Liputan6.com, Jakarta Ibu dari anak cerebral palsy (CP) atau lumpuh otak, Santi Warastuti, mengajukan permohonan penggunaan ganja medis untuk sang anak walau akhirnya ditolak mahkamah konstitusi.
Menanggapi hal ini, farmakolog sekaligus Guru Besar Fakultas Farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof apt Zullies Ikawati PhD mengatakan bahwa pengobatan pada kejang akibat CP tak harus menggunakan ganja medis.
Baca Juga
Ia menyampaikan, ada obat lain yang bisa digunakan untuk penyandang cerebral palsy di luar ganja medis. Pilihan obat yang dimaksud Zullies yakni Phenobarbital, Clonazepam, Phenytoin, dan Carbamazepine.
Advertisement
Menurut keterangan Birth Injury Help Center yang ia bagikan kepada Health Liputan6.com pada Jumat 22 Juli, Phenobarbital adalah obat resep yang paling banyak digunakan dan terkenal yang diberikan kepada anak-anak dengan semua jenis cerebral palsy.
Phenobarbital termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai barbiturat. Semua barbiturat bekerja pada dasarnya memperlambat atau merilekskan jenis aktivitas otak tertentu.
Untuk anak dengan cerebral palsy fenobarbital digunakan sebagai antikonvulsan yang menghalangi atau meminimalkan tindakan neurologis yang memicu kejang. Ini juga memiliki manfaat sampingan sebagai obat tidur.
Sedangkan, Clonazepam yang juga dikenal dengan nama merek AS Klonopin adalah keluarga obat yang dikenal sebagai benzodiazepin.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Clonazepam dan Phenytoin
Clonazepam dan obat benzodiazepine lainnya bekerja dengan membatasi impuls listrik abnormal di dalam otak. Obat ini paling sering digunakan untuk mengontrol serangan epilepsi pada anak dengan cerebral palsy yang epilepsi.
Clonazepam juga merupakan relaksan otot yang kuat dan bantuan tidur yang membuatnya sangat bermanfaat untuk anak-anak dengan cerebral palsy spastik di mana tonus otot yang berlebihan adalah gejala utama.
Obat berikutnya adalah Phenytoin yang juga dikenal dengan nama merek Dilantin. Ini diklasifikasikan sebagai antikonvulsan dan membantu mencegah kejang dengan membatasi jenis impuls listrik tertentu di dalam otak.
Tidak seperti obat lain yang lebih kuat yang dijelaskan di atas, Dilantin hanya membantu dengan jenis kejang tertentu.
Dilantin efektif melawan serangan epilepsi seperti kejang tonik-klonik atau disebut "grand mal". Namun, obat tersebut tidak berguna untuk mencegah absen/jatuh kejang dan justru bisa membuat kejang jenis ini lebih sering terjadi. Salah satu manfaat utama Dilantin dibandingkan obat lain adalah tidak membuat ketergantungan.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Obat Berikutnya
Obat berikutnya yakni Carbamazepine yang lebih dikenal dengan nama merek AS Tegretol dan diklasifikasikan sebagai antikonvulsan.
Tegretol bekerja dengan membatasi jenis transmisi listrik tertentu di dalam otak yang diketahui memicu kejang. Seperti Dilantin dan antikonvulsan terkait lainnya, Tegretol hanya bekerja untuk jenis kejang yang biasanya terkait dengan epilepsi.
Tegretol tidak berguna untuk mencegah jenis kejang lain seperti kejang absen dan kejang mioklonik. Tegretol tidak membentuk kebiasaan yang membuatnya menjadi alternatif yang lebih aman dan tidak terlalu bermasalah dibandingkan obat yang lebih kuat yang digunakan untuk mencegah kejang.
“Ini beberapa obat antikonvulsan yang bisa digunakan untuk mengatasi kejang pada CP pada prinsipnya kejangnya sama, yaitu berlebihannya aktivitas saraf dibandingkan penghambatannya,” kata Zullies kepada Health Liputan6.com Jumat (22/7/2022).
Ia menambahkan, obat-obat anti kejang juga bisa bersifat penenang, seperti clonazepam dan phenobarbital.
“Jadi tidak harus berupa ganja juga, bisa menggunakan obat penenang lain yang cukup banyak tersedia dengan resep dokter. Tidak harus ke luar negeri juga.”
Terkait Cerebral Palsy
Cerebral palsy adalah bagian dari ragam disabilitas fisik. Kondisi ini memengaruhi pergerakan dan bentuk otot atau postur tubuh.
Dilansir dari Mayoclinic, hal ini disebabkan kerusakan yang terjadi karena otak tak berkembang sempurna. Kebanyakan kerusakan ini terjadi ketika anak masih berada di dalam kandungan.
Tanda-tanda dan gejala cerebral palsy dapat terlihat di masa bayi atau sebelum masa sekolah.
Umumnya, cerebral palsy menyebabkan terganggunya pergerakan disertai refleks yang tidak normal, terlalu lemah atau kakunya anggota tubuh. Ini disertai postur tubuh yang tidak normal, gerakan yang tidak bisa dikendalikan, tidak stabil ketika berjalan, atau kombinasi dari semua yang telah disebutkan.
Orang dengan cerebral palsy dapat memiliki masalah ketika menelan makanan dan umumnya memiliki ketidakseimbangan otot mata. Dengan kata lain, mata tidak fokus pada titik objek yang dilihat.
Penyandang cerebral palsy juga dapat mengalami pengurangan rentang gerak di berbagai sendi tubuh mereka karena otot yang kaku.
Efek cerebral palsy dapat bermacam-macam. Beberapa penyandang tetap bisa berjalan, beberapa lainnya membutuhkan bantuan kursi roda. Beberapa orang memiliki intelektual seperti orang pada umumnya atau mendekati. Namun, beberapa orang memiliki disabilitas intelektual. Bahkan, beberapa penyandang juga dapat memiliki epilepsi, disabilitas netra, dan Tuli.
Advertisement