Liputan6.com, Jakarta Selama lockdown akibat pandemi, Nathan Johnston, penyandang cerebral palsy, menyadari betapa menantangnya orang dengan disabilitas seperti dirinya untuk menggunakan media sosial seperti Twitter dan Facebook.
Karena kesepian dan ingin memperbaikinya, pemuda 26 tahun di New South Wales, Australia ini akhirnya terinspirasi untuk mengembangkan sebuah media sosial bernama Disability Club.
Baca Juga
"Orang dengan disabilitas merasa terisolasi secara umum dan COVID memperburuknya," kata Johnston seperti dilansir dari ABC News pada Selasa (13/4/2021).
Advertisement
Johnston baru-baru ini menerima hibah sebesar 10 ribu dolar dari National Broadband Network (NBN). Dana ini membantunya mengembangkan situs Disability Club sembari menautkannya ke laman DME3 yang juga ia kembangkan.
DME3 sendiri merupakan platform musik untuk membantu musisi penyandang disabilitas terhubung dan mendengarkan musik dengan cara yang dapat mereka akses.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Target Pasar yang Berbeda
Johnston berharap agar media sosial buatannya mampu membantu mengisi celah di pasar, sehingga membuatnya dapat diakses semua orang yang hidup dengan disabilitas.
Ia menyebut bahwa ada elemen sosial yang mirip dengan Facebook, Twitter, dan Instgram. Namun meskipun begitu, dirinya tidak mencoba bersaing dengan media-media besar.
"Kami mengejar target pasar yang berbeda yaitu para individu penyandang disabilitas," katanya.
Dana hibah yang ia terima baru-baru ini menurut Johnston bisa memberinya kesempatan untuk meningkatkan kesadaran untuk situs buatannya, serta mendorong orang-orang dengan disabilitas untuk menjangkaunya dan terhubung.
"Kami berharap dapat menghubungkan semua orang dengan disabilitas yang hidup secara lokal, dan akhirnya secara global," kata Johnston.
Advertisement