Beda Pemahaman Disabilitas Terhadap Suatu Bentuk

Setiap benda memiliki bentuk dan struktur yang berbeda. Dalam memahami konsep ini, orang-orang biasanya melihat bendanya. Namun, bagi penyandang tunanetra ada batasan-batasan tersendiri dalam memahami konsep ini secara utuh.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 11 Okt 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2020, 10:00 WIB
Perpustakaan Tunanetra
Penyandang tunanetra meraba huruf braille saat membaca buku di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra, Jakarta, Selasa (3/12/2019). Perpustakaan Mitra Netra menyajikan buku-buku khusus penyandang tunanetra, seperti buku braille, buku audio digital, dan buku elektronik. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Setiap benda memiliki bentuk dan struktur yang berbeda. Dalam memahami konsep ini, orang-orang biasanya melihat bendanya. Namun, bagi penyandang tunanetra ada batasan-batasan tersendiri dalam memahami konsep ini secara utuh.

Menurut peneliti dari Universitas Muhammadiyah Jakarta Rahmita Nurul Muthmainnah, penyandang tunanetra akan mengobservasi sebuah bangun dengan menggunakan indera peraba terlebih dahulu. Setelah itu, mereka menggabungkan gambaran atau refleksi tersebut sehingga konsep mengenai objek terbentuk.

Bagi penyandang tunanetra, tangan berfungsi sebagai mata. Dengan meraba mereka bisa mengetahui bagaimana bentuk suatu benda. Namun, benda yang bisa diraba hanya benda-benda dengan jarak dan ukuran tertentu. Benda langit seperti bintang dan bulan tidak bisa dijangkau dengan indera peraba.

Hal ini berpengaruh pada pemahaman yang dimiliki penyandang tunanetra terhadap suatu benda akan berbeda dengan pemahaman non tunanetra.

“Secara keseluruhan, pemahaman siswa tunanetra pada bangun datar sedikit berbeda dengan siswa non tunanetra. Hal ini disebabkan karena dalam mempersepsikan bangun datar, siswa tunanetra menggunakan persepsi sintetik serta analitik yang kemudian terbentuk menjadi suatu konsep,” tulis Rahmita dalam penelitiannya, dikutip Rabu (7/10/2020).

Simak Video Berikut Ini:

Mendefinisikan Bentuk Segitiga

Sebagai contoh dalam mendefinisikan segitiga, peneliti menggunakan definisi bangun yang mempunyai 2 garis miring dan 1 garis mendatar. Dalam beberapa kasus, pemahaman siswa tunanetra cenderung bersifat verbalis yaitu hanya mampu mendefinisikan dalam bentuk kata-kata tanpa memahami maksud sebenarnya.

“Misal dalam mendefinisikan suatu sudut, siswa tunanetra tidak memahami betul arti satuan derajat karena mereka mempelajari sudut tidak menggunakan busur derajat melainkan berdasarkan arah jarum jam.”

Bagi siswa tunanetra, tingkat keparahan penglihatan serta usia saat mengalami disabilitas netra sangat berpengaruh dalam pemahaman serta pembentukan konsep suatu materi. Sebagai contoh, pemahaman siswa yang mengalami tunanetra total sejak lahir akan berbeda dengan pemahaman siswa yang mengalami tunanetra total pada usia sekolah.

“Hal ini disebabkan siwa yang mengalami buta total pada usia sekolah telah memperoleh sedikit gambaran beberapa objek yang pernah ia lihat sebelumnya dan tentunya akan sangat membantu dalam pemahaman serta pembentukan konsep yang akan ia pelajari selanjutnya,” tutup Rahmita.

Infografis Disabilitas

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya