15 Tahun Diciptakan, Bitcoin Capai 1 Miliar Transaksi

Bitcoin adalah jaringan mata uang kripto tertua, ini bukanlah jaringan pertama yang memproses satu miliar transaksi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 06 Mei 2024, 14:29 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2024, 10:35 WIB
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Transaksi harian pada Bitcoin melonjak sekitar acara halving keempat jaringan pada tanggal 20 April, termasuk rekor tertinggi 926.000 transaksi yang diproses pada tanggal 23 April. Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Jaringan aset kripto Bitcoin telah memproses transaksi sebesar 1 miliar yang menandakan momen penting bagi jaringan ini 15 tahun setelah diciptakan.

Dikutip dari cointelegraph, Senin (6/5/2024), Dasbor Bitcoin Clark Moody menunjukkan bahwa transaksi 1.000.000.000 telah tercapai, yang ditambang ke blok 842.241 pada pukul 21.34 UTC pada tanggal 5 Mei 2024.

Transksi yang ke 1 miliar ini terjadi 15 tahun, empat bulan dan empat hari setelah pencipta nama samaran Bitcoin (BTC), Satoshi Nakamoto, menambang blok pertama jaringan tersebut pada 3 Januari 2009.

Ini berarti rata-rata 178,475 transaksi harian telah dilakukan pada Bitcoin dalam 5.603 hari keberadaannya.

Namun, jumlah transaksi tidak termasuk transaksi yang dilakukan di Lightning Network, jaringan lapisan 2 Bitcoin yang terutama berfokus pada pembayaran mikro.

Data dari bursa khusus Bitcoin, River, menemukan bahwa Lightning Network memproses perkiraan batas bawah sebesar 6,6 juta transaksi saja pada Agustus 2023 — yang dapat menunjukkan bahwa ratusan juta transaksi telah dilakukan di Lightning sejak diluncurkan pada bulan Januari 2018.

Transaksi harian pada Bitcoin melonjak sekitar acara halving keempat jaringan pada tanggal 20 April, termasuk rekor tertinggi 926.000 transaksi yang diproses pada tanggal 23 April.

Sebagian besar permintaan ini datang dari peluncuran protokol Runes – standar token Bitcoin baru, di blok 840.000.

Meski begitu, jumlah transaksi harian Bitcoin telah berkurang menjadi 660.260 pada 4 Mei.

Meskipun Bitcoin adalah jaringan mata uang kripto tertua, ini bukanlah jaringan pertama yang memproses satu miliar transaksi.

Saingan terbesar Bitcoin, Ethereum, telah memproses lebih dari 2 miliar transaksi sejak diluncurkan pada Juli 2015, menurut data Etherscan.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Hati-Hati, Harga Bitcoin Diramal Bisa Terkoreksi ke Rp 809,3 Juta

Crypto Bitcoin
Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Sebelumnya, Standard Chartered Bank memperingatkan penurunan Bitcoin baru-baru ini di bawah USD 60.000 atau setara Rp 971,2 juta (asumsi kurs Rp 16.187 per dolar AS) bisa menjadi awal dari kerugian yang lebih signifikan dalam waktu dekat.

Kepala penelitian valas dan aset digital di Standard Chartered Bank, Geoffrey Kendrick menyatakan keprihatinannya tentang lintasan harga mata uang kripto terkemuka tersebut.

Kendrick menyatakan pelanggaran level dukungan USD 60.000 membuka jalan bagi potensi penurunan ke kisaran USD 50.000 atau setara Rp 809,3 juta hingga USD 52.000 atau setara Rp 841,7 juta.

Kendrick mengaitkan tekanan penurunan pada Bitcoin dengan kombinasi beberapa faktor. Pertama, dia menunjukkan ada arus keluar selama lima hari berturut-turut dari dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin spot AS.

Selain itu, peluncuran spot Bitcoin dan Ether ETF di Hong Kong mendapat respons yang kurang baik, sehingga berkontribusi terhadap sentimen negatif secara keseluruhan.

“Arus keluar dari ETF Bitcoin spot AS, dikombinasikan dengan harga pembelian rata-rata saat ini di bawah USD 58.000, meningkatkan risiko likuidasi untuk beberapa posisi ETF,” kata Kendrick dikutip dari Yahoo Finance, Minggu (5/5/2024).

 

Prediksi Harga Bitcoin

Crypto Bitcoin
Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Dia mencatat lebih dari separuh posisi ETF spot berada di bawah, sehingga semakin memicu potensi likuidasi. Kendrick juga menyoroti faktor makroekonomi yang lebih luas yang berdampak pada dinamika harga Bitcoin.

Memburuknya ukuran likuiditas, khususnya di Amerika Serikat sejak pertengahan April, telah mempengaruhi berbagai aset, termasuk mata uang kripto. Ketika likuiditas semakin ketat, hal ini memberikan tekanan pada aset-aset berisiko seperti Bitcoin.

Meskipun Standard Chartered Bank sebelumnya menaikkan target prediksi harga Bitcoin untuk 2024 dan 2025 masing-masing menjadi USD 150.000 atau setara Rp 2,4 miliar dan bahkan USD 250.000 atau setara Rp 4,04 miliar, Kendrick mempertahankan target tersebut.

Dia percaya pemulihan harga mungkin memerlukan waktu tetapi mengantisipasi potensi kenaikan menjelang pemilihan presiden AS.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya