Liputan6.com, Jakarta - Kaspa Coin adalah cryptocurrency proof-of-work yang mengimplementasikan protokol GHOSTDAG. Tidak seperti blockchain tradisional, GHOSTDAG tidak membuat blok yang dibuat secara paralel, melainkan memungkinkan mereka untuk hidup berdampingan dan memesannya dalam konsensus.
Dilansir dari Coinmarketcap, Jumat (7/10/2022), Blockchain Kaspa sebenarnya adalah blockDAG. Generalisasi konsensus Nakamoto ini memungkinkan operasi yang aman sambil mempertahankan tingkat blok yang sangat tinggi dan waktu konfirmasi sangat kecil yang didominasi oleh latensi internet.
Baca Juga
Siapa Pendiri Kaspa?
Advertisement
Kaspa didirikan oleh perusahaan R&D DAGLabs, melalui investasi oleh PolyChain. Meskipun demikian, Kaspa adalah proyek komunitas, sepenuhnya open source, tidak ada pemerintahan pusat, dan tidak ada model bisnis.
Pendirinya adalah Yonatan Sompolinsky, Postdoc CS di Universitas Harvard di Tim Riset MEV. Makalah Yonatan 2013 tentang protokol Ghost dikutip dalam Ethereum Whitepaper.
Pengembang inti dan kontributor Kaspa termasuk mahasiswa Doktor Kriptografi Shai Wyborski, Master CS Michael Sutton, Studi Sarjana Mike Zak CS, peneliti Kriptografi Elichai Turkel, dan Pengembang Ori Newman, semuanya berkontribusi besar pada implementasi dan stabilisasi jaringan.
Apa yang Membuat Kaspa Unik?
Kaspa unik dalam kemampuannya untuk mendukung tingkat pemblokiran yang tinggi sambil mempertahankan tingkat keamanan yang ditawarkan oleh lingkungan proof-of-work.
Jaringan utama Kaspa saat ini beroperasi pada 1 blok per detik. Di masa depan, pengembang inti dan peneliti akan berupaya memperluas kemampuan hingga batasnya 10 atau bahkan 100 blok per detik.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Analis Sebut Pasar Kripto Kuat Bertahan di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Sebelumnya, pergerakan pasar aset kripto pada pekan pertama Oktober 2022 masih beragam. Meskipun begitu, pasar kripto secara keseluruhan masih bertahan di tengah gempuran sentimen negatif yang menyerang.
Dilansir dari Coinmarketcap, Kamis (6/10/2022) siang mayoritas kripto jajaran teratas berada di zona merah, dengan Bitcoin alami pelemahan tipis 0,51 persen dalam 24 jam terakhir. Bitcoin kini diperdagangkan di kisaran USD 20.212 atau sekitar Rp 307,5 juta.
Sedangkan Ethereum berhasil bertahan di zona hijau dengan penguatan tipis 0,41 persen dalam 24 jam terakhir. Saat ini Ethereum diperdagangkan di kisaran harga USD 1.360 per koin.
Mengenai pergerakan pasar kripto dan Bitcoin keseluruhan pada pekan pertama Oktober 2022, Country Manager, Luno Indonesia, Jay Jayawijayaningtiyas mengatakan di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi makro saat ini, pasar aset kripto telah bertahan kuat selama tujuh hari terakhir dengan BTC berhasil naik sebesar 3 persen, mengungguli pasar saham dan indeks pasar lainnya.
“Nilai Bitcoin bergerak di rentang sempit antara USD 19,000 hingga USD 20,000 (sekitar Rp 288 juta sampai Rp 303 juta) dalam seminggu terakhir, sehingga menyebabkan tingkat volatilitas mingguan Bitcoin turun ke angka 1.6 persen,” ujar Jay dalam keterangan tertulis, Kamis, 6 Oktober 2022.
Adapun, Jay menambahkan, Open interest pada Bitcoin Futures telah melonjak ke level tertinggi sepanjang masa, yaitu sebesar 450.000 BTC karena tingkat pendanaan Bitcoin PERP (Perpetual Protocol) masih berada di level netral, menandakan adanya peningkatan ketertarikan terhadap Bitcoin di antara para pelaku pasar.
Advertisement
Popularitas Kripto di Amerika Serikat Menurun Akibat Crypto Winter
Sebelumnya, popularitas cryptocurrency dengan investor Amerika sedang menurun. Menurut survei Bankrate September, pada 2022, hanya sekitar 21 persen orang Amerika yang merasa nyaman berinvestasi dalam cryptocurrency. Itu turun dari 35 persen pada 2021. Penurunan ini terjadi di tengah kondisi yang disebut crypto winter.
Meskipun tingkat kenyamanan turun dengan investor lintas generasi, penurunan itu paling tajam di kalangan milenial. Hampir 30 persen investor Amerika Serikat berusia antara 26 dan 41 tahun merasa nyaman pada 2022, dibandingkan dengan hampir 50 persen pada 2021.
Penurunan ini tidak mengejutkan, mengingat hampir USD 2 triliun atau sekitar Rp 30.395 triliun telah hilang dari seluruh pasar kripto sejak November 2021. Harga mata uang digital populer seperti bitcoin telah berjuang untuk mencapai level tertinggi 2021.
Peminat Kripto Turun
Salah satu perwakilan Bankrate, James Royal mengatakan trader aset apa pun adalah penggemar keuntungan. Dengan cryptocurrency utama seperti Bitcoin dan Ethereum turun lebih dari 70 persen dari tertinggi sepanjang masa, tidak mengherankan jika peminatnya menurun.
"Penurunan harga kripto tidak membantu penyebab menarik lebih banyak orang ke kripto,” ujar Royal, dikutip dari CNBC, Jumat, 30 September 2022.
Bitcoin telah diperdagangkan antara USD 18.000 dan USD 25.000 sejak Juni turun dari rekor tertinggi lebih dari USD 65.000 pada November 2021. Cryptocurrency dianggap sebagai aset yang sangat fluktuatif yang tunduk pada fluktuasi harga yang tidak dapat diprediksi.
Pakar keuangan biasanya menyarankan untuk tidak menginvestasikan lebih banyak uang ke dalam cryptocurrency karena tidak ada jaminan untuk mendapatkan keuntungan.
Advertisement