Liputan6.com, Jakarta - Pasar Non Fungible Token (NFT) OpenSea dilaporkan sedang mempertimbangkan proposal akuisisi. Chief Executive Officer OpenSea Devin Finzer mengatakan perusahaannya tidak mengesampingkan kemungkinan menjual perusahaan tersebut, dan mengindikasikan kesediaan untuk terlibat dengan pihak yang berkepentingan.
“Kami pikir jika ada kemitraan yang tepat, maka itu adalah sesuatu yang harus kami pertimbangkan,” kata Finzer kepada DL News, dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (31/1/2024).
Baca Juga
OpenSea telah memantapkan dirinya sebagai pemain dominan di ruang Web3, memfasilitasi perdagangan NFT, atau aset digital yang unik dan tidak dapat ditukar. Aset digital unik ini sering kali mewakili barang-barang seperti karya seni, barang koleksi, dan real estate virtual.
Advertisement
Meskipun platform tersebut pernah menyumbang sebagian besar penjualan NFT di dunia, pasar saingannya meluncurkan serangan vampir terhadap OpenSea. Dalam keuangan terdesentralisasi (DeFi), serangan vampir mengacu pada strategi di mana satu platform memikat pengguna dan likuiditas dari pesaing dengan menawarkan insentif yang lebih baik, biaya yang lebih rendah, atau fitur yang lebih baik.
Tahun lalu, skema token airdrop pasar NFT milik Blur membantu platform tersebut meningkatkan volume penjualannya dan menarik pelanggan. Pada Januari 2022, pasar NFT LooksRare meluncurkan struktur insentif serupa untuk mempengaruhi pelanggan OpenSea.
Pasar NFT telah bangkit kembali. Desember lalu, penjualan NFT global mencapai USD 1,77 miliar atau setara Rp 27,9 triliun (asumsi kurs Rp 15.791 per dolar AS, tertinggi sejak mencatat hampir USD 3,4 miliar atau setara Rp 53,6 triliun pada Mei 2022, menurut data CryptoSlam.
Penjualan NFT diperkirakan melampaui USD 1 miliar atau setara Rp 15,7 triliun untuk bulan kedua berturut-turut, yang merupakan pertama kalinya terjadi sejak Februari lalu.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Raksasa Telekomunikasi Korea Selatan KT Corporation Bakal Tutup Platform NFT Perusahaan
Sebelumnya diberitakan, KT Corporation, raksasa telekomunikasi Korea Selatan dengan total aset lebih dari USD 32 miliar atau setara Rp 507,2 triliun (asumsi kurs Rp 15.850 per dolar AS), bakal menutup platform Non Fungible Token (NFT) miliknya, MINCL, pada 4 Maret 2024.
Dilansir dari Coinmarketcap, Senin (29/1/2024), perusahaan tersebut mengutip pergeseran kondisi bisnis sebagai alasan di balik penutupan platform tersebut, yang dioperasikan di bawah anak perusahaan grup transformasi digital, KT Enterprise.
Pengumuman tersebut juga menjelaskan pemegang NFT KT Wiz Rookie Pack koleksi kartu digital yang memperingati tim bisbol profesional milik perusahaan untuk mentransfer NFT ke dompet elektronik di luar MINCL. Pengguna tidak akan dapat melihat atau mengunduh NFT yang tersisa setelah tanggal berakhirnya layanan.
Diluncurkan pada April 2022, MINCL melayani layanan pencetakan, perdagangan, dan dompet NFT untuk pengguna ritel dan institusi. Industri web3 di Korea Selatan cukup berada dalam kesulitan
Bulan lalu, pengembang game Korea Selatan Netmarble F&C dilaporkan memberhentikan 70 karyawannya di divisi metaverse dan melikuidasi anak perusahaannya.
Pada 2022, ketua Netmarble, Bang Jun-hyuk, menyatakan keyakinannya metaverse akan menjadi peluang bisnis besar di masa depan.
Pembuat game lokal pesaing Com2uS telah merestrukturisasi staf di divisi metaverse Com2Verse September lalu, setelah dilaporkan mencatat kerugian operasional senilai USD 9,7 juta atau setara Rp 153,7 miliar pada kuartal 3, 2023.
Hyundai Department Store, konglomerat ritel di bawah Hyundai Group, juga mengakhiri layanan dompet digital-nya, H.NFT, pada akhir Maret.
Advertisement
Penjualan NFT Pekan Ketiga Januari 2024 Susut 5%
Sebelumnya diberitakan, penjualan Non Fungible Token (NFT ) turun 5,05% pada pekan ketiga Januari 2024 dibanding dengan pekan sebelumnya, tetapi ada peningkatan pembeli sebesar 82.40% dan peningkatan penjual sebesar 77.46%.
Dilansir dari Bitcoin.com, Senin (22/1/2024), Ethereum berhasil merebut posisi terdepan dengan penjualan NFT yang sebelumnya dipegang Bitcoin. Penjualan NFT Ethereum mencapai USD 106 juta atau setara Rp 1,6 triliun (asumsi kurs Rp 15.61 per dolar AS). Ini menandai peningkatan 28,15% dari pekan lalu. Sementara itu, total penjualan Bitcoin berjumlah USD 70,3 juta atau setara Rp 1 triliun, mencerminkan penurunan 35.25% menurut data cryptoslam.
Blockchain Solana menyaksikan peningkatan penjualan sebesar 35,07%, mencapai USD 59 juta atau setara Rp 921,5 miliar selama seminggu terakhir. Sebaliknya, Polygon mengalami penurunan dengan total penjualan USD 25,33 juta atau setara Rp 395,6 miliar, turun 43,02% dari minggu sebelumnya.
Di antara lima blockchain teratas untuk penjualan NFT, Avalanche menikmati peningkatan 22,13%, yang berpuncak pada volume USD 14,24 juta atau setara Rp 222,4 miliar.
Arbitrum juga menonjol dengan peningkatan signifikan sebesar 26.02%, mengamankan USD 3,27 juta atau setara Rp 51 miliar dalam penjualan NFT selama periode tujuh hari yang sama.
Penjualan Koleksi NFT Terbesar
Koleksi NFT terkemuka minggu ini adalah Cryptoundeads Solana, yang mencapai penjualan USD 15,9 juta atau setara Rp 248,3 miliar. Di belakangnya adalah Uncategorized Ordinals Bitcoin, dengan total penjualan NFT USD 13,32 juta atau setara Rp 208 miliar, turun 41,53%.
Dari blockchain Bitcoin, hanya dua koleksi yang berhasil masuk sepuluh besar, dengan Bored Ape Yacht Club (BAYC) dan Cryptopunks juga mengamankan tempat di peringkat 10 besar.
Penjualan NFT Turun 63,35% Sepanjang 2023
Sebelumnya diberitakan, menurut data terbaru dari cryptoslam, penjualan token non-fungible (NFT) selama 2023 mencapai USD 8,70 miliar atau setara Rp 134 triliun (asumsi kurs Rp 15.413 per dolar AS).
Dilansir dari Bitcoin.com, Kamis (4/1/2024), angka ini menunjukkan penurunan penjualan NFT sebesar USD 15,04 miliar, sekitar Rp 321,8 triliun atau 63,35% dibandingkan tahun sebelumnya. 2023 juga menjadi angka penjualan terendah sejak 2019.
Meskipun pada tahun ini terjadi peningkatan jumlah penjual dibandingkan 2022, tetapi jumlah tersebut tidak melampaui 5.420.925 pembeli yang tercatat pada tahun sebelumnya.
Terlepas dari dominasi Ethereum di pasar, Bitcoin dan Solana mengalami peningkatan besar dalam penjualan NFT menjelang akhir 2023, dengan Bitcoin mengungguli Ethereum pada November dan Desember.
Dalam skema besar, penjualan NFT yang berfokus pada Bitcoin telah naik ke peringkat keempat dengan total penjualan USD 1,83 miliar atau setara Rp 28,2 triliun. Ethereum terus memimpin dengan USD 42,12 miliar atau setara Rp 649,3 triliun.
Meskipun ada lonjakan NFT terkait BTC, koleksi Axie Infinity mempertahankan posisinya sebagai penjual teratas secara keseluruhan.
Penjualan NFT meskipun secara keseluruhan mengalami penurunan yang signifikan, peningkatan aktivitas dan diversifikasi platform dan koleksi menggarisbawahi sektor yang tangguh dan berkembang.
Pergeseran demografi pembeli dan penjual, ditambah dengan kebangkitan NFT yang berpusat pada Bitcoin, mengisyaratkan pasar yang jauh dari stagnan. Meskipun Ethereum terus memimpin, munculnya pesaing baru menandakan perluasan cakrawala bagi ekosistem NFT.
Advertisement