Harga Bitcoin Cetak Rekor Tertinggi sejak 2021, Tembus Rp 778,7 Juta

Kenaikan harga Bitcoin hingga menyentuh rekor tertinggi ini didorong oleh arus masuk ETF Bitcoin Spot, spekulasi pelonggaran moneter di masa depan, dan halving yang akan datang.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 13 Feb 2024, 10:22 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2024, 10:22 WIB
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Harga Bitcoin berhasil menembus USD 50.000 atau setara Rp 778,7 juta (asumsi kurs Rp 15.575 per dolar AS) untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun. Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin berhasil menembus USD 50.000 atau setara Rp 778,7 juta (asumsi kurs Rp 15.575 per dolar AS) untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun. keniakan harga Bitcoin merupakan sebuah kebangkitan luar biasa dari kehancuran kripto pada 2022.

Dilansir dari Yahoo Finance, Selasa (13/2/2024), kenaikan ini didorong oleh arus masuk ETF Bitcoin Spot, spekulasi pelonggaran moneter di masa depan, dan halving yang akan datang.  Harga Bitcoin anjlok 64% pada 2022, mencapai posisi terendah USD 16.000 atau setara Rp 249,2 juta, sebagian karena kebangrkutan FTX. 

Namun selama 12 bulan terakhir, harganya telah meningkat sekitar 129% walaupun harganya masih di bawah harga tertinggi sepanjang masa yaitu hampir USD 69.000 atau setara Rp 1 miliar yang dicapai pada November 2021.

Ketika Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menyetujui 10 ETF Bitcoin spot pada 11 Januari, investor ritel dan institusi memperoleh eksposur terhadap BTC tanpa perlu memiliki aset dasar. 

Penggabungan keuangan tradisional dengan aset digital, dengan perusahaan seperti BlackRock dan Fidelity meluncurkan dana, telah dipuji sebagai momen penting bagi kripto.

Namun terlepas dari antisipasi bahwa investor ritel dan institusi baru akan meningkatkan pasar bullish, BTC pada awalnya tampak bergejolak.  Dampak buruk dari persetujuan SEC terhadap harga BTC sebagian besar disebabkan oleh arus keluar lebih dari USD 6 miliar atau setara Rp 93,4 triliun dari Grayscale Bitcoin Trust. 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Bitcoin Diramal Menguat Jelang Halving

Kripto. Dok: Traxer/Unsplash
Kripto. Dok: Traxer/Unsplash

Fundamental teknis dan penggunaan Bitcoin (BTC) telah meningkat secara signifikan pada 2023 lalu. Peningkatan tersebut memungkinkan nilai Bitcoin “lebih kuat” menjelang peristiwa halving yang secara historis bullish dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Hal itu diungkapkan olsh manajemen aset kripto, yakni Grayscale dalam sebuah catatan penelitian pekan lalu.

“Meskipun ada tantangan terhadap pendapatan penambang dalam jangka pendek, aktivitas fundamental on-chain dan pembaruan struktur pasar yang positif membuat halving ini berbeda pada tingkat fundamental,” kata peneliti di Grayscale, Michael Zhao, dikutip dari Coindesk, Selasa (13/2/2024).

“Meskipun telah lama digembar-gemborkan sebagai emas digital, perkembangan terkini menunjukkan bahwa bitcoin berkembang menjadi sesuatu yang lebih signifikan.” ungkapnys

Sebagai informasi, Halving adalah bagian dari kode jaringan Bitcoin untuk mengurangi tekanan inflasi pada mata uang kripto, dan akan memotong setengah imbalan jika berhasil menambang blok bitcoin.

Hal ini membuat perolehan atau penambangan bitcoin baru menjadi jauh lebih sulit, dan secara historis mendahului kenaikan harga.

Zhao menyebutkan bahwa munculnya prasasti ordinal dan token BRC-20 telah merevitalisasi aktivitas on-chain pada Bitcoin, menghasilkan biaya transaksi hingga USD 200 juta untuk para penambang pada Februari 2024.

“Tren ini diperkirakan akan bertahan, didukung oleh minat baru pengembang dan inovasi berkelanjutan pada blockchain Bitcoin,” katanya.

Standar BRC-20 (BRC adalah singkatan dari Bitcoin Request for Comment) diperkenalkan pada April 2023 untuk memungkinkan pengguna menerbitkan token yang dapat ditransfer secara langsung, melalui jaringan untuk pertama kalinya.

Token, yang disebut prasasti, berfungsi pada Protokol Ordinal.

Protokol ini memungkinkan pengguna untuk menanamkan data pada blockchain Bitcoin dengan menuliskan referensi seni digital ke dalam transaksi kecil berbasis Bitcoin.

Struktur Pasar

Ilustrasi Kripto (Foto: Traxer/unsplash)
Ilustrasi Kripto (Foto: Traxer/unsplash)

Di luar fundamental onchain yang secara umum positif, struktur pasar bitcoin terlihat bermanfaat terhadap harga pasca-separuh, menurut laporan Grayscale.

Imbalan yang lebih rendah diperkirakan memerlukan tekanan pembelian yang relatif lebih rendah untuk menjaga harga tetap bertahan, yang mana, dengan meningkatnya permintaan, dapat menyebabkan harga lebih tinggi.

“Secara historis, hadiah blok telah menimbulkan potensi tekanan jual ke pasar, dengan kemungkinan bahwa semua bitcoin yang baru ditambang dapat dijual, sehingga berdampak pada harga,” tulis Zhao.

“Saat ini, 6,25 bitcoin yang ditambang per blok setara dengan sekitar USD 14 miliar per tahun (dengan asumsi harga bitcoin adalah USD 43K),” ungkapnya.

Untuk mempertahankan harga saat ini, diperlukan tekanan pembelian sebesar USD 14 miliar per tahun, katanya, seraya menambahkan bahwa kenaikan ini akan turun menjadi USD 7 miliar per tahun setelah halving karena imbalannya turun menjadi 3,25 bitcoin per blok.

  

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya