Stablecoin Terra Anjlok Sempat Sentuh Rp 9.980

Stablecoin adalah token digital yang dipatok dengan nilai aset tradisional, seperti dolar AS.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 11 Mei 2022, 10:52 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2022, 10:52 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.

Liputan6.com, Jakarta - TerraUSD, salah satu Stablecoin terbesar di dunia, kehilangan sepertiga nilainya pada Selasa (10/5/2022) karena terjadi penurunan pada pasar kripto. Hal itu menakuti investor kripto dan turut berkontribusi terhadap penurunan Bitcoin baru-baru ini. 

TerraUSD, juga dikenal sebagai 'UST', adalah yang disebut Stablecoin algoritmik, salah satu yang terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar. Pada Selasa, UST mematahkan patokan 1:1-nya terhadap dolar yang membuat harganya jatuh hingga menyentuh USD 0,6879 atau sekitar Rp 9.980 (asumsi kurs Rp 14.508 per dolar AS)

Meskipun begitu, pada saat penulisan, Rabu (11/5/2022) pagi, harga UST sedikit kembali pulih ke level USD 0,8197 atau sekitar Rp 11.907. 

Stablecoin adalah token digital yang dipatok dengan nilai aset tradisional, seperti dolar AS. Mereka populer sebagai tempat berlindung yang aman pada saat terjadi gejolak di pasar kripto. Stablecoin juga merupakan media pertukaran yang umum, sering digunakan oleh para trader untuk memindahkan dana dan kripto lainnya.

UST menjadi terkenal awal tahun ini ketika Luna Foundation Guard nirlaba afiliasi Terraform Labs, perusahaan di belakang TerraUSD, berjanji untuk mengumpulkan bitcoin senilai USD 10 miliar untuk mendukung pasak dolarnya.

Tidak seperti Stablecoin lain yang memiliki cadangan dalam aset tradisional, TerraUSD mempertahankan pasaknya melalui algoritme yang memoderasi penawaran dan permintaan dalam proses kompleks yang melibatkan penggunaan token penyeimbang lainnya yaitu Terra (LUNA).

Luna Foundation Guard mengatakan dalam sebuah tweet pada Senin mereka akan mempertahankan dolar TerraUSD yang dipatok melalui USD 1,5 miliar dalam bentuk pinjaman kepada perusahaan perdagangan over-the-counter, setengah dalam Bitcoin dan setengah di TerraUSD.

Direktur penjualan di Amber Group, Justin d'Anethan, mengatakan penggunaan Bitcoin sebagai cadangan telah menciptakan lingkaran setan untuk TerraUSD, dengan aksi jual di kedua token mendorong yang lain lebih rendah.

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Peringatan The Fed

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay
Ilustrasi kripto

“Bitcoin turun karena dijual untuk mempertahankan ekosistem yang menderita, penderitaan ekosistem membuat lebih banyak kepanikan (TerraUSD), yang membebani token Luna, yang mengharuskan yayasan menggunakan lebih banyak cadangan untuk melengkapi dan mempertahankan pasak,” ujar d'Anethan, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (11/5/2022).

Dalam Laporan Stabilitas Keuangan dua tahunan pada Selasa, Federal Reserve AS memperingatkan Stablecoin rentan terhadap investor karena didukung oleh aset yang dapat kehilangan nilai atau menjadi tidak likuid pada saat tekanan pasar.

Stablecoin sebagai kelas aset umumnya mendapat manfaat dari volatilitas pasar di pasar kripto. Tiga stablecoin sekarang berada di 10 cryptocurrency teratas berdasarkan kapitalisasi pasar, dengan TerraUSD berada di peringkat kesebelas.

Stablecoin besar lainnya, seperti Tether dan USDC, mengatakan mereka didukung oleh aset nyata dan dengan demikian tidak rentan terhadap masalah yang sama yang menimpa TerraUSD.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya