3 Tipe ADHD pada Anak dan Tanda-tandanya

Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah gangguan pemusatan perhatian atau hiperaktivitas yang cukup sering dijumpai pada anak, terutama pada anak usia sekolah. Ini tiga tipenya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 22 Sep 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi anak ADHD
Ilustrasi anak ADHD

Liputan6.com, Jakarta Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah gangguan pemusatan perhatian atau hiperaktivitas yang cukup sering dijumpai pada anak, terutama pada anak usia sekolah.

ADHD termasuk gangguan dalam perkembangan anak di masa janin yang memengaruhi cara kerja otak. Menurut Dokter spesialis kedokteran jiwa konsultan psikiatri anak dan remaja di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya Anggia Hapsari, hal ini ditandai dengan perilaku yang hiperaktif, sulit fokus, dan tindakan impulsif lainnya.

American Psychiatric Association menjelaskan, ADHD pada anak dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe inatensi, tipe hiperaktif atau impulsif, dan tipe gabungan. Dibutuhkan penanganan medis yang berbeda-beda atas ketiga tipe ADHD tersebut.

Tipe Inatensi

Tipe inatensi ditandai dengan:

- Anak tidak memperhatikan detail-detail tertentu serta melakukan tindakan ceroboh saat menjalankan tugas dari sekolah atau pekerjaan dari orangtua.

- Anak kesulitan untuk fokus pada tugas atau kegiatannya.

- Anak tidak mendengar atau memperhatikan saat diajak bicara.

- Anak tidak menjalankan instruksi serta tidak menyelesaikan tugas sekolah.

- Anak kesulitan mengatur tugas dan pekerjaan.

- Anak menghindar dan cenderung tidak suka dengan tugas yang membutuhkan upaya mental berkelanjutan, seperti menyiapkan laporan dan mengisi formulir.

- Anak sering kehilangan barang.

- Anak tidak fokus dan perhatiannya mudah terganggu.

- Anak sering melupakan tugas sehari-hari.

Tipe Hiperaktif atau Impulsive

Anak dengan ADHD tipe ini bisa menunjukkan gejala sebagai berikut:

- Anak sering gelisah, gejalanya ditandai dengan sering mengetukkan tangan, mengetukkan kaki, atau menggeliat di kursi.

- Anak sering berlari atau memanjat.

- Anak tidak dapat bermain atau melakukan aktivitas dengan tenang.

- Anak terlalu banyak berbicara.

- Anak sering memotong pembicaraan orang lain atau tidak sabar untuk berbicara.

- Anak kesulitan menunggu gilirannya.

- Anak sering memotong aktivitas atau mengganggu orang lain.

- Anak ADHD tipe ini juga lebih sering mengalami cedera atau kecelakaan.

Tipe Kombinasi

Anak yang mengidap ADHD tipe ini dapat mengalami gejala kombinasi antara tipe inatensi dan hiperaktif. Pada tipe ini, anak akan cenderung impulsif, hiperaktif, serta tidak memiliki fokus yang baik

ADHD pada anak dapat dideteksi sejak usia dini atau ketika beranjak ke usia lebih besar. Jika menyandang ADHD pada usia dini, anak akan menunjukkan tanda atau ciri-ciri berikut:

- Sensitif terhadap suara dan cahaya.

- Sering menangis.

- Suka menjerit.

- Kesulitan untuk tidur.

- Sulit mengonsumsi ASI.

- Tidak senang jika digendong.

Keluhan biasanya akan bertambah setelah anak memasuki usia sekolah dan harus belajar di sekolah formal. Saat ada tuntutan untuk berkonsentrasi tinggi dan memusatkan perhatian terhadap apa yang diajarkan, masalah pada anak mulai terlihat.

Anak sering kali dianggap bodoh, nakal, selalu memiliki kesulitan, dan pembuat onar karena kurang memiliki daya konsentrasi, serta rendahnya kemampuan untuk fokus dan patuh terhadap tata tertib yang berlaku.

Tak Mudah Tegakkan Diagnosis

Anggia menambahkan, walaupun gejala ADHD pada umumnya sudah terlihat sejak anak berusia 3, tetapi sangat sulit untuk menegakkan diagnosis ADHD pada populasi anak di bawah usia 5.

“Hal ini dikarenakan pada rentang usia tersebut biasanya perilaku anak masih sangat bervariasi, sehingga sedikit banyak menyerupai gejala pada ADHD. Akibatnya, sering timbul kesalahan dalam diagnosis,” ujar Anggia melalui keterangan tertulis yang dibagikan kepada Disabilitas Liputan6.com, Selasa (20/9/2022).

Beberapa hal yang dapat menjadi catatan sebelum memberikan diagnosis adalah memastikan bahwa gejala sudah dideteksi sebelum anak berusia 12 dan berlangsung lebih dari enam bulan.

Selain itu, gejala juga harus muncul dalam dua atau lebih situasi, misalnya saat anak di sekolah sekaligus di rumah. Gejala-gejala tersebut sebaiknya terbukti memengaruhi fungsi hidup sehari-hari pada anak.

Penanganan

Berbagai penanganan dapat dilakukan untuk mengatasi ADHD. Penggunaan obat-obatan serta terapi dapat dilakukan untuk menangani kondisi ini agar anak dengan ADHD dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan baik.

Obat yang umum diberikan pada penyandang ADHD berfungsi untuk menyeimbangkan kadar senyawa kimia di otak agar gejala dapat mereda dan terkontrol. Obat ini aman untuk dikonsumsi oleh anak-anak dalam jangka panjang dengan pantauan dokter.

Selain penggunaan obat, tatalaksana pada penyandang ADHD akan lebih efektif ketika anak juga melakukan beberapa terapi seperti terapi psikoedukasi, terapi perilaku, terapi perilaku kognitif, dan pelatihan keterampilan sosial.

“Terapi yang berkesinambungan serta kerja sama antara orangtua, keluarga, guru, dan pengasuh dapat meningkatkan kualitas hidup anak yang penyandang ADHD.”

Gejala ADHD dapat dikendalikan, sehingga diagnosis dan penanganan yang tepat sejak dini dapat membantu anak untuk beradaptasi dengan kondisinya dan menjalani aktivitas sehari-hari seperti anak pada umumnya atau non disabilitas.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya