Liputan6.com, Jakarta Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia menerbitkan buku keempat berjudul Menuju Indonesia Inklusi pada Jumat 21 Juli 2023.
Menurut Angkie, buku ini telah dibaca oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan mendapatkan kata pengantar darinya.
Di halaman 10 hingga 11, Jokowi menuliskan 6 paragraf kata pengantar. Menurut RI 1, buku ini adalah buah karya dari disabilitas untuk disabilitas di Indonesia.
Advertisement
“Angkie Yudistia adalah Staf Khusus Presiden yang merupakan seorang perempuan penyandang disabilitas dengan mimpi-mimpi besar sebagai anak muda yang ingin memberi kontribusi kepada negara dengan segala keistimewaannya,” tulis Jokowi dalam kata pengantar.
Di mata Jokowi, Angkie adalah sosok perempuan tangguh dan enerjik. Ibu dua anak itu mampu memberikan masukan-masukan positif untuk menjadikan iklim Indonesia yang terbuka bagi disabilitas.
“Saya berharap, buku ini menjadi inspirasi bagi putra-putri di seluruh Tanah Air. Termasuk penyandang disabilitas untuk tidak patah arang dalam mewujudkan banyak hal baik.”
Jokowi menekankan bahwa pemerintah memastikan warganya memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi dan membeda-bedakan.
“Kedudukan warga negara sama di mata hukum, apapun keadaannya. Sudah menjadi kewajiban negara untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan hak bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Di sisi lain, penyandang disabilitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sehingga, peran penyandang disabilitas penting bagi negara ini, tulis Jokowi.
Buku Sebagai Bentuk Komunikasi Publik
Dalam peluncuran buku di Jakarta Pusat, Angkie menjelaskan bahwa buku ini memang berawal dari arahan presiden.
“Pak Jokowi sudah memberikan kata pengantar (dalam buku ini), awalnya ini memang arahan beliau bagaimana buku ini juga sebagai komunikasi publik yang masyarakat harus tahu,” kata Angkie dalam peluncuran buku di Jakarta Pusat, Jumat (21/7/2023).
Sebelumnya dijelaskan, buku dengan enam bab ini menceritakan soal pengalaman ibu dua anak tersebut selama bertugas sebagai Stafsus Presiden. Tepatnya sejak 2019 hingga 2020.
"Buku ini ditulis selama setahun enam bulan. Buku keempat ini agak panjang perjalanannya, ditulis sesuai dengan pengalaman tugas dan amanah (sebagai Stafsus)," kata Angkie.
Advertisement
Cerita dalam 6 Bab
Perempuan yang juga menyandang Tuli ini pun menjelaskan inti cerita di setiap bab.
"Bab satu tentang terbatas bukan berarti tak mampu," kata Angkie
Dengan kata lain, bab ini menekankan bahwa keterbatasan yang dimiliki penyandang disabilitas bukan lah sebuah tanda bahwa mereka tidak mampu untuk menggapai mimpi.
Pada bab kedua, Angkie menceritakan tentang para penyandang disabilitas yang tidak bisa berjuang sendiri untuk mencapai inklusi. Dibutuhkan perpanjangan tangan dan peran serta berbagai pihak. Di bab ini juga dijelaskan tentang apa arti inklusif yang perlu diterapkan di Indonesia.
Di bab selanjutnya, Angkie menjelaskan soal Komisi Nasional Disabilitas (KND). Ini merupakan lembaga pertama dalam sejarah yang disahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo khusus untuk penyandang disabilitas.
Selanjutnya
Di bab 4 dan 5, Angkie mencoba mengupas sosok-sosok penyandang disabilitas yang memiliki prestasi. Sosok-sosok ini bisa menjadi inspirasi dan bukti bahwa penyandang disabilitas juga bisa berprestasi sesuai keahlian masing-masing.
Pada bab terakhir, Angkie memberi kesempatan untuk para penyandang disabilitas menorehkan harapan untuk Indonesia yang lebih inklusif.
Bahkan, di halaman 153 Angkie menyediakan kolom kosong untuk para pembaca agar dapat menuliskan harapan masing-masing.
Advertisement