Perlu Tahu, Ini 3 Aspek Kebutuhan Dasar Penyandang Tunanetra

Penyandang tunanetra adalah orang yang mengalami kelainan pada penglihatan sehingga ia tidak dapat menggunakan penglihatannya sebagai saluran utama dalam menerima informasi dari lingkungan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 21 Okt 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2020, 12:00 WIB
FOTO: Melihat Proses Belajar Online di Sekolah Tunanetra
Guru Wahyu Adi Prasetyo (kiri) dan Rantiyani mengajar secara online di sekolah tunanetra Yayasan Raudlatul Makfufin, Buaran, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (10/8/2020). Keterbatasan kuota internet membuat para guru membatasi waktu belajar. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta Penyandang tunanetra adalah orang yang mengalami kelainan pada penglihatan sehingga ia tidak dapat menggunakan penglihatannya sebagai saluran utama dalam menerima informasi dari lingkungan.

Menurut peneliti dari Universitas Pendidikan Indonesia, Irham Hosni, adanya kelainan penglihatan pada seseorang mempunyai akibat langsung maupun tidak langsung.

“Akibat langsung adalah akibat yang disebabkan oleh ketunanetraan sedangkan akibat tidak langsung adalah akibat yang disebabkan oleh lingkungan. Akibat yang tidak langsung ini lebih sulit diatasi daripada akibat langsung dari ketunanetraannya,” tulis Irham dalam penelitiannya dikutip pada Sabtu (17/10/2020).

Kedua akibat tersebut pada akhirnya menimbulkan adanya kebutuhan khusus yang dapat ditinjau dari 3 aspek yaitu fisiologis, personal, dan sosial.

Simak Video Berikut Ini:

Aspek Fisiologis

Tunanetra berakibat pada perubahan secara fisiologis dari sebagian aspek dalam organisme. Sebagian penyandang tunanetra membutuhkan perawatan dan pemeriksaan medis terkait keadaan fisiknya terutama mata.

“Tunanetra mungkin membutuhkan perawatan dan pemeriksaan medis, pengobatan dan evaluasi medis secara umum.”

Penyandang tunanetra total sejak lahir juga akan membutuhkan beberapa pelatihan seperti latihan gerak dan ekspresi tubuh atau bahasa tubuh yang sesuai karena mereka tidak dapat mencontoh orang lain.

Aspek Personal

“Ketunanetraan merupakan pengalaman personal, orang diluar dirinya tidak akan merasakan tanpa ia mengalaminya. Meskipun sama-sama mengalami tunanetra, belum tentu sama apa yang dirasakannya.”

Menurut Irham, individu yang mengalami tunanetra tidak hanya terganggu dan terhambat mobilitasnya tetapi ia juga akan terganggu keberadaannya sebagai manusia.

Kondisi tunanetra berpengaruh pada pengalaman personal, efek psikologis yang dapat ditimbulkan tergantung pada kapan terjadinya ketunanetraan dan bagaimana kualitas serta karakteristik kejiwaannya.

Tunanetra yang memengaruhi pengalaman personal, akan memicu timbulnya beberapa kebutuhan yang bersifat personal pula.

Kebutuhan tersebut antara lain adalah latihan orientasi dan mobilitas, minat untuk berinteraksi dengan lingkungan terutama dalam hal mengolah dan menerima informasi dari lingkungan, dan keterampilan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti menolong diri sendiri.

“Pendidikan dan bimbingan penyuluhan juga merupakan kebutuhan personal secara khusus dan banyak lagi kebutuhan yang bersifat individual.”

Aspek Sosial

Tunanetra merupakan fenomena sosial, apabila ketunanetraan terjadi dalam suatu kelompok masyarakat, maka struktur masyarakat akan mengalami perubahan.

“Keluarga merupakan unit terkecil dalam kelompok masyarakat. Apabila ketunanetraan terjadi dan muncul dalam suatu keluarga, maka tidak mungkin susunan keluarga kembali seperti sebelum adanya anggota keluarga yang mengalami tunanetra.”

Dengan kata lain, keluarga akan mengadakan perubahan dan penyesuaian baik secara total maupun sebagian. Perubahan dan penyesuaian yang terjadi mungkin berakibat baik dan menyenangkan bagi semua anggota keluarga. Mungkin pula berakibat buruk terhadap hubungan dan interaksi antar anggota keluarga.

Kurang baiknya hubungan dan interaksi keluarga karena adanya seorang tunanetra di tengah keluarga, bisa terjadi antara anggota keluarga yang awas maupun antara anggota keluarga yang awas dengan yang mengalami tunanetra.

“Baik buruknya pengaruh adanya seorang tunanetra di tengah keluarga tergantung pada menerima tidaknya semua anggota keluarga terhadap adanya kenyataan tersebut.”

Dengan adanya pandangan ketunanetraan sebagai fenomena sosial, maka kebutuhan dari segi sosial adalah adanya hubungan yang baik antar personal, interaksi yang baik antar anggota keluarga, interaksi dan hubungan dengan teman-temannya, dan membutuhkan pula pengakuan dan partisipasi di berbagai kegiatan dalam lingkungannya.

Persiapan vokasional merupakan aspek lain dari kebutuhan khusus tunanetra ditinjau dari segi sosial. Untuk membina hubungan baik keluarga, memerlukan bimbingan tersendiri.

Bimbingan keluarga perlu diadakan dan diberikan untuk menyadarkan kedudukan tunanetra di tengah keluarga. Bimbingan keluarga juga dapat menyadarkan bagaimana peranan masing-masing dalam hubungan antar anggota keluarga atau keluarga dengan masyarakat sekitarnya.

Infografis Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya