Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen memperingatkan kripto adalah investasi yang sangat berisiko. Ia pun tidak merekomendasikan kripto sebagai investasi untuk masa pensiun.
Namun, Janet Yellen mencatat Kongres dapat membatasi jenis investasi yang diperbolehkan dalam rekening pensiun, termasuk rencana 401 (k). Adapun topik apakah warga Amerika Serikat harus dapat menempatkan tabungan pensiun dalam cryptocurrency terus menjadi perdebatan hangat.
Baca Juga
Saat ditanya dalam acara yang diselenggarakan New York Times mengenai pengumuman Fidelity untuk izinkan bitcoin sebagai opsi investasi dalam rencana 401 (k), Yellen menyebutkan, hal tersebut bukan sesuatu yang direkomendasikan kepada kebanyakan orang yang sedang menabung untuk masa pensiun.
Advertisement
"Bagi saya ini adalah investasi yang sangat berisiko,” ujar dia dikutip dari Bitcoin.com, Minggu (12/6/2022).
Ia menuturkan, Kongres dapat mengatur aset apa yang dimasukkan dalam rencana pensiun seperti 401 (k). Menanggapi apakah Kongres harus mengambil tindakan, Yellen klarifikasi, “saya tidak mengatakan saya merekomendasikannya, tetapi menurut saya itu adalah hal yang masuk akal,” kata dia.
Sebelumnya upaya Departemen Tenaga Kerja AS untuk membatasi warga AS memasukkan kripto ke dalam akun pensiun telah menuai protes beberapa anggota parlemen.
Acting Assistant Secretary of the DOL’S Employee Benefit Security Administration, Ali Khawar menegaskan, cryptocurrency dapat hadirikan risiko serius bagi tabungan pensiun.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasar Kripto Labil, Investor Terlihat Galau
Sebelumnya, pergerakan market aset kripto dalam seminggu terakhir masih mengalami tekanan. Meski, sempat comeback di tengah pekan, rupanya hal tersebut sulit berlanjut.
Lantaran, investor dinilai masih “malu-malu kucing” untuk all-out dalam perdagangan aset kripto. Secara keseluruhan sejumlah aset kripto, terutama yang berkapitalisasi besar kembali ke zona merah dalam satu hari terakhir. Misalnya saja, Bitcoin yang kembali diperdagangkan dengan nilai USD 30.070 atau turun 1,28 persen dalam 24 jam terakhir, seperti terpantau dari situs CoinMarketCap pada Jumat, 10 Juni 2022 pukul 15.00 WIB.
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono menuturkan, perdagangan aset kripto Bitcoin kemungkinan besar masih terus akan berada di sekitar level USD 30.000 atau sekitar Rp 438,59 juta (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran Rp 14.620) dalam waktu dekat. Lantaran, investor masih menunggu laporan inflasi ekonomi AS yang dapat memicu ekspektasi pasar.
"Pergerakan nilai Bitcoin kemungkinan besar masih akan sideways di level USD 30.000. Investor sepertinya masih bakal kurang bergairah masuk ke pasar kripto lantaran wait and see data inflasi AS terbaru dan dampak pengumuman kebijakan moneter Bank Sentral Eropa. Jika inflasi AS masih meradang, maka ada kemungkinan The Fed bakal mengerek suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada bulan ini,” kata Afid, dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (11/6/2022).
Bank Sentral Eropa telah mengumumkan kenaikan suku bunga acuannya yang pertama dalam lebih dari satu dekade terakhir untuk mengatasi inflasi yang meroket.
Kebijakan tersebut bisa jadi sinyal bagi The Fed untuk mengetatkan kebijakan moneternya. Diperkirakan inflasi di AS masih menembus jauh di atas 8 persen, level tertinggi dalam empat dekade.
"Ketika The Fed mengerek suku bunga acuannya, maka tingkat imbal hasil instrumen berpendapatan tetap bakal meningkat, begitupun dengan nilai dolar AS. Alhasil, aset berisiko adi dipandang tidak menarik dan menjadi lebih mahal di mata investor," ujar Afid.
Advertisement
Dibayangi Sentimen Negatif
Sentimen negatif juga datang dari Bank Dunia yang memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 4,1 persen menjadi 2,9 persen di tengah kekhawatiran inflasi.
Sementara itu, dampak dari invasi Rusia ke Ukraina berlanjut dengan harga minyak mentah yang melonjak. Di samping perkara makroekonomi, stagnannya transaksi perdagangan kripto juga disebabkan oleh keragu-raguan investor soal titik bottom harga aset kripto, sehingga belum melakukan strategi buy the dip.
Ia menilai, aset kripto diperdagangkan di rentang harga yang begitu-begitu saja dalam beberapa waktu terakhir, sebagian investor yakin bahwa titik harga saat ini bukanlah titik terendahnya.
“Keraguan ini buat market kripto jadi stagnan. Karenanya, market membutuhkan beberapa katalis baru untuk keluar dari kelesuan ini dan kemungkinan masih butuh waktu untuk market bullish,” kata Afid.
Nasib Token Luna 2.0 di Indonesia
Pembahasan soal token aset kripto LUNA 2.0 (LUNA) masih terus ramai diperbincangkan. Afid menuturkan, saat ini token jaringan baru Terra, yakni LUNA belum bisa diperdagangkan di Indonesia, karena belum memiliki lisensi dari Bappebti. Oleh karenanya, airdrop sebagai kompensasi bagi investor yang terkena dampak dari keruntuhan jaringan Terra lama belum bisa direalisasikan.
"Airdrop LUNA akan dikirim ke alamat wallet terakhir di yang memiliki LUNC di Tokocrypto.Mereka berhak mendapatkan airdrop, tetapi kita masih dalam kajian untuk LUNA, kalau kita sudah listing LUNA bisa langsung diterima,” kata Afid.
Melihat perkembangan yang ada saat ini, Afid mengatakan airdrop LUNA 2.0 belum bisa dilakukan di wallet akun Tokocrypto, karena aset kripto tersebut belum terdaftar di Bappebti.
LUNA 2.0 masih menjalani pengkajian untuk memenuhi due diligence sebagai aset kripto terdaftar sesuai dengan Peraturan Bappebti No. 7 Tahun 2020 Tentang Penetapan Daftar Aset Kripto yang Dapat Diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto.
Advertisement