Dokter: Disleksia Bisa Picu Pemikiran Bunuh Diri Jika Tak Ditangani dengan Tepat

Disleksia tidak berbahaya, tapi jika tidak diketahui dan ditangani sejak dini, bisa picu pemikiran bunuh diri.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 19 Agu 2021, 15:32 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2021, 15:32 WIB
Ilustrasi anak disleksia
Ilustrasi anak disleksia (Dok.pixabay.com/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta Gangguan ini tidak berbahaya, tapi jika tidak diketahui dan ditangani sejak dini, anak berisiko mengalami gangguan interaksi sosial dengan teman sebayanya.

Hal ini disampaikan oleh dokter umum dari Klikdokter, Dyah Novita Anggraini. Menurutnya, selain masalah interaksi, anak juga dapat mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran di sekolah.

Kesulitan saat belajar berpengaruh pada prestasi akademik. Prestasi yang buruk berisiko menimbulkan rasa tak percaya diri pada anak.

Tingkat kesulitan mata pelajaran yang semakin berkembang di setiap level dapat menjadi beban tersendiri bagi anak. Kemungkinan terburuknya, dengan tekanan yang ada, anak bisa saja berpikir untuk bunuh diri.

“Dengan kondisi seperti ini, tidak menutup kemungkinan anak yang memiliki gangguan disleksia akan memiliki keinginan untuk bunuh diri,” kata Dyah mengutip Klikdokter, Kamis (19/8/2021).

Peran Orangtua

Maka dari itu, peran orangtua menjadi sangat penting dalam menangani disleksia anak sejak dini, lanjut Dyah.

Pemahaman orangtua sejak dini mengenai disleksia dan penanganan yang tepat dapat memengaruhi masa depan anak. Sering kali orangtua salah mengartikan jika anaknya kesulitan dalam belajar dan langsung mengaitkannya dengan tingkat kecerdasan anak.

Pada anak usia dini, tanda-tanda awal gangguan disleksia yang dapat dikenali adalah keterlambatan dalam berkomunikasi (pengucapan), huruf terbalik satu sama lain atau menulis seperti dalam bayangan cermin.

Anak juga mengalami kesulitan dalam memahami arah kiri ke kanan atau sebaliknya. Selain itu, anak yang mengalami disleksia juga mengalami kesulitan dalam memahami suatu kata yang baru didengarnya.

“Namun, gejala disleksia pada tiap anak bisa berbeda-beda,” katanya.

Konsultasi Psikologi

Dyah merekomendasikan, jika ditemukan adanya kaitan gangguan belajar dengan gangguan disleksia pada anak segera konsultasikan dengan psikolog.

Selanjutnya psikolog akan memberikan menangani anak sejak dini. Tak hanya itu, bantuan orangtua dan orang-orang yang berada di sekitarnya dapat membantu anak menghadapi kesulitan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan orangtua untuk perkembangan anak disleksia adalah berkomunikasi dengan guru di sekolah.

“Untuk mengejar ketinggalan belajar, orangtua dapat melakukan komunikasi lebih lanjut dengan guru terkait strategi belajar yang terbaik pada anak agar mudah dalam menangkap pelajaran di sekolah,” pungkasnya.

 

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya