Setelah Diamputasi, Pemain Musik Ini Hadapi Tantangan Unik Sekaligus Peluang

Seorang pemain saksofon, Andrew Fairbairn akan terus mengingat tanggal 25 Februari, karena itu merupakan hari ia diamputasi setelah berjuang bertahun-tahun dengan rasa sakit pada kakinya.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 14 Jun 2021, 18:22 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2021, 18:04 WIB
ilustrasi lumpuh
Ilustrasi kursi roda. (Sumber Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Seorang pemain saksofon, Andrew Fairbairn akan terus mengingat tanggal 25 Februari, karena itu merupakan hari ia  diamputasi setelah berjuang bertahun-tahun dengan rasa sakit pada kakinya.

Sebelum bertemu dengan terapisnya, Dale, Andrew sering masuk-keluar rumah sakit, menjalani tiga operasi dan banyak kunjungan rawat jalan selama 10 tahun terakhir akibat infeksi kaki. Antibiotik yang diresepkan tidak lagi berpengaruh pada rasa sakitnya.

Dilansir dari ABC, Andrew mengatakan keputusannya mengamputasi kakinya tidak bisa dianggap enteng. Ia melakukan riset dulu tentang orang-orang yang pernah diamputasi, termasuk psikoterapisnya, untuk berdamai dengan disabilitasnya.

Ia diberitahu fisioterapisnya bahwa kemungkinan membutuhkan waktu lima tahun untuk sepenuhnya menerima diamputasi dan dapat melihat tubuhnya secara utuh lagi. Andrew mengakui hal itu.

"Pada tahun 2020 saya telah berdamai dengan menjadi orang yang diamputasi dan memiliki disabilitas fisik," kata Andrew.

 

Simak Video Berikut Ini:

kata ahli

Ahli fisiologi latihan klinis Jake Nimmo, juga mengatakan butuh waktu lama, mulai dari enam bulan hingga dua hingga tiga tahun bagi seseorang untuk terbiasa bergerak tanpa anggota tubuh yang hilang. Selama itu pula, Nimmo menemukan cukup sering orang yang diamputasi akan mengembangkan pola gaya berjalan yang buruk karena hipersensitivitas terhadap rasa sakit, dan tubuh menyesuaikan dan mengkompensasi pusat gravitasi barunya.

"Dari sini kita akan melihat kebiasaan buruk muncul yang mengarah ke pelampiasan sendi dan urutan aktivasi yang buruk yang menyebabkan ketegangan dan rasa sakit. Sangat penting untuk mengatasi masalah ini lebih awal dan memiliki rencana manajemen nyeri yang mudah diterapkan untuk klien. Proses ini bisa memakan waktu lama dan bervariasi tergantung pada individu. Ini karena pembengkakan di sekitar titik pemasangan prostetik yang berubah secara teratur, mengubah bagaimana rasa prostetik dan bagaimana mereka merasakan prostetik bergerak," jelas Nimmo.

Setelah diamputasi, Andrew mengatakan ia harus menemukan cara untuk melakukan hal-hal yang dulu ia anggap remeh. Misalnya ia menjadi bangun lebih awal karena ia merasa harus benar-benar terjaga sebelum memakai prostetik di pagi hari. Karena beberapa kali ia belum terbangun seutuhnya, ia langsung berdiri mengambil langkah dan berakhir tersungkur jatuh. Sedangkan sebagai musisi, ia harus mencari tempat untuk bermain di taman.

Kini ia bahkan harus memperhatikan tata letak, terutama jika ada tangga. Karena ia menggunakan kursi roda ketika ia lelah.

 

Belajar tampil di depan umum lagi

Andrew mengatakan ia harus belajar bagaimana tampil di depan umum lagi, dengan orang-orang di pusat perbelanjaan dan tempat-tempat umum secara teratur datang kepadanya dan menanyakan apa yang terjadi dengan kakinya. "Ini biasanya disertai dengan cerita bahwa mereka mengenal seseorang yang diamputasi," katanya.

Ia mengakui bahwa sebagian besar waktu ia baik-baik saja dengan itu, tapi kadang-kadang ia juga inginnya tidak berbagi apapun.

"Kekecewaan terbesar saya adalah ketika orang tua menyeret anak-anak mereka pergi setelah mereka menanyakan apa yang terjadi, dan sebelum saya dapat berbicara dengan mereka, karena anak-anak sangat terbuka dan ingin tahu. Persepsi orang tampaknya bahwa semua anggota tubuh yang diamputasi harus olahragawan. Mungkin ide tersebut sebagian dari media. Sehingga mereka mengatakan 'kamu sekarang diamputasi, pergilah paralimpiade sebagai pelari dan jika tidak maka entah bagaimana nasibmu'," katanya.

Saat ini Andrew merupakan perwakilan Dewan Penasihat Nasional Limbs 4 Life dan terpilih sebagai direktur People with Disabilities Australia, serta dan wakil ketua Disabilitas Fisik Australia, dan juga seorang dewan di Western Australian Youth Jazz Orchestra (WAYJO)

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya