi kebahagiaan mereka menjadi semakin nyata. Ini adalah tanda bahwa kamu mungkin berada dalam hubungan yang manipulatif.

6. Pasanganmu Terlalu Mengendalikan

ilustrasi pasangan
Ilustrasi pasangan dengan cinta tulus. /copyright freepik.com/prostooleh

Setelah masa-masa awal cinta yang penuh gairah berlalu, sering kali pasangan mulai memperlihatkan sifat-sifat yang mengendalikan. Mereka mungkin mulai mengatur pilihan pakaianmu, menentukan siapa yang boleh kamu temui, atau bahkan memantau aktivitasmu di media sosial.

Semua tindakan ini biasanya disamarkan dengan alasan kepedulian atau perlindungan terhadap dirimu. Dengan kata-kata yang manis, mereka mungkin mengklaim bahwa mereka hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Namun, di balik itu semua, sebenarnya ini adalah cara mereka untuk mengendalikan hidupmu dan memastikan kamu sepenuhnya bergantung pada mereka.

7. Kamu Mulai Merasa Terjebak dan Takut Kehilangan Mereka

Menyiapkan Dinner Romantis di Rumah
Ilustrasi Makan Malam Bersama Pasangan Credit: unsplash.com/Christian

Di suatu saat, kamu mungkin mulai menyadari bahwa hubungan ini tidaklah sehat, namun rasa takut menghalangimu untuk mengakhirinya. Pelaku love bombing sering kali menciptakan ilusi bahwa hubungan ini adalah yang terbaik yang bisa kamu miliki, dan jika kamu memutuskan untuk pergi, kamu akan kehilangan segalanya.

Rasa terjebak dalam hubungan ini bisa muncul meskipun kamu menyadari ada yang tidak beres. Ketakutan akan kehilangan perhatian dan kasih sayang yang pernah diberikan di awal hubungan sering kali membuatmu bertahan lebih lama dari yang seharusnya.

Langkah yang Harus Diambil

Jika kamu merasa sedang menjadi korban love bombing, penting untuk segera mengambil tindakan. Pertama, berikan dirimu waktu dan ruang untuk berpikir jernih mengenai hubungan ini. Bicaralah dengan teman atau anggota keluarga yang dapat memberikan pandangan yang lebih objektif.

Mereka mungkin bisa melihat tanda-tanda bahaya yang mungkin telah kamu abaikan. Hubungan yang sehat adalah ketika kedua belah pihak merasa nyaman, dihargai, dan memiliki ruang untuk menjadi diri sendiri. Jika kamu merasakan pasanganmu berusaha mengendalikan atau membuatmu merasa tertekan, itu adalah indikasi bahwa hubungan tersebut mungkin tidak sehat.

Infografis perawatan kecantikan
Infografis Macam-Macam Perawatan Kecantikan Terkini. (Dok: Liputan6.com/abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya