Liputan6.com, Jakarta - CEO Cryptoquant Ki Young Ju menuliskan di dalam media sosial X minggu mengenai potensi bearish atau sideways harga Bitcoin dalam 6 hingga 12 bulan ini. Prakiraannya telah membuat investor terpecah, memicu perdebatan mengenai apakah akan bertahan atau bersiap menghadapi kondisi yang lebih buruk di masa mendatang.
"Siklus bull Bitcoin telah berakhir, kami perkirakan aksi harga bearish atau sideways selama 6–12 bulan," tulis eksekutif Cryptoquant tersebut, dikutip dari Bitcoin.com, Kamis (20/3/2025).
Advertisement
Ki Young Ju menyoroti bahwa setiap indikator onchain menunjukkan pasar yang melemah. Dengan berkurangnya modal baru, para investor besar yang baru menjual BTC dengan harga diskon.
Advertisement
CEO Cryptoquant lebih lanjut mencatat bahwa pengguna platformnya, mereka yang berlangganan peringatannya, telah mendapatkan peringatan ini beberapa hari sebelumnya. Ia menduga mereka telah mengubah strategi mereka sebagai tanggapan.
Postingan X-nya berlanjut:
"Peringatan ini menerapkan PCA ke indikator on-chain seperti MVRV, SOPR, dan NUPL untuk menghitung rata-rata pergerakan 365 hari. Sinyal ini mengidentifikasi titik balik di mana tren rata-rata pergerakan 1 tahun berubah," tulis dia.
Banyak orang ikut menanggapi unggahan X Ki Young Ju.
"Wah, apakah orang benar-benar menyerah sebelum pergeseran kekayaan terbesar dalam sejarah?"
Sedangkan yang lainnya melihat postingan itu sebagai petunjuk bahwa aset digital alternatif mungkin mulai mencuri perhatian.
"Musim alt dimulai," jawab seseorang.
CEO Cryptoquant menambahkan logika tambahan ke sudut pandangnya dengan menambahkan utas X.
"Saya telah menyerukan pasar bullish selama dua tahun terakhir, bahkan ketika indikator berada di garis batas. Maaf mengubah pandangan saya, tetapi sekarang terlihat cukup jelas bahwa kita memasuki pasar bearish," tambahnya.
CEO Cryptoquant menyimpulkan dengan menyatakan:
"Saya tidak bisa terus-menerus berbagi harapan saya ketika data terus menunjukkan tanda-tanda penurunan. Saya tidak akan melakukan short BTC dan tetap mempertahankan posisi saya."
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Harga Bitcoin Anjlok 22% dari Rekor Tertinggi, Apakah Ini Akhir Bull Run?
Harga Bitcoin mengalami penurunan signifikan sebesar 22% dari rekor tertingginya di angka USD 109.000 yang dicapai pada 20 Januari 2025, tepat pada hari pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS.
Dilansir dari Coinmarketcap, Selasa (18/3/2025), meskipun terjadi penurunan tajam ini, banyak analis meyakini ini hanyalah koreksi sementara dalam siklus pasar bullish Bitcoin.
Menurut analis dari Bitfinex, pola siklus empat tahun Bitcoin masih menjadi faktor utama dalam pergerakan harga. Mereka menjelaskan bahwa koreksi dalam tren bullish adalah hal yang wajar dan sering kali mendahului rebound kuat.
Indikator teknis memang menunjukkan adanya tekanan bearish, tetapi data historis menunjukkan bahwa Bitcoin cenderung bangkit kembali setelah periode penurunan.
“Penurunan seperti ini sering kali terjadi dalam siklus bullish dan bukan merupakan tanda berakhirnya tren positif,” ujar analis Bitfinex.
Para analis juga menyoroti kisaran harga USD 72.000 hingga USD 3.000 sebagai level support utama bagi Bitcoin. Selain itu, Bitcoin masih memiliki korelasi kuat dengan pasar keuangan tradisional, terutama indeks S&P 500, yang berarti potensi pemulihan bisa terjadi seiring dengan pergerakan pasar saham.
Advertisement
Halving dan ETF Bitcoin Berperan Penting
Iliya Kalchev, analis dari Nexo, menegaskan bahwa peristiwa halving Bitcoin tetap menjadi pendorong utama harga dalam jangka panjang.
Meski tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) Bitcoin turun ke titik terendah historis sebesar 8%, ia percaya halving tetap memiliki dampak signifikan terhadap harga Bitcoin. Sejak halving terakhir pada April 2024, harga Bitcoin telah naik lebih dari 31%.
Selain itu, adopsi Bitcoin oleh investor institusional melalui ETF juga menjadi faktor pendukung utama. Dengan kepemilikan kumulatif yang sempat melampaui USD 125 miliar, ETF Bitcoin menunjukkan bahwa minat investor besar terhadap aset digital ini masih kuat.
Dampak Kondisi Ekonomi Global
Bitcoin juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi makro seperti imbal hasil obligasi dan ketegangan geopolitik. Para analis memperingatkan bahwa ketidakpastian ekonomi yang berkelanjutan dan potensi perang dagang dapat menekan sentimen investor. Namun, sebagian besar risiko ini telah diperhitungkan oleh pelaku pasar.
Meskipun harga Bitcoin sedang dalam fase koreksi, banyak analis tetap optimis terhadap pergerakan jangka panjangnya. Faktor seperti pola siklus historis, pengurangan separuh, dan minat institusional menjadi alasan utama mengapa Bitcoin masih dianggap memiliki potensi kenaikan di masa mendatang. Koreksi saat ini justru bisa menjadi peluang bagi investor untuk masuk sebelum harga kembali naik.
Advertisement
