Takwinul Ummah, Pesantren Inklusif yang Peduli Yatim dan Dhuafa

Pesantren inklusif Takwinul Ummah hingga kini telah memberikan beasiswa pendidikan pada 250 anak yatim dan dhuafa. Pada tahun ajaran 2019-2020, ada 63 anak yang ditanggung kehidupannya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Jan 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2020, 18:00 WIB
Sholat Bersama
Santri Takwinul Ummah shalat bersama, Rengasdengkolk, Karawang, (13/1/2020).

Liputan6.com, Jakarta Pesantren inklusif Takwinul Ummah hingga kini telah memberikan beasiswa pendidikan pada 250 anak yatim dan dhuafa. Pada tahun ajaran 2019-2020, ada 63 anak yang ditanggung kehidupannya.

“Mulai dari biaya makan, pakaian, peralatan mandi, hingga kebutuhan pribadinya,” ujar Ustadz Ismail, pendiri Yayasan Islami Takwinul Ummah.

Pihak pesantren memiliki kriteria khusus sebelum memberikan beasiswa. Kriteria tersebut yaitu, penerima beasiswa adalah anak yatim yang aktif mengaji di lembaga jaringan Yayasan Takwinul Ummah.

Anak-anak didik ini tidak hanya berasal dari wilayah Karawang. Ada yang berasal dari Depok, Lampung, Pekalongan, Cirebon, dan Indramayu. Setiap tahun, 30 anak didata dan dipersiapkan untuk masuk pesantren.

Tentunya, kebutuhan 30 anak itu dipersiapkan juga termasuk kasur dan lemarinya. Ketika anak-anak itu datang ke pesantren mereka tinggal belajar tanpa harus mengeluarkan uang sepeser pun.

Mengutamakan Kesejahteraan Guru

SMP Islam Takwinul Ummah yang berdiri sejak dua tahun lalu menyediakan guru yang kompeten. Semua guru memiliki latar belakang pendidikan yang baik dengan gelar S1.

“Prinsip saya itu kalau ingin membentuk anak yang berkualitas tentu gurunya harus yang berkualitas. Sebelum menjadi guru di sini, mereka kita berikan pelatihan dulu dengan ahli pendidikan dan psikolog,” ujar Ismail.

Hingga kini, jumlah total guru dan staf yang bergabung bersama Yayasan Takwinul Ummah sebanyak 50 orang. Mereka mengajar dengan diberi insentif tetap setiap bulannya. Ismail menambahkan, jumlah insentif yang diterima para guru selevel dengan gaji guru-guru di sekolah favorit tingkat Karawang.

“Karena saya enggak mau main-main soal guru, keberhasilan pendidikan anak tergantung pada gurunya bisa fokus atau tidak,” katanya.

Untuk menjaga hubungan dan kesejahteraan guru serta murid, rutin dilakukan pelesir. Di waktu luang semua yang terlibat dengan yayasan diajak untuk berekreasi. Bisa dalam bentuk berkemah atau berenang bersama. Kegiatan seperti ini setidaknya dilakukan dua kali dalam satu tahun.

Bekerjasama dengan Psikolog Pendidikan

Ustaz Ismail, Mego Husodo, dan para santri
Ustaz Ismail, Mego Husodo, dan para santri Takwinul Ummah, Karawang, (13/1/2020).

Dalam membangun rencana pendidikan dan kurikulum. Pesantren melakukan kerja sama dengan psikolog pendidikan. Para psikolog dimintai masukan mengenai pendidikan seperti apa yang cocok diberikan pada anak-anak.

Salah satu psikolog bernama Mego Husodo adalah kenalan Ustadz Ismail. Mereka sering berceramah di beberapa tempat. Akhirnya, Mego pun ikut serta dalam memajukan Yayasan Takwinul Ummah dengan memberikan seminar setiap bulannya.

“Saya memberikan materi yang bertujuan menguatkan mereka. Di usia remaja mereka harus meninggalkan kehidupan seperti remaja lainnya yang bisa motor-motoran, pacaran, dan selfie. Tak lain untuk tujuan belajar agama,” ujar Mego.

Bagi Mego, ini adalah tanggung jawab moral.

Sektor Usaha Pesantren

Kolam Lele Takwinul Ummah
12 Kolam lele pemberian Susi Pudjiastuti.

Yayasan berjalan dengan bantuan dana dari para donatur. Kebanyakan donatur berasal dari para jamaah Ustadz Ismail. Selain itu, yayasan juga memiliki tiga sektor usaha. Yaitu, pembiakan ikan lele, air minum isi ulang, dan koperasi.

Pada 2017 yayasan menerima bantuan dari Kementrian Kelautan masa jabatan Susi Pudjiastuti. Bantuan ini berupa 12 kolam lele serta bibit lelenya. Mesin pakan pun diberikan dan kini yayasan mampu melakukan pembiakan lele secara mandiri. Lele biasanya dijadikan konsumsi pribadi namun, tak jarang dijual dengan harga Rp 25 ribu untuk satu kilo.

“Kami juga membuat koperasi supaya guru-guru dan staf bisa membeli semua kebutuhan sehari-hari di koperasi. Penghasilannya akan masuk lagi ke kas Yayasan,” ujar Ismail.

Sedang, usaha pengisian air minum dilatarbelakangi konsumsi air minum anak-anak dulunya dibeli dari luar. Namun, air tersebut kualitasnya tidak baik dan sering kali membuat anak-anak sakit.

Demi kesehatan anak-anak, dibuatlah galian air sedalam 76 meter. Mesin pengolah air pun dibeli seharga Rp50 juta. Percobaan pertama gagal. Kemudian dibeli lagi mesin lainnya dan dilakukan 15 kali filter hingga akhirnya kualitas air yang dihasilkan pun bagus.

Ismail membawa sampel air ke majelis-majelis taklim untuk dicoba jamaah. Mereka memberikan komentar positif karena rasa airnya enak dan mengenyangkan.

“Mungkin ini pengaruh bacaan-bacaan anak yatim, lokasi air memang dekat dengan tempat santri belajar, membaca Quran, dan bershalawat,” kata Ustadz.

Akhirnya, permintaan air pun meningkat dan memberi masukan uang untuk Yayasan.

Pesan dan Harapan Ustaz Ismail

Ustaz Ismail menerangkan, yayasan ini pada dasarnya memang dibangun untuk beribadah. Ia berharap yayasan ini menjadi ladang ibadah untuk siapa pun. Setiap bulannya, pengeluaran bisa mencapai Rp120 juta. Maka dari itu, siapa pun yang ingin menitipkan infaknya, akan sangat diterima.

Ia juga berpesan pada para santri. “Sekarang mereka disantuni, mereka dibantu, kelak mereka harus menjadi orang yang bermanfaat dan memberikan bantuan bagi orang lain. Harus menjadi fasilitator kebaikan bagi sekitar. Karena hidup kita akan hambar, ketika kita tidak memiliki kemampuan untuk menjadi bermanfaat,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya