Lithium, Obat Penstabil Suasana Hati untuk Penyandang Bipolar

Konsumsi obat menjadi hal yang penting bagi penyandang disabilitas mental. Berbagai obat dapat membantu mengatasi gangguan bipolar, salah satunya lithium.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 30 Jan 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2023, 18:00 WIB
Penyakit Bipolar Disorder
ilustrasi bipolar disorder (sumber: unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Konsumsi obat menjadi hal yang penting bagi penyandang disabilitas mental. Berbagai obat dapat membantu mengatasi gangguan bipolar, salah satunya lithium.

Melansir Medical News Today, lithium merupakan penstabil suasana hati dan antidepresan. Seperti obat lainnya, konsumsi obat ini juga perlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.

Lithium menggunakan nama umum lithium karbonat, yang berbentuk kapsul dan tablet. Serta lithium sitrat, yang berbentuk cairan. Ada beberapa nama merek dari obat ini, seperti Eskalith, Eskalith CR, dan Lithobid.

Lithium bekerja di otak untuk membantu menstabilkan suasana hati. Dokter dapat meresepkannya untuk membantu mengobati gangguan bipolar atau mania akut. Dosisnya biasanya 600–1.800 miligram (mg) lithium karbonat setiap hari.

“Obat ini bisa memakan waktu berminggu-minggu untuk mulai bekerja. Seseorang harus meminumnya setiap hari agar efektif,” mengutip Medical News Today, Senin (30/1/2023).

Dokter telah meresepkan lithium untuk mengobati gangguan bipolar selama beberapa dekade, terlepas dari berbagai kemungkinan efek sampingnya. Beberapa efek samping dari obat ini adalah:

- Mual

- Gemetar

- Mulut kering

- Sering buang air kecil

- Diare

- Penambahan berat badan

- Rasa haus yang meningkat

- Kehilangan selera makan

- Kerusakan ginjal

- Aktivitas tiroid berkurang

- Kelelahan

- Mati rasa emosional atau perasaan hampa.

Sangat penting bagi orang yang menggunakan lithium termasuk penyandang bipolar untuk tetap terhidrasi. Ini menjaga kadar lithium dalam darah agar tidak menjadi racun. Seorang dokter memantau level ini secara teratur.

Tanda Toksisitas Lithium

Adapun tanda-tanda toksisitas lithium atau terlalu banyak lithium dalam darah, antara lain:

- Kesulitan berkonsentrasi

- Kebingungan

- Kelelahan

- Muntah

- Diare

- Koordinasi yang buruk

- Kelemahan otot, kedutan, dan tremor

- Irama jantung yang tidak teratur

- Kejang.

Jika memiliki gejala keracunan lithium, maka dapat menghubungi nomor darurat setempat. Overdosis lithium dapat menyebabkan koma dan kematian.

Dokter juga akan memantau kadar kreatin dalam darah untuk memastikan ginjal menangani obat dengan baik. Kreatinin adalah produk limbah yang dibuat oleh ginjal. Ketika kadar kreatinin darah tinggi, seringkali merupakan tanda bahwa ginjal tidak bekerja dengan benar.

Menemukan Kombinasi Obat yang Tepat

Gangguan bipolar sendiri adalah gangguan suasana hati yang ditandai dengan perubahan ekstrem pada suasana hati, perilaku, energi, dan pola pikir.

Seseorang dengan gangguan bipolar memiliki pasang surut yang signifikan. Istilah klinis untuk keadaan ini adalah mania dan depresi.

The National Institute of Mental Health memperkirakan 2,8 persen orang dewasa di Amerika Serikat memiliki gangguan bipolar.

Dokter sering merasa sulit untuk mengobati karena setiap orang merespons pengobatan secara berbeda.

Banyak orang dengan gangguan bipolar mencoba beberapa obat sebelum menemukan obat yang cocok untuk pasien. Dan beberapa orang menemukan bahwa mengelola gejala mereka memerlukan lebih dari satu jenis pengobatan.

Menemukan kombinasi obat yang tepat untuk mengobati gangguan bipolar dapat memakan waktu lama. Seorang dokter mempertimbangkan semua gejala seseorang dan mencoba menemukan obat yang tepat untuk mencocokkannya.

Pasien harus terbuka dengan dokternya tentang gejala dan efek samping yang baru atau berubah. Dokter kemudian dapat menyesuaikan perawatan yang sesuai.

Antikonvulsan

Selain lithium, ada pula obat antikonvulsan. Ini berfungsi untuk mengobati kondisi yang menyebabkan kejang, tetapi juga dapat membantu mengatasi mania dan gangguan bipolar.

Dokter sering menyebut antikonvulsan yang mengobati gangguan bipolar sebagai penstabil suasana hati.

Dokter dapat meresepkan antikonvulsan berikut untuk gangguan bipolar:

- Natrium divalproex (Depakote)

- Lamotrigin (Lamictal)

- Asam valproat (Depakene)

- Karbamazepin (Equetro)

- Topiramat (Topamax)

Beberapa efek samping yang paling umum dari obat antikonvulsan meliputi:

- Mual

- Gemetar

- Penambahan berat badan

- Pusing

- Kantuk

- Penglihatan kabur

- Penurunan sel darah putih atau jumlah trombosit

- Mulut kering

- Ruam kulit.

Selain itu, topiramate bisa saja memiliki efek samping yang berbeda atau tambahan, termasuk penurunan berat badan, masalah memori, mati rasa emosional atau perasaan hampa, dan batu ginjal.

Sedangkan, lamotrigin terkadang dapat menyebabkan ruam yang memerlukan perhatian medis.

“Dokter tidak boleh meresepkan asam valproat kepada siapa pun yang sedang hamil, karena dapat menyebabkan beberapa kelainan bawaan.”

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya