1 dari 160 Anak di Dunia Menyandang Autisme, Segera Deteksi Dini untuk Penanganan Terbaik

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 1 dari 160 anak merupakan penyandang autisme.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 10 Sep 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2022, 14:00 WIB
Ilustrasi anak autisme. Photo by Caleb Woods on Unsplash
Ilustrasi anak autisme. Photo by Caleb Woods on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 1 dari 160 anak merupakan penyandang autisme.

Sedangkan di Indonesia, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) memperkirakan Indonesia memiliki penyandang spektrum autisme sebanyak 2,4 juta orang. Angka ini diikuti dengan pertambahan 500 penyandang baru setiap tahunnya.

Ahli neurologi anak Prof. Dr. dr. Hardiono D. Pusponegoro, Sp.A(K) menghimbau orangtua agar segera memeriksakan anak jika terlihat tanda-tanda keterlambatan pertumbuhan.

“Jika orangtua telah mendeteksi tanda-tanda keterlambatan pada perkembangan anaknya, orangtua sebaiknya tidak diam saja atau menunggu kemajuan perkembangan anak dengan sendirinya.”

“Karena mendeteksi dan menangani keterlambatan perkembangan sejak dini akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik,” ujar pria yang juga Advisor Tentang Anak dan Founder @AnakkuID dalam keterangan pers, Jumat (9/9/2022).

Pentingnya deteksi dini autisme juga melatarbelakangi aplikasi Tentang Anak untuk mengembangkan fitur “Skrining Autisme”. Fitur ini berguna bagi orangtua dalam menjawab keresahan mereka tentang keterbatasan fasilitas klinik di Indonesia untuk diagnosis dan terapi autisme.

Dengan fitur yang memungkinkan skrining autisme, orangtua bisa mendeteksi gangguan anak. Jika mendapatkan hasil bahwa anak mengalami gangguan ASD, orangtua dianjurkan mendiagnosis lebih lanjut jenis gangguan tersebut dengan ahlinya.

“Lalu mengobati apa yang bisa diobati, merujuk terapi yang tepat sesuai dengan diagnosis, konseling dan langkah terakhir untuk rujuk konsultasi selanjutnya.”

Fitur Skrining Autisme

Konpers Peluncuran Skrining Autisme
Konpers Peluncuran Skrining Autisme

Pada kesempatan yang sama, dokter spesialis anak yang juga Founder & CEO Tentang Anak, Mesty Ariotedjo menambahkan, sejak awal 2022, pihaknya telah mendampingi lebih dari 53 juta masyarakat melalui edukasi parenting di berbagai platform.

“Tidak jarang kami menerima masukan dan saran dari orangtua terkait kebutuhan nyata yang ditemukan ketika mengasuh anak.”

“Oleh karena itu, kami mencoba untuk berinovasi dan memberikan solusi melalui aplikasi Tentang Anak, agar bisa terus mendampingi perjalanan parenting orangtua di segala situasi. Salah satunya dengan meluncurkan fitur skrining autisme,” katanya dalam kesempatan yang sama.

Ia menambahkan, fitur ini merupakan hasil kolaborasi bersama Prof. Hardiono dan disajikan dalam bentuk fitur di aplikasi oleh tim dan dokter spesialis anak lainnya, yakni Jennie Dianita Sutantio.

Ia berharap, fitur skrining autisme dapat mempermudah orangtua dalam memonitor perkembangan persona-sosial anak dengan mengenali gejala atau gangguan awal terkait autisme. Misalnya keterlambatan kemampuan bicara pada anak.

Bantu Skrining Awal

Autisme
Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Mesty menambahkan, fitur ini merupakan skrining awal yang dapat membantu orangtua, tapi tidak untuk menggantikan konsultasi medis dengan ahli.

“Kami berharap dengan adanya fitur ini, anak dengan autisme dapat terdeteksi lebih dini sehingga lebih cepat diterapi dan perkembangannya lebih optimal.”

Terkait spektrum autisme, ada berbagai poin penting yang perlu digarisbawahi:

Pertama, terkait pentingnya mengenali gejala gangguan atau kriteria spektrum autisme yang terjadi pada anak. Seperti gangguan sosial emosional yang membuat mimik muka datar, sering tidak bereaksi, kontak mata kurang, cuek, tidak bermain dengan anak lain, tidak berbagi, tidak respons emosi timbal balik, dan tidak ada pretend play.

Kedua terkait gangguan komunikasi. Misalnya tidak bicara, speech delay, bicara aneh atau sulit dimengerti dan ekolalia (mengulang kata-kata).

Ketiga, soal gangguan interaksi sosial, misalnya anak enggan memulai interaksi, menjawab seadanya, dan tidak bisa berinteraksi dalam waktu yang lama. 

Keempat, anak menunjukan perilaku yang stereotipe atau perilaku berulang kali dengan intensitas yang tidak wajar.

Yang Dapat Dilakukan Orangtua

Serunya Anak-anak di Rumah Autis Bekasi Memasak
Inilah keseruan yang diperlihatkan anak-anak dengan autisme saat mereka memasak bersama Chef Nanda Hamdala

Menurut Mesty, gejala-gejala di atas dapat terjadi sejak usia dini. Bahkan sudah dapat terlihat ketika usia kurang dari 3 tahun.

Gejala dapat berubah seiring bertambahnya usia dan terapi yang diberikan. Gejala dapat menetap, terutama gangguan interaksi sosial.

Jika terjadi beberapa gejala atau gangguan seperti yang disebutkan di atas, orangtua dapat melakukan:

- Skrining Autism Spectrum Disorder (ASD) yang sudah tersedia secara daring di aplikasi Tentang Anak.

Jenis skrining yang tersedia ada dua yakni, untuk anak usia 10-14 bulan dan untuk anak usia 18-30 bulan.

Untuk anak usia 10-14, orangtua bisa menggunakan ESAT (early screening autistic trait). Untuk anak usia 18-30 bulan bisa menggunakan M-CHAT. 

Dan hasilnya pun bisa langsung terlihat setelah menyelesaikan skrining tersebut di aplikasi.

Terkait penanganan autisme, Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN dr. Irma Ardiana, MAPS,  mengatakan, keluarga menjadi unit terkecil yang sangat penting dalam hal tumbuh kembang anak.

“Setelah melakukan berbagai survei pada keluarga Indonesia, saat ini keluarga Indonesia masuk ke definisi keluarga berkembang (2021).”

Berangkat dari latar tersebut, ia berharap dapat mewujudkan definisi keluarga tangguh nantinya atau lebih baik dari definisi keluarga berkembang.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya