Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini ada pesan singkat yang tersebar di media sosial terkait penggunaan logo di masker untuk disabilitas Tuli. Logo tersebut merupakan gambar satu telinga yang dilengkapi alat bantu dengar.
Pesan singkat itu berisi ajakan untuk menyebarluaskan arti dari logo tersebut.
“Logo ini menandakan pemakainya tuna rungu, atau mempergunakan alat dengar. Karena pandemi COVID-19 prokes mempergunakan masker, maka kaum tuna rungu ini tidak dapat membaca gerak bibir kita, sehingga jangan sampai ada salah komunikasi.”
Advertisement
“Tidak ada gunanya masker dengan logo ini diproduksi, kalau masih banyak yang tidak mengerti. Saudara-saudara kita kaum tuna rungu akan terbantukan dengan sosialisasi ini,” demikian bunyi pesan yang belum diketahui pengirimnya tersebut.
Menanggapi hal ini, teman Tuli asal Jakarta, Intan Adelia (26), memberi tanggapan bahwa sebagai orang Tuli ia menganggap logo tersebut cocok untuk mereka yang hard of hearing.
Menurut Intan, hard of hearing adalah kondisi orang yang pendengarannya berkurang tetapi dapat menggunakan alat bantu dengar (ABD). Sedang, tuli adalah kondisi di mana seseorang tidak bisa mendengar walau menggunakan ABD.
Ia sendiri belum mengetahui lembaga mana yang mengeluarkan logo tersebut.
“Untuk lembaga yang membuatnya saat ini tidak ada informasi terkait itu. Kalau logo untuk teman Tuli gambar logo sebaiknya pakai tangan menunjukkan identitas yaitu bahasa isyarat,” ujar Intan kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan singkat, Selasa (9/2/2021).
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini
Harapan Intan
Dilihat dari efektivitasnya, Intan berpendapat bahwa logo tersebut efektif untuk hard of hearing.
Ke depannya ia berharap agar penggunaan logo bagi teman Tuli menggunakan gambar tangan sebagai simbol bahasa isyarat.
“Harapan saya masih bisa dibilang lumayan banyak untuk teman Tuli. Ke depannya bila teman Tuli memang harus bekerja mencari uang, tapi bila bertemu orang terpaksa buka masker kan kasihan alangkah baiknya ada logo dan perlu edukasi ke masyarakat.”
Selain masker berlogo, ada pula masker transparan yang menggunakan mika. Masker ini dapat digunakan teman Tuli tanpa menutupi bagian bibir.
Terkait penggunaan masker transparan atau tidak, hal tersebut kembali lagi kepada masing-masing orangnya, kata Intan.
Namun, ia menyarankan, jika tidak ada hal mendesak untuk keluar rumah lebih baik tetap di rumah saja.
“Teman Tuli pasti tahu keadaan saat ini masih berlangsung pandemi, alangkah baiknya jaga di rumah. Kalau memang penting, keluar pakai masker transparan teruntuk orang Tuli,” tutup Intan.
Advertisement