Salam Beta: Membangun Minat Baca Anak Sejak Usia Dini

Dari pertemuan 2 sejoli saling mencintai, berdirilah Salam Beta. Komunitas sosial dengan tujuan utama membangun minat baca anak sejak dini.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Sep 2013, 04:10 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2013, 04:10 WIB
130925asalambeta.jpg
Citizen6, Yogyakarta: Salam Beta adalah komunitas sosial yang bergerak pada pendidikan dengan tujuan utama
membangun minat baca anak-anak sejak usia dini. Terbentuk pada 8 Desember 2013, bermula dari pertemuan para relawan saat terjadi erupsi merapi 2010.

Pertemuan itu lalu berlanjut dengan munculnya ide memberikan "kenang-kenangan" pada adik-adik yang merupakan peserta kegiatan trauma healing. Setelah melalui proses musyawarah, akhirnya disepakati "kenang-kenangan" yang akan diberikan kepada adik-adik di lereng merapi berupa pengadaan rumah baca.

Sebelum proses pengadaan itu dilaksanakan, pihak masyarakat setempat dihubungi terlebih dahulu terkait ide tersebut. Sambutan masyarakat pun antusias, dan mendukung pengadaan rumah baca itu.

Pertimbangan untuk mengupayakan pengadaan rumah baca karena anak-anak di dusun tersebut rata-rata hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan paling tinggi Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Ada cerita bahagia dan cukup unik dibalik pertemuan antar relawan ini. Dikisahkan, ada sepasang sejoli yang menemukan cintanya di posko yang bertempat di Magelang ini.

Berawal dari perkenalan dan pendekatan untuk saling mengenal dalam waktu kurang lebih satu minggu. Hubungan kedua sejoli itu pun berlanjut ke jenjang pernikahan.

Dipertemukan oleh erupsi merapi 2010, akhirnya dibentuklah komunitas sosial yang bernama Salam Beta, tepat pada hari pernikahan mereka berdua. Komunitas yang berdomisili di Yogyakarta ini berisikan mahasiswa-mahasiwi dari perguruan tinggi Jakarta, Bandung, Bogor, Yogyakarta, dan pecinta alam.

Salam Beta menaungi dua rumah baca di lereng Merapi, yaitu:

1. Dusun Kajor

Kajor adalah satu dusun yang terletak di antara lereng Merapi dan Merbabu. Alamat rumah baca di dusun ini berada di RT 01, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali yang berjarak sekitar 4 kilometer dari puncak Merapi. Jumlah total warga dusun Kajor pada akhir 2010 adalah 187 jiwa. Mayoritas masyarakat di dusun ini hanya mengenyam pendidikan sampai bangku sekolah dasar.

Kondisi alam menjadi satu alasan yang banyak dipakai masyarakat untuk membenarkan pilihan mereka tidak melanjutkan sekolah. Apalagi jarak tempuh ke sekolah terdekat untuk Sekolah Dasar (SD) sejauh 2 km, SMP sejauh 4 km, dan SMA sejauh 8 Km dari Dusun Kajor. Sekolah-sekolah tersebut berada di desa tetangga dan sebagian besar dari mereka menempuhnya dengan berjalan kaki.

Selain kondisi alam yang kadang tidak mendukung, masyarakat setempat yang mayoritas berasal dari kalangan
menengah ke bawah merasa keberatan jika harus mengeluarkan biaya besar untuk pendidikan anaknya. Selama
puluhan tahun, masyarakat setempat lebih memilih untuk mengajak anaknya ikut mencari nafkah. Pertimbangan
mereka, saat anak ikut bekerja maka penghasilan keluarga otomatis terbantu. Sebaliknya, jika anak berangkat sekolah setiap hari mereka harus mengeluarkan uang untuk membiayai sekolah anaknya.

2. Dusun Tutup Ngisor

Tutup Ngisor adalah satu dusun yang cukup terkenal di Kabupaten Magelang. Alamat rumah baca di dusun ini terletak di Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Magelang. Berada di ketinggian 2968 meter, persis di lereng Merapi, dusun ini tergolong rawan bencana. Sepintas, dusun ini tidak berbeda dengan dusun lain. Namun, seni tak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat Tutup Ngisor. Ikon dusun seni sudah lekat pada Tutup Ngisor. Dalam satu tahun, setidaknya warga Tutup Ngisor yang tergabung dalam Padepokan seni Tjipto Boedojo, melangsungkan 4 pementasan seni.

Adalah Romo Yoso Sudarmo (1885-1990), pendiri pendiri padepokan Tjipto Boedojo yang membentuk pola tersebut. Empat kali pentas dalam setahun tersebut yakni Suran, Syawalan, Maulid Nabi, dan 17 Agustus.

Sedangkan untuk Program Kegiatan Salam Beta sendiri meliputi: Pertama, kegiatan belajar bersama (KBB), yaitu
kegiatan pendampingan adik-adik di rumah baca yang dilangsungkan satu minggu sekali pada hari minggu. Kegiatan ini dapat berupa belajar tulis menulis, menggambar dan mewarnai, membuat cerita pendek, membuat kerajinan tangan, dan membaca bersama.

Kedua, Buletin. Yaitu memberikan materi bacaan kepada adik-adik di rumah baca, yang berisikan tentang pengetahuan umum, cerita pendek, fabel, teka-teki silang, sejarah. Ketiga, penggalangan dana dalam rangka pembangunan rumah baca permanen.

Yang keempat, kegiatan dengan media gambar dan mewarnai juga bahan-bahan bekas untuk membuat prakarya. Kelima, memberikan pembelajaran menulis dan melatih imajinasi dengan bertukar surat. Dan yang terakhir atau yang keenam, melakukan penggalangan buku untuk perpustakaan sekolah dasar. (Nco Gila/Mar)

Nco Gila adalah pewarta warga.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya