Pendemi COVID-19 Bikin Cemas, Penggunaan Obat Penenang Saraf Meningkat

Pandemi COVID-19 membuat semakin banyak warga Amerika yang mengonsumsi obat penenang saraf. Banyak dari mereka yang mengalami gangguan kecemasan atau anxiety selama masa pandemi.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 29 Mei 2020, 10:21 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2020, 10:10 WIB
Kondisi Stres dan Cemas
Ilustrasi Stres dan Cemas Credit: pexels.com/VictoriaB

Liputan6.com, Jakarta Pandemi COVID-19 membuat semakin banyak warga Amerika yang mengonsumsi obat penenang saraf. Banyak dari mereka yang mengalami gangguan kecemasan atau anxiety selama masa pandemi.

Perusahaan riset kesehatan IQVIA menemukan bahwa resep untuk obat anti cemas meningkat 10,2 persen pada Maret, menjadi 9,7 juta. Sebelumnya, pada Maret 2019 jumlah resep obat anti cemas sebanyak 8,8 juta, menurut laporan Wall Street Journal melansir New York Post.

Sementara itu, resep untuk antidepresan naik 9,2 persen, dari 27,2 juta menjadi 29,7 juta, dari Maret 2019 hingga Maret 2020.

Bahkan peningkatan yang lebih mengejutkan dilaporkan oleh perusahaan lain, Express Scripts. Perusahaan itu mengatakan bahwa resep untuk obat anti kecemasan naik 34,1 persen antara pertengahan Februari dan pertengahan Maret.

“Resep untuk antidepresan dan obat tidur masing-masing meningkat 18,6 persen dan 14,8 persen,” menurut pihak Express Scripts.

Sementara itu, psikiater yang bekerja untuk Ginger, sebuah perusahaan yang menyediakan layanan kesehatan mental berbasis video menyampaikan, 86 persen lebih banyak permintaan obat-obatan psikotropika, terutama antidepresan, pada Maret dan April 2020 daripada di Januari dan Februari.

Simak Video Berikut Ini:

Menurut Psikiater

Bruce Schwartz, wakil ketua dan profesor ilmu psikiatri dan perilaku di Montefiore Medical Center di New York, menyebut peningkatan permintaan obat-obatan itu sangat bermasalah.

"Banyak dokter memiliki ambang batas rendah untuk meresepkan obat. Banyak orang mengembangkan ketergantungan pada obat-obatan ini,” katanya.

James Potash, Direktur Psikiatri dan Ilmu Perilaku di Johns Hopkins Medicine, mencatat bahwa obat anti-kecemasan yang paling populer adalah benzodiazepin seperti Valium, Xanax, Ativan dan Klonopin.

"Mereka kuat, dan mereka sangat menarik karena mereka bekerja secara instan. Kamu minum Ativan, dan 30 menit kemudian kamu merasa tidak terlalu cemas."

Tetapi Potash memperingatkan bahwa walaupun obat ini efektif untuk pengobatan jangka pendek, pengguna dapat mengembangkan ketergantungan hanya dalam waktu dua minggu.

“Itu dapat membuat orang meningkatkan asupannya, menyulitkan mereka untuk berhenti menelan pil dan mengarah pada gejala berbahaya.”

Beth Salcedo, seorang psikiater dari Asosiasi Anxiety and Depression of America, mengatakan bahwa cara terbaik untuk mengatasi kecemasan termasuk “berolahraga, makan dengan baik, menghindari alkohol dan memastikan kita mengelilingi diri kita sendiri dengan dukungan sosial sebanyak mungkin."

Jika itu tidak berhasil, ia merekomendasikan jenis konseling yang dikenal sebagai "terapi perilaku kognitif," dibantu dengan obat antidepresan seperti Lexapro dan Prozac.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya