Jakarta - Pertunjukan teater Moby Dick di Rambazamba Theater, Berlin, Jerman terbilang unik. Karena rupanya, ada beberapa pemain teaternya yang mengidap disabilitas down syndrome.
Jakob Höhne adalah direktur teater ini. Saudara lelakinya Moritz yang mengidap disabilitas down syndrome merupakan salah satu aktor dalam teater yang didirikan 1990 ini.
Dilansir DW Indonesia, Senin (11/11/2019), down syndrome adalah kelainan bawaan dengan beragam derajat efek gangguan fisik maupun kognitif.
Advertisement
"Intinya, yang penting pengidap down syndrome memiliki ekspresi artistik sendiri. Bagaimana cara mereka mewujudkan dan memainkan perannya. Mereka punya tempo dan konsepsi berbeda dengan kita. Saya menjelaskan sesuatu kepada aktor dengan bahasa, sementara aktor difabel melakukannya dengan gerakan", ujar Jakob Höhne.
Jonas Sippel yang pengidap down syndrome bergabung dengan teater sejak 2015. Menurutnya, akting merupakan kekuatan yang sangat penting bagi pengidap disabilitas down syndrome.
"Berakting adalah kekuatan yang amat penting bagi pengidap down syndrome. Ada aktor teater yang kesulitan bicara dan tidak bisa bicara. Mereka hanya bisa melakukan Komunikasi dengan cara berakting," kata Sippel.
Di Jerman yang modern dan maju, hanya ada sedikit peluang bagi pengidap down syndrome untuk menjalani kehidupan seperti remaja normal. Tidak banyak opsi untuk bermukim bersama berbagi rumah. Jonas Sippel termasuk beruntung.
"Saya tipe orang yang terbuka, suka ngobrol dengan orang dan bersama melakukan sesuatu. Saya suka bersosialisasi, menulis puisi dan juga tertarik pada seni peran dan seni lainnya. Kami harus berjuang keras, untuk menegaskan semua orang tidak sama. Kalau tidak, orang tidak melihat perbedaannya. Kami punya hak", papar Sippel.
Rambazamba berhasil mempersatukan aktor dengan disabilitas dan aktor normal. Seperti Moby Dick, banyak produksi lainnya juga mengikut sertakan aktor dari grup lain.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Koreografi Ungkapan Kebebasan
Aktor Boris Jacoby mengaku pernah melihat latihan teater disabilitas.
"Saya datang melihat latihan teater di pagi hari dan sore harinya saya sudah bergabung. Yang menarik saya gabung adalah energi yang bebas dari refleksi diri. Perbedaan lebih kecil dari kebersamaan," kata Boris.
Untuk tarian dan adegan akrobatik dalam Moby Dick, teater mengundang dua orang koreografer dari Spanyol. Mereka mengatakan bisa belajar banyak dari rekannya penyandang disabilitas.
"Mereka tidak punya filter seperti kami. Seperti, ini terlalu banyak atau saya tidak bisa melakukannya. Mereka jauh lebih bebas," kata penari dan koreografer Rambazamba, Sara Lu.
Jalan menuju ke satu masyarakat inklusif amat panjang, tapi Rambazamba tetap setia pada haluannya. Mempersatukan aktor normal dengan aktor pengidap down syndrome.
Advertisement