Liputan6.com, Jakarta PT Roche Indonesia Pharmaceutical, bekerja sama dengan Siloam Hospitals, menyelenggarakan rangkaian diskusi Early Breast Cancer Academy of Excellence (EBC Academy Excellence). Acara ini menjadi ajang diskusi bagi tenaga kesehatan untuk membahas pendekatan inovatif dalam mendeteksi dan menangani kanker payudara pada stadium awal, yaitu stadium 0 (pra-kanker) dan stadium 1, ketika sel kanker belum menyebar.
Diskusi ini menyoroti pentingnya deteksi dini dan kolaborasi melalui Multidisiplin Tim (MDT). Menurut Dr. dr. Denni Joko Purwanto, SpB. Subsp.Onk(K), Dokter Spesialis Bedah Onkologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, MDT melibatkan berbagai profesi medis seperti dokter bedah, radiologi, patologi, hingga perawat untuk memastikan pasien mendapatkan diagnosis dan penanganan yang optimal.
Baca Juga
"Kolaborasi ini memungkinkan setiap rumah sakit untuk menyusun panduan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga deteksi dini kanker payudara bisa lebih efektif meskipun jumlah dokter masih terbatas di beberapa daerah," ujar Dr. Denni.
Advertisement
Dr. Denni menambahkan, remisi atau kesembuhan kanker payudara sangat mungkin dicapai jika ditemukan pada tahap awal. Beberapa metode seperti core biopsi, vacuum-assisted breast biopsy (VABB), dan prosedur eksisi mampu mengidentifikasi sel abnormal yang berpotensi menjadi kanker.
Sebagai contoh, karsinoma duktal in situ (sel abnormal di saluran susu) yang ditemukan pada stadium 0 memiliki tingkat kesembuhan hampir 99%. Dengan metode deteksi yang tepat, risiko perkembangan kanker bisa dicegah.
Peran Dokter Umum dan Edukasi Masyarakat
Dr. Fajar Lamhot Gultom, Sp.PA, Dokter Spesialis Patologi Anatomi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, menekankan pentingnya pemahaman dasar onkologi bagi dokter umum dan perawat. “Sebagai tenaga medis yang pertama kali ditemui pasien, mereka harus mampu mengenali tanda-tanda awal kanker, seperti benjolan yang mencurigakan, sehingga pasien bisa segera dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut,” jelasnya.
Ia juga meluruskan mitos bahwa biopsi menyebabkan penyebaran kanker. “Jarum halus yang digunakan dalam biopsi tidak memicu penyebaran sel kanker, dan prosedur ini dilakukan oleh dokter kompeten dengan standar yang aman,” tegasnya.
Dalam sambutannya, Direktur MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Dieta Parengkuan, menyoroti kanker payudara sebagai jenis kanker terbanyak pada perempuan di Indonesia. Berdasarkan data Globocan 2022, tercatat 66.271 kasus baru dengan 22.598 kematian akibat kanker payudara di Indonesia.
"Deteksi dini dan edukasi menjadi kunci untuk menekan angka ini. Melalui acara seperti EBC Academy Excellence, kami berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya pemeriksaan dini," ujar dr. Dieta.
Advertisement
Harapan dapat memperkuat sinergi tenaga kesehatan
Perwakilan PT Roche Indonesia Pharmaceutical, Febby Ramaun, menambahkan bahwa inisiatif ini sejalan dengan program Global Breast Cancer Initiative (GBCI) dari WHO. Program tersebut bertujuan menurunkan angka kematian akibat kanker payudara sebesar 2,5% per tahun selama dua dekade mendatang.
"Pendekatan multidisiplin dan pemeriksaan komprehensif dapat meningkatkan harapan hidup pasien serta memperbaiki kualitas hidup mereka," jelas Febby.
Acara ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk terus memperkuat sinergi tenaga kesehatan, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan memperluas akses layanan kesehatan yang berkualitas. Dengan upaya yang terintegrasi, kanker payudara dapat dideteksi lebih awal, memberikan peluang hidup yang lebih besar bagi pasien di seluruh Indonesia.
