Liputan6.com, Jakarta - Paraguay akan menjual energi kepada penambang Bitcoin (BTC), sebagai salah satu strategi memajukan penambang. Seperti diketahui, saat ini Paraguay tengah mengalami surplus energi.
Melansir News.bitcoin.com, Selasa (11/6/2024) Menteri Perindustrian dan Perdagangan Paraguay, Javier Gimenez, baru-baru ini menyatakan bahwa negara tersebut akan terus menjual energi kepada penambang Bitcoin legal.
Baca Juga
Dalam pertemuan dengan perwakilan kamar dagang gabungan Brasil, Gimenez menjelaskan bahwa surplus energi Paraguay akan menggerakkan 10.000 industri, namun saat ini hanya sedikit yang dapat memanfaatkannya.
Advertisement
Inilah sebabnya Paraguay akan terus menyediakan energi kepada para penambang Bitcoin, yang memiliki permintaan tetap terhadap energi ini, ungkap Gimenez.
"Kita sedang terburu-buru untuk menarik industri, tapi alangkah baiknya jika kita memberikan energi kepada penambang mata uang kripto, dimana ada permintaan, sehingga mereka dapat menggunakannya untuk sementara waktu," ujarnya.
Dia lebih lanjut mengungkapkan bahwa, setelah beberapa tahun, pemerintah Paraguay akan mengganti aktivitas penambangan Bitcoin dengan industri padat karya, sehingga membuka lapangan kerja bagi lebih banyak warga di negara itu.
Namun, dia mengakui pendekatan tersebut tidak akan populer di sebagian kalangan. Gimemez memperkirakan, Paraguay memerlukan waktu tiga tahun untuk melakukan transisi dan memanfaatkan 50% energi yang dihasilkan.
Saat ini, hanya 20% listrik yang dihasilkan oleh sistem bendungan Itaipu, salah satu pusat pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia, yang digunakan. Sebagian dari surplus energi ini dialihkan ke Brasil, yang membayar sepertiga dari jumlah yang dibayarkan oleh beberapa perusahaan pertambangan kripto untuk energi ini.
Paraguay sedang memerangi aktivitas penambangan Bitcoin ilegal, baru-baru ini memutus sebuah peternakan dengan lebih dari 2.700 penambang yang terhubung langsung ke jaringan listrik, menghindari pembayaran untuk energi yang digunakan.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Harga Bitcoin Diprediksi Lompat ke Rp 1,35 Miliar Pekan Depan
Analis memprediksi nilai Bitcoin bisa tembus hingga USD 83.000 atau setara Rp 1,35 miliar. Angka tertinggi sepanjang sejarah ini diprediksi terjadi pada pekan depan.
Pendiri 10X Research, Markus Thielen mengatakan kenaikan ini bisa terjadi usai tren bullish secara harian dari pergerakan harga Bitcoin. Menurutnya, pergerakan harga di atas USD 72.000 akan mengkonfirmasi tren menuju angka tertinggi sepanjang sejarah itu.
"Hanya masalah waktu sampai Bitcoin mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa. Formasi head-and-shoulders menunjukkan akan segera terjadi reli menuju USD 83.000, dengan garis resistance kemungkinan besar akan tertembus dalam beberapa hari ke depan," kata Markus, mengutip Yahoo Finance, Jumat (7/6/2024).
Dia memprediksi kemungkinan kenaikan ini terlihat sejak 7 Juni 2024 ini. Serta, bisa menemui puncaknya di 12 Juni 2024, pekan depan.
"Waktu ideal untuk menembus resistensi ini adalah hari ini, Jumat, 7 Juni, atau minggu depan, Rabu, 12 Juni," urai Markus Thielen.
Menurut teori analisis teknikal, pola head-and-shoulders terbalik biasanya terbentuk setelah tren turun dan membalikkan tren ke atas setelah penembusan. Pola ini jarang muncul di pasar dengan tren naik, menandakan kelanjutan bullish.
Penembusan di atas USD 72.000 bergantung pada data nonfarm payrolls AS yang dijadwalkan dirilis pada hari Jumat pukul 12:30 UTC.
Advertisement
Tren Perekonomian Berdampak ke Kripto
Masih dalam laporan yang sama, perkiraan konsensus para ekonom adalah bahwa perekonomian menciptakan 180.000 lapangan kerja di Mei, hampir menyamai kenaikan di bulan April sebesar 175.000. Tingkat pengangguran diperkirakan akan tetap di 3,9 persen pada bulan Mei.
Estimasi median untuk pendapatan rata-rata per jam adalah kenaikan sebesar 0,3 persen, sedikit di atas laju April, yang menyebabkan pertumbuhan upah dalam 12 bulan sebesar 3,9 persen untuk bulan kedua berturut-turut.
Data yang lemah dapat memperkuat alasan penurunan suku bunga The Fed, sehingga menambah momentum kenaikan pada aset-aset berisiko, termasuk mata uang kripto. Beberapa bank investasi sudah memperkirakan bank sentral akan beralih ke pelonggaran likuiditas baru melalui penurunan suku bunga pada bulan Juli.