Kasus Amputasi Tinggi, Cuma Warga Korea yang Kaya Bisa Punya Kaki Palsu

Ada lebih dari 170.000 orang yang hidup dengan amputasi di Korea, menurut data Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea tahun 2020. Namun biaya kaki palsu sangat mahal dan hanya bisa dijangkau orang kaya.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 20 Mar 2023, 10:39 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2023, 10:00 WIB
Kaki Palsu
Kaki palsu. (dok. Liputan6.com/Adhita Diansyavira)

Liputan6.com, Jakarta Ortho-prosthetist asal Korea Kim Jung-hyun berharap ada kualitas prostetik atau kaki palsu bisa meningkat dan memiliki harga terjangkau.

Hal ini dilatarbelakangi oleh kasus amputasi di korea yang kurang lebih mencapai 10.000 orang setiap tahun. Penyebabnya bisa akibat kecelakaan, infeksi, atau cedera.

Miris dengan hal tersebut, Kim Jung-hyun berinovasi membuat prostetik di Silobionic, sebuah perusahaan yang didirikan 14 tahun lalu yang memproduksi, mendesain, dan mengkustomisasi prostetik.

Dilansir dari Korea Times, ketertarikannya itu didorong oleh keinginannya untuk membantu para penyandang disabilitas dan meringankan ketidaknyamanan mereka.

"Adik saya memiliki disabilitas. Saat tumbuh dewasa, saya selalu ingin melakukan sesuatu untuk membantu orang yang kehilangan anggota tubuh, membuat mereka merasa lebih mampu dan memberi mereka harapan. Saya juga suka bekerja dengan tangan jadi saya memikirkan cara untuk menyatukan kedua hal ini untuk membantu orang yang hidup dengan disabilitas," katanya dalam wawancara baru-baru ini dengan The Korea Times.

Kim memutuskan untuk menjadi seorang ortho-prosthetist karena sepertinya pekerjaan itu penting baginya. Ia juga yakin mampu membuat prostetik lebih tampak hidup sehingga orang yang diamputasi tidak mengalami diskriminasi.

Ia menjelaskan bahwa lengan atau kaki prostetik lebih dari sekadar produk yang dirancang untuk membantu individu dengan gangguan untuk bergerak atau berjalan dengan lebih mudah, melainkan untuk membantu meningkatkan penampilan seorang disabilitas.

Memadukan Sains dan Seni

Tungkai prostetik tidak hanya harus fungsional dan presisi, tetapi juga realistis dalam penampilannya dengan tekstur yang seperti aslinya. Dengan demikian, karya Kim memadukan ciri sains dan seni.

"Prostetik tidak hanya sulit untuk dibuat; mereka membutuhkan banyak usaha untuk memenuhi permintaan setiap pasien. Kami terus memantau klien kami karena mereka mungkin mengalami gejala atau efek samping. Tujuan kami adalah untuk menciptakan produk yang dapat meningkatkan kemampuan kualitas hidup orang yang diamputasi dengan memanfaatkan pengetahuan profesional kami," kata Kim.

Kim mengatakan mayoritas kliennya adalah orang-orang yang telah menjalani amputasi tangan atau kaki. Ada lebih dari 170.000 orang yang hidup dengan amputasi di Korea, menurut data Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea tahun 2020.

Biaya Prostetik Mahal

Biaya prostesis bisa mahal, mulai dari 1 juta won ($768) untuk satu jari hingga lebih dari 100 juta won untuk anggota tubuh yang kompleks. Suku cadang setiap tahun yang dapat menelan biaya jutaan won lebih, dan hanya sebagian kecil dari biaya anggota badan yang ditanggung oleh asuransi.

"Sayangnya, para penyandang disabilitas di Korea hanya mendapatk sedikit bantuan keuangan dari pemerintah untuk membayar prostetik dibandingkan dengan AS dan negara maju lainnya yang menanggung penuh kaki palsu," katanya.

"Jumlah yang bersedia dibayarkan asuransi untuk prostetik tidak sampai 90 persen. Sehingga untuk prostetik yang kompleks hanya dapat diperoleh oleh orang kaya dan mereka yang menerima dukungan amal."

Masalahnya, sebagian besar orang yang diamputasi cenderung miskin, termasuk dalam kelompok yang terpinggirkan, dan memiliki kondisi kronis, seperti diabetes, yang mengurangi mobilitasnya.

 

Proses Produksi Kaki Palsu

Kim menjelaskan tentang desain dan proses produksi prostetik yang melibatkan sejumlah langkah untuk membuat kaki palsu.

"Pertama, kami berkonsultasi dengan pelanggan untuk mengumpulkan informasi dan data sebelum membuat kaki palsu, yang membantu kami menentukan produk mana yang cocok untuk mereka," katanya, seraya menambahkan bahwa keakuratan dan perhatian terhadap detail adalah penting.

Kemudian mereka melanjutkan ke proses pembuatan yang sebenarnya. Kim mencatat bahwa salah satu tahapan yang paling sulit adalah proses pewarnaan, yang melibatkan penentuan warna kulit yang tepat dari orang yang diamputasi dan kemudian membuat zat seperti kulit silikon dengan warna yang sama.

“Banyak perusahaan yang berspesialisasi dalam produk prostetik hanya memiliki rentang warna yang terbatas agar sesuai dengan warna kulit klien, yang menyulitkan. Itulah mengapa kami memperkenalkan alat pengukur warna kulit yang dapat membedakan 22.000 warna kulit yang berbeda. Dengan menggunakan perangkat ini, kami dapat mencocokkan warna kulit klien dengan tingkat akurasi 90 persen," jelas Kim.

Selanjutnya, mereka terlibat dalam proses modifikasi cetakan yang cermat untuk mencerminkan desain yang dibayangkan. Mereka kemudian membuat gips yang tepat dari anggota tubuh yang tersisa. Cetakan dipotong menggunakan berbagai alat listrik dan udara serta alat pengampelas untuk memastikan soket sesuai dengan ukuran sisa anggota tubuh klien. Setelah memastikan kecocokan yang optimal, mereka membuat kuku buatan.

"Orang-orang memiliki warna kulit dan bentuk kuku yang berbeda, itulah sebabnya kami membuat kuku yang disesuaikan. Kami kemudian membuat anggota tubuh yang sebenarnya, menggunakan jenis silikon khusus," katanya.

Setelah selesai, prostesis baru dikirim ke klien untuk uji pemasangan. Penyesuaian lebih lanjut dilakukan jika diperlukan. Jika semuanya pas, klien memiliki prostesis baru.

Kim menyatakan keinginannya untuk memberikan dampak yang signifikan pada kehidupan orang yang diamputasi, memungkinkan mereka untuk hidup dengan lebih nyaman dan mandiri. "Saya membuat prostesis untuk orang yang diamputasi agar mereka bisa hidup nyaman," katanya.

Begini Cara Mudah Mengajukan Santunan Jasa Raharja
Infografis: Ayo cari tahu syarat dan prosedur untuk pengajuan santunan kecelakaan dari Jasa Raharja, ternyata mudah!
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya