Tak Dapat Disembuhkan, Autisme Adalah Kondisi yang Disandang Seumur Hidup

Autisme merupakan kondisi disabilitas yang menyebabkan penyandangnya memiliki gangguan fungsi dalam 3 bidang yaitu interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas serta berulang.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 26 Feb 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2022, 13:00 WIB
Anak autisme
ilustrasi autisme/copyright pexels.com/Skitterphoto

Liputan6.com, Jakarta Autisme merupakan kondisi disabilitas yang menyebabkan penyandangnya memiliki gangguan fungsi dalam 3 bidang yaitu interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas serta berulang.

Menurut Dosen Pendidikan Khusus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr.dr. Riksma Nurakhmi, M.Pd, kondisi ini disandang seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan.

“Kondisi ini akan disandang seumur hidup, jadi enggak ada istilahnya anak autisme sembuh,” kata Riksma dalam seminar daring Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Rabu (23/2/2022).

“Tapi pada saat kita melakukan intervensi, perilakunya menjadi lebih baik, lebih adaptif, kemampuan bahasanya meningkat, interaksinya lebih bagus, jadi semakin hari mungkin kondisinya semakin responsif dan adaptif,” lanjutnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini


Intervensi Dini

Riskma juga menyampaikan, intervensi dini yang tepat pada anak autisme dapat memberikan hasil yang positif secara keseluruhan.

Intervensi dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi autisme yang disandang anak. Klasifikasi autisme dibagi dalam tiga hal yakni berdasarkan kemampuan interaksi sosial, tingkat intelegensi, dan level pendampingan.

“Berdasarkan interaksi sosial anak autisme ada yang tipe aloof, pasif, dan aktif tapi berperilaku aneh.”

Tipe aloof digambarkan sebagai anak yang terkurung dalam kepompong atau hidup di dunianya sendiri tanpa menghiraukan orang sekitar termasuk orangtuanya. Tipe pasif ditandai dengan adanya keinginan untuk bergabung dalam interaksi tapi tidak interaktif.

Sedangkan, tipe aktif dan perilaku aneh digambarkan dengan anak yang aktif berbicara dan bergerak tapi perilakunya aneh, seperti suka menatap terlalu lama, menjabat tangan terlalu keras, dan lain-lain.


Tingkat Intelegensi dan Level Pendampingan

Dalam klasifikasi tingkat intelegensi dapat dilakukan pengelompokan ke dalam tiga kategori yakni low, middle, dan high functioning. Ini berkaitan dengan sulitnya menentukan IQ anak autisme dan kompleksitas gejala.  

Anak dengan low functioning tidak dapat diharapkan untuk hidup mandiri. Anak dengan middle functioning dapat digabung dalam kelas khusus. Sedangkan, anak dengan high functioning dapat hidup mandiri, sukses dalam pekerjaan, dan berkeluarga.

Dalam klasifikasi level pendampingan, anak autisme dibagi dalam 3 tingkatan. Di tingkat satu, anak membutuhkan dukungan minimal sehingga jika tidak diberi dukungan maka kemungkinan komunikasi sosialnya akan sangat terhambat.

Di tingkat kedua, anak memerlukan dukungan yang sangat dasar dalam komunikasi sosial. Biasanya anak di tingkat ini adalah nonverbal, tidak bisa bicara tapi bisa digantikan dengan gambar atau komunikasi alternatif lainnya.

Di tingkat ketiga, anak tidak bisa diharapkan untuk hidup mandiri dan akan sangat tergantung kepada pendampingnya.

 


Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya