Ramadhan Identik dengan Kurma, Amankah Dikonsumsi Penyandang Disabilitas?

Warga Indonesia termasuk yang menyandang disabilitas sudah tak asing dengan buah manis yang biasa disebut kurma. Buah ini identik dengan Bulan Ramadhan dan acap kali dijadikan menu takjil.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 22 Apr 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2022, 09:00 WIB
Kurma untuk penyandang disabilitas
Ilustrasi Buah Kurma untuk penyandang disabilitas Credit: pexels.com/Vien

Liputan6.com, Jakarta Warga Indonesia termasuk yang menyandang disabilitas sudah tak asing dengan buah manis yang biasa disebut kurma. Buah ini identik dengan Bulan Ramadhan dan acap kali dijadikan menu takjil.

Menurut dokter spesialis gizi klinik dari Rumah Sakit Pondok Indah David Fadjar Putra, buah khas Timur Tengah ini boleh dikonsumsi oleh penyandang disabilitas dalam porsi cukup.

“Penyandang disabilitas boleh mengonsumsi kurma, asal dalam jumlah secukupnya,” kata David kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan tertulis dikutip Kamis (21/4/2022).

Ia menambahkan, sebagian besar kandungan kurma adalah gula. Oleh karena itu, konsumsi kurma tidak boleh berlebihan karena dapat meningkatkan kadar gula darah.

“Dampak negatif terlalu banyak mengonsumsi kurma adalah meningkatnya kadar gula darah. Bagi penyandang diabetes konsumsi kurma sebaiknya dibatasi,” lanjutnya.

Selain mengandung gula, kurma juga mengandung protein, energi, dan karbohidrat. Maka dari itu, kurma memiliki banyak manfaat, seperti:

-Mencukupi kalori dan gizi yang diperlukan tubuh

-Memelihara kesehatan sistem pencernaan

-Mencegah penyakit kronis

-Mengganti konsumsi gula

-Mengembalikan elektrolit yang hilang

-Mencegah peradangan

-Mencegah anemia

Selain kurma, David juga merekomendasikan agar konsumsi banyak sayuran dan buah serta membatasi lemak, kulit, gajih, dan minyak, margarin, serta santan guna menghindari penyakit kolesterol.

Secara umum, David mengatakan bahwa pada dasarnya, penyandang disabilitas boleh mengonsumsi makanan yang biasa dikonsumsi oleh keluarga. Namun, perlu dipastikan bahwa nutrisinya bergizi seimbang.

Makanan Bergizi Seimbang bagi Disabilitas

Anak Berkebutuhan Khusus dan Disabilitas Belajar Menghias Bekal Nusantara
Anggota komunitas penyandang disabilitas, down syndrome, dan rungu wicara menunjukkan makanan saat mengikuti program kreativitas menghias Bekal Nusantara di Museum Naskah Proklamasi, Jakarta, Sabtu (14/9/2019). Mereka membuat makanan menggunakan bahan-bahan khas Indonesia. (Liputan6.com/JohanTallo)

Makanan bergizi seimbang yang dimaksud David adalah makanan yang saling melengkapi yakni mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan serat berimbang.

“Pastikan nutrisinya bergizi seimbang dengan asupan karbohidrat, protein, lemak, dan serat berimbang.”

“Jika diperlukan, boleh juga ada tambahan suplemen untuk memperkuat imunitas tubuh. Cukupi juga kebutuhan air minum untuk mencegah terjadinya dehidrasi selama berpuasa,” katanya.

Dalam hal ini, orangtua dan keluarga memiliki peran penting agar penyandang disabilitas tetap sehat. Beberapa peran penting orangtua dan keluarga yang disebutkan David adalah:

-Mencegah terjadinya dekubitus atau kematian jaringan di satu bagian tubuh yang bisa diakibatkan terlalu lama duduk atau keterbatasan mobilitas

-Mencegah terjadinya obesitas atau kelebihan berat badan dengan menu diet seimbang

-Mencegah konstipasi atau gangguan pencernaan dengan meningkatkan konsumsi serat dan mencegah dehidrasi. Konstipasi adalah kondisi yang ditandai jarangnya buang air besar atau buang air besar tidak rutin. Asupan serat dapat membantu melancarkan buang air besar sehingga pencernaan tetap sehat.

Susu Sapi A2 untuk Anak Autisme

Geliat Industri Susu Sapi Perah di Masa Pandemi COVID-19
Pekerja saat melayani pembeli susu sapi perah di peternakan Mahesa Perkasa, Depok, Jawa Barat, Minggu (28/3/2021). Dalam sehari, peternakan Mahesa Perkasa mampu memproduksi 1.000 liter susu sapi yang diperah selama dua kali. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Selain dimakan langsung, kurma juga bisa dijadikan berbagai olahan kudapan dan minuman, salah satunya dicampur susu menjadi susu kurma.

Susu sendiri terbagi dalam beberapa jenis, ada susu yang berasal dari hewan seperti susu sapi, ada pula yang dari tumbuhan seperti susu kedelai.

Susu sapi sendiri memiliki jenis tersendiri, ada susu sapi A1 ada pula susu sapi A2.

Lantas, apakah susu sapi A2 baik dikonsumsi oleh penyandang disabilitas khususnya autisme yang acap kali memiliki alergi?

Menanggapi hal ini profesor sistem agri-food dari Lincoln University, Selandia Baru Keith Woodford menjelaskan bahwa susu sapi A2 sangat baik untuk penyandang autisme, tapi perlu penelitian yang lebih lanjut untuk menemukan bukti pasti.

“Autisme adalah kondisi yang sangat rumit dan cukup sulit untuk melakukan penelitian tentang (pengaruh susu sapi A2) terhadap autisme,” ujar Keith dalam seminar daring, Sabtu (27/2/2021).

Hingga kini, belum ada kepastian bahwa susu sapi A2 bisa menimbulkan perbedaan pada autisme, lanjut Keith. Namun, banyak bukti yang menunjukkan bahwa dengan meminum susu sapi A2, kondisi mereka menjadi lebih baik.

“Tapi yang saya tahu autisme mengalami banyak perbaikan kondisi dengan minum susu sapi A2,” tambahnya.

Di Rusia, autisme menjadi topik yang selalu ingin dibicarakan. Keith menekankan bahwa penyebab autisme sangat beragam, ia pun menyimpulkan susu sapi A2 sangat penting bagi penyandang autisme tapi itu bukan jawaban keseluruhan, katanya.

Perbedaan Susu Sapi A1 dan A2

Geliat Industri Susu Sapi Perah di Masa Pandemi COVID-19
Pekerja saat menyelesaikan pemerahan susu sapi di peternakan Mahesa Perkasa, Depok, Jawa Barat, Minggu (28/3/2021). Permintaan susu sapi perah di masa pandemi Covid-19 masih stabil, namun terkendala harga pakan yang mengalami kenaikan akibat kelangkaan bahan baku. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Menurut Keith Woodford, tidak semua jenis susu memberikan dampak baik bagi tubuh. Pada dasarnya, susu mengandung tipe protein spesifik yang disebut beta kasein.

Kebanyakan beta kasein pada sapi di Eropa berbeda dengan mamalia lain karena adanya sejarah mutasi. Bahkan, mutasi ini belum diketahui penyebabnya.

Mutasi tersebut menyebabkan terciptanya protein beta kasein A1. Padahal, bentuk awal protein dari seluruh mamalia termasuk sapi dan manusia adalah beta kasein A2.

Sayangnya, susu sapi dengan kandungan A1 lebih sulit dicerna ketimbang susu sapi A2. Hal inilah yang menyebabkan mual dan rasa tidak nyaman di perut setelah mengonsumsi susu sapi A1.

Ia menambahkan, konsumsi susu sapi A1 dapat menyebabkan gangguan pada tubuh terutama di bagian pencernaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini disebabkan A1 akan pecah dan melepaskan peptida beta casomorphin-7 (BCM-7) dalam pencernaan.

Pelepasan BCM-7 dapat menyebabkan perut terasa sakit dan intoleransi laktosa. Efek seperti ini akan jarang ditemui pada susu sapi A2. Maka dari itu, lanjutnya, susu sapi A2 akan sangat dibutuhkan di Asia karena benua tersebut memiliki angka intoleransi laktosa yang tinggi.

Susu sapi A2 sendiri berasal dari sapi A2 di mana untuk mengetahui jenis sapi tersebut perlu dilakukan tes DNA.

“Kita tidak bisa melihat mana sapi A2, A1, dan A1 A2 dengan mata telanjang. Satu-satunya jalan untuk mengetahuinya adalah dengan tes DNA, tidak ada cara lain,” katanya.

Melihat kandungan tersebut, Keith merekomendasikan untuk beralih ke susu sapi A2. Menurutnya, kini sudah banyak perusahaan yang sadar dan lebih menggunakan susu sapi A2 untuk produk yang dijualnya.

Salah satu cara membedakan susu sapi A1 dan A2 adalah dengan melihat di kemasan produk. Biasanya, produk dengan susu sapi A2 akan mencantumkan kata ‘A2’, kata Keith.

 

 

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya