Citizen6, Yogyakarta: Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengumumkan, tahun ini leptospirosis meningkat dari tahun sebelumnya. Kasus ini banyak ditemukan di Kulonprogo, setelah itu Bantul, dan Sleman.
Leptopirosis atau disebut juga kencing tikus, merupakan penyakit yang menular dari hewan pada manusia. Apabila terjangkit penyakit ini, gejala awalnya flu biasa dan gejala tingkat tingginya pusing, pucat, dan berubahnya warna air kencing.
Dosen pesialis penyakit dalam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dr Agus W mengatakan, leptospirosis tidak harus dibawa panik oleh masyarakat. Karena lepto merupakan virus yang menghinggapi tempat kotor, jadi kata kunci dari menghindari lepto adalah hidup bersih.
"Sudah seharusnya kita hidup bersih, dengan demikian lepto tidak akan menghampiri. Sebenarnya leptospirosis itu dapat dikatakan penyakitnya orang yang kotor," jelas dr Agus saat diwawancarai di AMC, Jumat (20/12/2103).
Dosen Fakutas Kedokteran UMY ini mengatakan, penyakit leptospirosis ini banyak terdapat di area sawah, pasar yang kotor, saat banjir, dan tempat yang banyak tikus lainnya. Oleh sebab itu, petani atau mereka yang sering di pasar lebih berpotensial terjangkit lepto.
"Orang di kantor jarang terjangkit. Tapi seperti kata kunci tadi, hidup bersih, rajin mencuci tangan, dan kaki dengan sabun," kata dr Agus.
Dr Agus juga menjelaskan cara kerja Leptospirosisi ini. Cara kerja penyakit ini tergolong lambat. Tidak perdetik ataupun permenit, tapi berjam- jam baru menular masuk ke dalam tubuh. Oleh sebab itu, kesempatan untuk mencuci tubuh dengan sabun secepatnya dapat menghilangkan lepto.
"Masuknya melalui luka di tubuh. Kalau tidak ada luka tidak bisa. Karena kerjanya lambat tadi, sebaiknya kalau ada luka segera dicuci dengan sabun atau tutup luka itu. Lepto itu tergolong ringan," terangnya.
Ia juga menambahkan, leptospirosis ini tidak akan menular dari manusia ke manusia. Oleh sebab itu tidak perlu dijauhi orang yang terjangkit lepto. Cara penularannya hanya dari tikus ke manusia, setelah itu parasit lepto akan mati.
"Rumah dari lepto ini tikus. Jika tikus menularkan pada manusia, manusia akan terjangkit penyakit ini. Itu sudah tidak akan menularkan lagi, ini jenis parasit yang berkembang biak di tubuh tikus, sama halnya malaria di nyamuk," jelas dosen FKIK UMY ini.
Sedangkan untuk penyembuhan leptospirosis ini sangat mudah. Ketika seseorang terkena flu, segera periksa ke dokter untuk menentukan itu flu biasa atau lepto. Jika itu lepto, obatnya cukup dengan antibiotik.
"Antibiotik sudah cukup untuk membunuh lepto, jadi jangan panik dulu. Apa lagi sekarang sudah ada alat yang dapat mendetaksi lepto secara cepat," terang dr. Agus.
Menurut dr Agus, penyakit leptospirosis pada 2013 ini tidak terlalu mengkhawatirkan. Lepto lebih parah terjadi pada 2012, bahkan sampai memakan korban jiwa. Hal tersebut disebabkan oleh adanya alat deteksi lepto, sehingga lepto dapat ditangani dengan cepat.
"Setelah kasus lepto 2012 itu baru ada alat deteksi. Dulu flu itu banyak yang menganggap itu flu biasa, belum terdeteksi lepto. Karena tidak ditangani dengan tepat, maka cukup banyak korban lepto. Saat ini di PKU Yogyakarta, saya dan teman-teman masih sedikit menjumpai lepto," kata dokter RS PKU Yogyakarta ini. (mar)
Penulis
Ahlul Amalsyah
Yogyakarta, ahlul.amalsxxx@umy.ac.id
Baca juga:
Terapi Obat, Salah Satu Cara Atasi Kecanduan
RS Islam Klaten Menggelar Operasi Katarak Gratis
Tidak Jadi Diamputasi Berkat Minum Daun Kirinyuh
Disclaimer
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atauopini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com
Mulai 16 Desember sampai 27 Desember 2013 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Resolusi 2014". Ada kado akhir tahun dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Leptopirosis atau disebut juga kencing tikus, merupakan penyakit yang menular dari hewan pada manusia. Apabila terjangkit penyakit ini, gejala awalnya flu biasa dan gejala tingkat tingginya pusing, pucat, dan berubahnya warna air kencing.
Dosen pesialis penyakit dalam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dr Agus W mengatakan, leptospirosis tidak harus dibawa panik oleh masyarakat. Karena lepto merupakan virus yang menghinggapi tempat kotor, jadi kata kunci dari menghindari lepto adalah hidup bersih.
"Sudah seharusnya kita hidup bersih, dengan demikian lepto tidak akan menghampiri. Sebenarnya leptospirosis itu dapat dikatakan penyakitnya orang yang kotor," jelas dr Agus saat diwawancarai di AMC, Jumat (20/12/2103).
Dosen Fakutas Kedokteran UMY ini mengatakan, penyakit leptospirosis ini banyak terdapat di area sawah, pasar yang kotor, saat banjir, dan tempat yang banyak tikus lainnya. Oleh sebab itu, petani atau mereka yang sering di pasar lebih berpotensial terjangkit lepto.
"Orang di kantor jarang terjangkit. Tapi seperti kata kunci tadi, hidup bersih, rajin mencuci tangan, dan kaki dengan sabun," kata dr Agus.
Dr Agus juga menjelaskan cara kerja Leptospirosisi ini. Cara kerja penyakit ini tergolong lambat. Tidak perdetik ataupun permenit, tapi berjam- jam baru menular masuk ke dalam tubuh. Oleh sebab itu, kesempatan untuk mencuci tubuh dengan sabun secepatnya dapat menghilangkan lepto.
"Masuknya melalui luka di tubuh. Kalau tidak ada luka tidak bisa. Karena kerjanya lambat tadi, sebaiknya kalau ada luka segera dicuci dengan sabun atau tutup luka itu. Lepto itu tergolong ringan," terangnya.
Ia juga menambahkan, leptospirosis ini tidak akan menular dari manusia ke manusia. Oleh sebab itu tidak perlu dijauhi orang yang terjangkit lepto. Cara penularannya hanya dari tikus ke manusia, setelah itu parasit lepto akan mati.
"Rumah dari lepto ini tikus. Jika tikus menularkan pada manusia, manusia akan terjangkit penyakit ini. Itu sudah tidak akan menularkan lagi, ini jenis parasit yang berkembang biak di tubuh tikus, sama halnya malaria di nyamuk," jelas dosen FKIK UMY ini.
Sedangkan untuk penyembuhan leptospirosis ini sangat mudah. Ketika seseorang terkena flu, segera periksa ke dokter untuk menentukan itu flu biasa atau lepto. Jika itu lepto, obatnya cukup dengan antibiotik.
"Antibiotik sudah cukup untuk membunuh lepto, jadi jangan panik dulu. Apa lagi sekarang sudah ada alat yang dapat mendetaksi lepto secara cepat," terang dr. Agus.
Menurut dr Agus, penyakit leptospirosis pada 2013 ini tidak terlalu mengkhawatirkan. Lepto lebih parah terjadi pada 2012, bahkan sampai memakan korban jiwa. Hal tersebut disebabkan oleh adanya alat deteksi lepto, sehingga lepto dapat ditangani dengan cepat.
"Setelah kasus lepto 2012 itu baru ada alat deteksi. Dulu flu itu banyak yang menganggap itu flu biasa, belum terdeteksi lepto. Karena tidak ditangani dengan tepat, maka cukup banyak korban lepto. Saat ini di PKU Yogyakarta, saya dan teman-teman masih sedikit menjumpai lepto," kata dokter RS PKU Yogyakarta ini. (mar)
Penulis
Ahlul Amalsyah
Yogyakarta, ahlul.amalsxxx@umy.ac.id
Baca juga:
Terapi Obat, Salah Satu Cara Atasi Kecanduan
RS Islam Klaten Menggelar Operasi Katarak Gratis
Tidak Jadi Diamputasi Berkat Minum Daun Kirinyuh
Disclaimer
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atauopini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com
Mulai 16 Desember sampai 27 Desember 2013 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Resolusi 2014". Ada kado akhir tahun dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.