Liputan6.com, Jakarta Perusahaan pengecer perangkat keras penambangan kripto Phoenix Group melonjak sebanyak 50 persen pada debutnya di Abu Dhabi setelah penawaran umum perdana yang mengumpulkan USD 371 juta atau setara Rp 5,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.474 per dolar AS).
Dilansir dari Yahoo Finance, Rabu (6/12/2023), penawaran tersebut adalah listing terkait kripto pertama di Timur Tengah dan mengalami kelebihan permintaan sebanyak 33 kali, yang menyiratkan pesanan senilai USD 12 miliar atau setara Rp 185,6 triliun. Porsi IPO yang diperuntukkan bagi investor ritel mengalami oversubscribed sebanyak 180 kali.
Baca Juga
IPO di Teluk Persia mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir, didukung oleh tingginya harga minyak, program privatisasi pemerintah, dan kuatnya permintaan investor.
Advertisement
Peningkatan ini sangat kontras dengan lesunya pasar listing secara global, yang tertekan oleh kenaikan suku bunga yang agresif dan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi.
International Holding Co., konglomerat terbesar di Abu Dhabi yang dikendalikan oleh anggota penting keluarga kerajaan emirat tersebut, membeli 10% saham Phoenix pada awal Oktober.
Uni Emirat Arab telah berusaha untuk memposisikan dirinya sebagai pusat industri kripto, namun secara bertahap mulai memperketat pengawasan karena berupaya memastikan pengawasan yang tepat terhadap industri ini dan berupaya untuk keluar dari “daftar abu-abu” Satuan Tugas Aksi Keuangan. Regulator kripto Dubai mendenda 18 perusahaan karena pelanggaran kepatuhan bulan lalu.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.