Tak Sekadar Alat Komunikasi, Bisindo Cerminan Karya, Identitas, dan Budaya Tuli

Komunitas tuli kebanyakan setuju bahwa Bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) lebih mudah digunakan ketimbang Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI). Maka dari itu, pada umumnya masyarakat tuli menyebut Bisindo cocok dengan budaya tuli.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Nov 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2020, 18:00 WIB
ilustrasi tuli dan bisindo
Ilustrasi tuli dan bisindo Foto oleh Hassan OUAJBIR dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta Komunitas tuli kebanyakan setuju bahwa Bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) lebih mudah digunakan ketimbang Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI). Maka dari itu, pada umumnya masyarakat tuli menyebut Bisindo cocok dengan budaya tuli.

Beberapa penyandang tuli bahkan aktif mengangkat eksistensi Bisindo sebagai budaya tuli karena gerakan ini dapat menumbuhkan kebanggaan akan identitas diri. Mereka cenderung ingin menunjukan identitasnya sebagai tuli.

Dalam penelitian dari Universitas Padjadjaran (Unpad) disebutkan, informan yang tak lain adalah penyandang tuli menganggap rasa bangga tersebut dapat membuatnya semangat dalam menjalankan aktivitas.

“Selain itu, Bisindo juga dapat memunculkan rasa percaya diri lebih saat berkomunikasi dengan tuli lain karena Bisindo merupakan bagian budaya tuli yang isyaratnya alami dari para penyandang tuli,” tulis salah satu peneliti Gilang Gumelar dikutip pada Rabu (18/11/2020).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini:


Bisindo Sebagai Karya dan Identitas Tuli

Pernyataan di atas juga dijelaskan oleh peneliti dari Laboratorium Riset Bahasa Isyarat (LRBI) Universitas Indonesia, Adhi Kusumo Bharoto. Menurutnya, Bisindo merupakan karya budaya komunitas Tuli.

Karya tersebut menandakan bahwa mereka dapat bertahan hidup. Dengan cara hidup mereka melalui komunikasi (Bahasa Isyarat), perilaku, kebiasaan, nilai, sejarah, pendidikan, dan lain-lain.

“Oleh karena itu, Bisindo dapat dikatakan sebagai identitas tuli.”

Setelah informan mengetahui bahwa Bisindo merupakan identitas tuli, mereka pun mengembangkan pemikiran melalui kegiatan-kegiatan kajian tentang kehidupan tuli.

Akhirnya mereka menyadari jika penyandang tuli memiliki hak untuk menentukan bahasa yang sesuai dengan budaya mereka. Komunitas tuli mendukung penggunaan Bisindo karena memahami Bisindo sebagai salah satu hak tuli.

Informan juga merasa apa yang dimaknai dalam mengangkat eksistensi Bisindo sebagai budaya tuli ternyata mempermudah mereka dalam berkomunikasi. Kemudahan dalam Bisindo di antaranya karena isyarat dalam Bisindo langsung pada intinya tanpa menggunakan imbuhan.

Isyarat Bisindo yang mirip dengan bahasa isyarat alami orang tuli juga menjadikan informan telah terbiasa sejak kecil. Bisindo yang menggunakan isyarat dua tangan dan ekspresi wajah dianggap menjadi hal yang sangat sesuai dengan kemampuan mereka yang kuat dalam visualisasi.


Infografis Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya