Sinyal Miliarder Teknologi Michael Dell Lirik Bitcoin

Sampai saat ini, hanya sejumlah kecil perusahaan lain yang menganggap layak untuk menjadikan bitcoin sebagai bagian dari strategi perbendaharaan

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 23 Jun 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2024, 17:00 WIB
Sinyal Miliarder Teknologi Michael Dell Lirik Bitcoin
CEO Dell Technologies (DELL) Michael Dell dengan kapitalisasi pasar senilai USD 100 miliar lebih, menunjukkan setidaknya beberapa sinyal mengenai ketertarikannya terhadap bitcoin (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - CEO Dell Technologies (DELL)  Michael Dell dengan kapitalisasi pasar senilai USD 100 miliar lebih, menunjukkan setidaknya beberapa sinyal mengenai ketertarikannya terhadap bitcoin (BTC).

Baru-baru ini, di me-retweet unggahan mengenai Bitcoin oleh Michael Saylor. Melansir Coindesk, Minggu (23/6/2024), hal ini dimulai pada, Kamis ketika Dell menulis, "Kelangkaan menciptakan nilai,"

Hal itu memicu balasan dari Saylor, ketua eksekutif MicroStrategy (MSTR), yang mengatakan, “Bitcoin adalah Kelangkaan Digital,” yang kemudian di-retweet oleh Dell. Tak berhenti di situ, Dell kemudian mengunggah gambar Sesame Street's Cookie Monster yang tampaknya telah disunting secara digital oleh Saylor.

Pada gambar utingan itu, memperlihatkan Cookie Monster sedang melahap sesuatu tetapi bukan cookie, melainkan Bitcoin. Sebagai CEO pertama dan sekarang ketua eksekutif di MicroStrategy, Saylor tidak hanya memimpin perusahaan tersebut dalam akuisisi 226.331 bitcoin senilai USD 15 miliar selama hampir empat tahun terakhir.

Sampai saat ini, hanya sejumlah kecil perusahaan lain yang menganggap layak untuk menjadikan bitcoin sebagai bagian dari strategi perbendaharaan mereka, dan tidak ada yang mendekati sejauh mana apa yang telah dilakukan Saylor dengan MicroStrategy.

Berdasarkan pengajuan baru-baru ini, Dell memiliki aset lancar sebesar USD 34,6 miliar di neracanya pada 3 Mei, dengan USD 5,8 miliar di antaranya dalam bentuk tunai dan setara kas. Bitcoin tidak disebutkan.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Raksasa Telekomunikasi T-Mobile Siap Garap Penambangan Bitcoin

Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Sebelumnya, raksasa telekomunikasi Jerman, Deutsche Telekom atau lebih dikenal dikenal sebagai T-Mobile sudah membuat rencana untuk mendalami penambangan Bitcoin sepenuhnya dalam waktu dekat. Kepala T-Mobile Web3 Dirk Roder mengumumkan niat perusahaannya untuk menambang Bitcoin.

Dalam pernyataan baru-baru ini, dia mengungkapkan bahwa perusahaan telah menjalankan node sendiri selama beberapa waktu. Melansir Coingapr, Senin (17/6/2024), Roder mengatakan bahwa T-Mobile berencana untuk terlibat dalam “digital monetary photosynthesis”.

Jika hal ini akhirnya terjadi, akan menandai perubahan paradigma besar bagi industri kripto yang lebih luas, mengingat reputasi Deutsche Telekom. Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan Jerman telah memberikan dorongan besar terhadap industri blockchain.

Pada 31 Mei, protokol penskalaan Layer-2 Ethereum (ETH) Polygon (MATIC) menandatangani kemitraan dengan raksasa telekomunikasi. Kemitraan tersebut menjadikan Deutsche Telekom sebagai salah satu validator di jaringan Polygon Proof-of-Stake (PoS). Pada saat yang sama, ini membantu perusahaan mengeksplorasi potensi penuh dari teknologi blockchain.

Alhasil, anak perusahaan Deutsche Telekom, Deutsche Telekom MMS mulai menyediakan layanan staking dan validasi untuk jaringan PoS Polygon dan solusi Supernet.

Demikian pula, perusahaan Kecerdasan Buatan (AI) yang berkantor pusat di Inggris, Fetch.ai, menandatangani kemitraan strategis baru dengan Deutsche Telekom dan Bosch dalam upaya untuk meningkatkan penawaran AI dan blockchain-nya.

Sebagai validator Fetch.ai, tanggung jawab perusahaan Jerman ini termasuk bertindak sebagai pelindung integritas jaringan dan tugas utama mereka adalah memastikan bahwa semua transaksi aman dan andal.

Raksasa Telekomunikasi T-Mobile Siap Garap Penambangan Bitcoin

Ilustrasi bitcoin dan ethereum (Foto: Unsplash/Thought Catalog)
Ilustrasi bitcoin dan ethereum (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Sebelumnya, raksasa telekomunikasi Jerman, Deutsche Telekom atau lebih dikenal dikenal sebagai T-Mobile sudah membuat rencana untuk mendalami penambangan Bitcoin sepenuhnya dalam waktu dekat. Kepala T-Mobile Web3 Dirk Roder mengumumkan niat perusahaannya untuk menambang Bitcoin.

Dalam pernyataan baru-baru ini, dia mengungkapkan bahwa perusahaan telah menjalankan node sendiri selama beberapa waktu. Melansir Coingapr, Senin (17/6/2024), Roder mengatakan bahwa T-Mobile berencana untuk terlibat dalam “digital monetary photosynthesis”.

Jika hal ini akhirnya terjadi, akan menandai perubahan paradigma besar bagi industri kripto yang lebih luas, mengingat reputasi Deutsche Telekom. Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan Jerman telah memberikan dorongan besar terhadap industri blockchain.

Pada 31 Mei, protokol penskalaan Layer-2 Ethereum (ETH) Polygon (MATIC) menandatangani kemitraan dengan raksasa telekomunikasi. Kemitraan tersebut menjadikan Deutsche Telekom sebagai salah satu validator di jaringan Polygon Proof-of-Stake (PoS). Pada saat yang sama, ini membantu perusahaan mengeksplorasi potensi penuh dari teknologi blockchain.

Alhasil, anak perusahaan Deutsche Telekom, Deutsche Telekom MMS mulai menyediakan layanan staking dan validasi untuk jaringan PoS Polygon dan solusi Supernet.

Demikian pula, perusahaan Kecerdasan Buatan (AI) yang berkantor pusat di Inggris, Fetch.ai, menandatangani kemitraan strategis baru dengan Deutsche Telekom dan Bosch dalam upaya untuk meningkatkan penawaran AI dan blockchain-nya.

Sebagai validator Fetch.ai, tanggung jawab perusahaan Jerman ini termasuk bertindak sebagai pelindung integritas jaringan dan tugas utama mereka adalah memastikan bahwa semua transaksi aman dan andal.

Industri Penambangan Bitcoin

Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Aleksi Raisa)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Aleksi Raisa)

Sementara itu, industri penambangan Bitcoin sedang menghadapi beberapa tantangan saat ini. Setelah peristiwa halving Bitcoin pada bulan April 2024, pendapatan para penambang turun secara signifikan sementara biaya penambangan untuk mata uang kripto utama meningkat secara signifikan.

Biaya rata-rata penambangan 1 BTC adalah sekitar USD 77.000 dan di sisi lain, pendapatan penambangan meningkat dari USD 78.000 menjadi USD 35.000. Lonjakan biaya ini telah menyebabkan gelombang kapitulasi di kalangan penambang Bitcoin dalam sebulan terakhir.

Semua pandangan ini berkontribusi pada penurunan harga Bitcoin. Koin saat ini berada pada tren turun setelah mencapai USD 71,000 beberapa hari yang lalu. Meskipun demikian, Deutsche Telekom mungkin mendapatkan keuntungan jika memilih untuk bergabung dengan perusahaan seperti Tether dalam menambang koin.

2 Analis Ramal Harga Bitcoin Bisa Tembus USD 1 Juta, Kapan?

Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Thought Catalog)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Analis di Bernstein, Gautam Chhugani dan Mahika Sapra membagikan prediksi harga Bitcoin (BTC) mereka saat membahas tentang perusahaan intelijen perangkat lunak yang berfokus pada aset kripto tersebut, Microstrategy.

Melansir News.bitcoin.com, Senin (17/6/2024) Gautam dan Mahika yakin harga BTC dapat mencapai USD 1 juta pada tahun 2033 dan memperkirakan siklus tertinggi sebesar USD 200,000 pada tahun 2025, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar USD 150,000.

"Kami merevisi ekspektasi harga Bitcoin ke siklus tertinggi USD 200 pada tahun 2025 (vs. USD 150K sebelumnya)," kata Gautam dan Mahika.

Perkiraan dasar kami, Bitcoin seharga USD 200.000 pada tahun 2025, USD 500.000 pada tahun 2029 dan USD 1 Juta pada tahun 2033," bebernya.

Para analis sebagian besar mengaitkan perkiraan harga bullish dengan kuatnya permintaan dari dana yang diperdagangkan di bursa atau ETF Bitcoin.

"Kami percaya bahwa ETF yang diatur di AS adalah momen penting bagi kripto, membawa permintaan struktural dari kumpulan modal tradisional," jelas mereka.

Selain itu, keduanya juga memperkirakan bahwa pada 2025, ETF Bitcoin akan menampung sekitar 7% dari BTC yang beredar, dan meningkat menjadi 15% pada 2033.

Analis di Bernstein itu juga menjelaskan bahwa halving Bitcoin menciptakan skenario unik di mana tekanan jual alami dari penambang Bitcoin berkurang setengahnya, atau bahkan lebih karena mereka menyimpan lebih banyak Bitcoin sebagai antisipasi.

Pada saat yang sama, katalis baru untuk permintaan Bitcoin muncul, yang menyebabkan kenaikan harga secara eksponensial. 

"Kami yakin Bitcoin berada dalam siklus bullish baru," pungkasnya.

 

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya