Rhegmatogenous Retinal Detachment, Kelainan Mata yang Bisa Sebabkan Disabilitas Netra Jika Tak Cepat Ditangani

Ablasio retina regmatogen atau Rhegmatogenous Retinal Detachment (RRD) adalah kelainan mata yang bisa menyebabkan disabilitas netra.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Mar 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2022, 14:00 WIB
FOTO: Pemeriksaan Mata
Pasien menjalani pemeriksaan mata di RS Mata JEC @ Menteng, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Selain memakai pelindung wajah serta sarung tangan dan masker saat pemeriksaan, JEC juga memiliki layanan JEC @ Cloud yang memberi konsultasi kesehatan mata secara tele-oftalmologi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Ablasio retina regmatogen atau Rhegmatogenous Retinal Detachment (RRD) adalah kelainan mata yang bisa menyebabkan disabilitas netra.

Menurut Ketua Vitreo-Retina Service DR. dr. Elvioza, SpM(K), RRD merupakan kondisi lepasnya lapisan retina yang diakibatkan oleh lubang atau robekan pada retina.

“Kegawatdaruratan pada organ mata ini berpotensi menyebabkan hilangnya penglihatan,” kata dokter yang akrab disapa Elvis dalam seminar daring JEC Eye Hospitals and Clinics, Jumat (12/3/2022).

Potensi disabilitas netra permanen dan total dapat dihindari jika penanganan terhadap RRD dilakukan secepat mungkin.

“RRD adalah penyakit emergensi artinya berkorelasi dengan waktu. Semakin cepat ditangani akan memberikan hasil yang lebih baik. Semakin lambat ditangani maka hasilnya semakin jelek artinya ada variabel waktu.”

Kasus RRD yang menyebabkan disabilitas netra permanen biasanya terjadi akibat ketidaktahuan masyarakat bahwa sebenarnya penyakit ini bisa ditolong, lanjutnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini


Faktor Risiko RRD

Elvis menambahkan, kebanyakan pasien RRD adalah masyarakat usia tua 50 tahun ke atas. Maka dari itu, faktor risiko RRD adalah usia.

“Usia di atas 50 tahun itu adalah usia yang rentan untuk terkena ablasio retina.”

Faktor risiko selanjutnya adalah miopia atau orang dengan mata minus tinggi. Jika seseorang memiliki usia tua dan memiliki minus tinggi maka risikonya pun sangat tinggi.

“Pada usia muda dengan miopia harus dicek retinanya apakah berpotensi untuk terjadi ablasio retina atau robekan. Maka sangat dianjurkan untuk cek retina secara berkala pada orang-orang yang berisiko.”

Selanjutnya, faktor keturunan atau genetik juga dapat meningkatkan risiko RRD. Orang-orang yang memiliki risiko harus rajin periksa retina minimal 6 bulan sekali agar dapat diketahui potensi terjadinya RRD.


Bisa Dicegah

Kabar baiknya, lanjut Elvis, RRD adalah salah satu penyakit yang bisa dicegah dengan rajin melakukan pemeriksaan.

“Tapi kalau kita tidak bisa mencegahnya, dengan teknologi terbaru kondisi ini bisa langsung ditangani dengan operasi. Apabila cepat ditolong kebanyakan dari pasien kita memperlihatkan hasil yang cukup memuaskan.”

Walau demikian, operasi adalah jalan terakhir, jika bisa dicegah maka akan lebih baik, imbuh Elvis.

 


Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya