Liputan6.com, Jakarta - Aleksei Andriunin, pendiri dan CEO Gotbit, sebuah perusahaan pembuat pasar mata uang kripto, mengaku bersalah atas tuduhan konspirasi untuk melakukan manipulasi pasar dan penipuan melalui transfer kawat di pengadilan federal Boston pada hari Jumat.
Jaksa menuduh bahwa Andriunin dan perusahaannya berpartisipasi dalam skema manipulasi pasar yang luas atas nama klien mereka.
Baca Juga
“Tindakan seperti ini merusak integritas pasar kripto dan menipu para investor,” ujar salah satu jaksa yang terlibat dalam kasus ini, dikutip dari Yahoo Finance, Senin (23/3/2025).
Advertisement
Dibekuk lewat Operasi Rahasia FBI
Penangkapan Andriunin merupakan bagian dari operasi besar yang disebut “Operasi Token Mirrors”, yang dijalankan oleh FBI. Menariknya, dalam operasi ini, FBI menciptakan token digital mereka sendiri untuk memancing dan menangkap pelaku manipulasi pasar.
Setelah ditangkap di Portugal pada Oktober lalu, Andriunin, yang merupakan warga negara Rusia, diekstradisi ke AS untuk menghadapi dakwaan. Dia kini menghadapi hukuman hingga dua tahun penjara dan dijadwalkan menerima vonis pada 16 Juni.
Sementara itu, Gotbit telah setuju untuk menyerahkan sekitar USD 23 juta dalam bentuk mata uang kripto sebagai bagian dari penyelesaian kasus ini.
Dugaan Manipulasi Pasar Sejak 2018
Menurut jaksa, Gotbit telah melakukan praktik “wash trading” sejak tahun 2018 hingga 2024. Teknik ini melibatkan transaksi perdagangan palsu untuk menciptakan ilusi tingginya volume perdagangan suatu token guna menarik perhatian investor dan memungkinkan token tersebut terdaftar di bursa besar.
Dalam sebuah wawancara daring tahun 2019, Andriunin bahkan pernah mengungkapkan secara terang-terangan bahwa Gotbit mengembangkan kode khusus untuk melakukan wash trading guna meningkatkan volume perdagangan token secara artifisial.
Jaksa menuduh Gotbit melakukan wash trading senilai jutaan dolar dan memperoleh puluhan juta dolar dari layanannya, termasuk untuk mata uang kripto Saitama dan Robo Inu. Beberapa individu yang terlibat dalam mata uang kripto ini juga telah didakwa.
Hingga saat ini, pengacara Andriunin belum memberikan pernyataan resmi terkait kasus ini. Namun, pakar industri kripto menilai bahwa kasus ini bisa menjadi titik balik dalam upaya pemerintah AS untuk memperketat pengawasan terhadap pasar kripto guna melindungi investor dari praktik manipulatif.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Harga Bitcoin Diprediksi Naik-Turun Tahun Ini, Kenapa?
Pergerakan harga Bitcoin menjadi salah satu yang menarik diperhatikan. Pasalnya, harga kripto andalan tersebut diprediksi masih akan mengalami fluktuasi.
Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menyampaikan ada potensi Bitcoin mengalami kenaikan kedepannya. Terbaru, harga Bitcoin menguat karena Bank Sentral Amerika Serikat menahan suku bunga.
Dia mengidentifikasi pola bullish pada grafik harian BTC, yang dapat membawa harga mencapai ke level USD 90.000, terutama jika The Fed menunjukkan sikap lebih dovish terhadap kebijakan moneter.
Menurut Fyqieh, volatilitas harga Bitcoin masih akan tinggi dalam beberapa bulan ke depan.
“Jika Powell mengindikasikan penurunan suku bunga di akhir tahun ini, Bitcoin bisa menguji level USD 90.000. Namun, jika kebijakan moneter tetap ketat, ada risiko penurunan hingga USD 76.000,” ungkap Fyqieh dalam keterangannya, Minggu (23/3/2025).
Dia memandang selain kebijakan The Fed, faktor geopolitik juga dapat memainkan peran penting. Peristiwa seperti keputusan pemerintah AS terhadap regulasi kripto, serta konflik geopolitik global, dapat mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin secara signifikan.
Bitcoin terus menunjukkan daya tariknya sebagai aset investasi utama di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dengan dominasi pasar sebesar 60,7 persen dan kapitalisasi mencapai USD 1,73 triliun, minat investor tetap tinggi.
"Namun, investor perlu mencermati berbagai faktor yang dapat mempengaruhi harga, termasuk kebijakan moneter, arus masuk institusional, serta dinamika geopolitik," katanya.
"Bagi investor yang ingin mengambil keuntungan dari volatilitas ini, memahami level support di USD 80.000 dan resistensi di USD 85.500 serta USD 87.000 menjadi kunci untuk membuat keputusan investasi yang lebih bijak," imbuh Fyqieh.
Advertisement
Pengaruh Harga Bitcoin Menguat
Sebelumnya, nilai Bitcoin meningkat positif seiring dengan penetapan suku bunga Amerika Serikat (AS) oleh Federal Reserve (The Fed). Namun, menguatnya nilai Bitcoin digadang bukan sebatas karena tak naiknya suku bunga tersebut.
Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, lonjakan harga Bitcoin tidak hanya dipicu oleh keputusan hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). Tapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti meningkatnya minat institusional dan perkembangan politik.
“Rencana Donald Trump untuk berbicara di Digital Asset Summit (DAS) yang diselenggarakan di New York pada 20 Maret 2025, turut mendongkrak pasar kripto," kata Fyqieh dalam keterangannya, Jumat (21/3/2025).
Investor Kembali Aktif
Di samping itu, investor kakap yang kembali aktif di pasar kripto turut memberikan pengaruh. Ini terluhat dari arus masuk dana yang diinvestasikan.
"Selain itu, data menunjukkan bahwa ETF Bitcoin spot AS mencatat arus masuk bersih sebesar USD 209 juta pada 19 Maret, menegaskan bahwa investor besar kembali aktif di pasar,” tegas Fyqieh.
Asal tahu saja, harga Bitcoin mengalami lonjakan signifikan hingga USD 87.453 atau sekitar Rp 1,44 miliar pada 20 Maret 2025.
Hal ini didorong oleh reaksi pasar terhadap keputusan hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan pernyataan dari Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell.
Advertisement
