Ciptakan Ekosistem Pendidikan Inklusif, Kemendikbudristek Janji Luncurkan Pelatihan Berjenjang untuk Guru di 2024

Tahun depan Kemendikbudristek akan meluncurkan pelatihan berjenjang untuk pendidikan inklusi yang dapat diikuti oleh semua guru di Indonesia.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 22 Des 2023, 10:05 WIB
Diterbitkan 22 Des 2023, 10:05 WIB
Ciptakan Ekosistem Pendidikan Inklusif, Kemendikbudristek Janji Luncurkan Pelatihan Berjenjang untuk Para Guru di 2024
Ciptakan Ekosistem Pendidikan Inklusif, Kemendikbudristek Janji Luncurkan Pelatihan Berjenjang untuk Para Guru di 2024. Foto: Kemendikbudristek.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif bagi penyandang disabilitas, pemerintah berupaya meluncurkan pelatihan berjenjang bagi para pendidik.

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Dirjen PDM), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Iwan Syahril.

Menurutnya, dalam upaya memberikan pemahaman terkait pendidikan inklusif, Kemendikbudristek menguatkan pelatihan bagi guru-guru. Khususnya dalam menyusun dan mengimplementasikan rencana pembelajaran yang dapat diimplementasikan untuk seluruh peserta didik apapun latar belakangnya.

“Tahun depan kita akan meluncurkan pelatihan berjenjang untuk pendidikan inklusi yang dapat diikuti oleh semua guru di Indonesia,” kata Iwan dalam rangkaian peringatan Hari Disabilitas Internasional di Jakarta, Senin 11 Desember 2023.

Senada dengan Iwan, Pelaksana tugas Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (Plt. Direktur PMPK), Aswin Wihdiyanto, menyampaikan bahwa berbagai kebijakan Merdeka Belajar saling berkaitan dalam upaya penyelenggaraan ekosistem pendidikan yang inklusif bagi semua. Termasuk di sekolah reguler, sekolah luar biasa dan di satuan pendidikan masyarakat.

“Jadi, pemerintah membuka akses seluas-luasnya untuk pendidikan bagi teman-teman penyandang disabilitas, sekaligus bentuk keberpihakan dan penghormatan pemerintah terhadap penyandang disabilitas,” jelas Aswin.

Semua Anak Terlahir Unik

Antusiasme Murid SLB Belajar Keterampilan Membatik
Murid SLB Mekar Sari 1 Cibinong saat mengikuti pelatihan membatik, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/9/2019). Ekstrakurikuler yang rutin dilaksanakan seminggu sekali ini untuk membekali para siswa keterampilan membatik. (merdeka.com/Arie Basuki)

Dalam kesempatan yang sama, para guru berbagi kisah tentang motivasi dan upaya menumbuhkan kemauan untuk terus belajar pada peserta didik disabilitas.

Salah satu yang berbagi kisah adalah Kepala Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), House of Knowledge, Fransisda Tiodora.

Menurutnya, alasan utama yang memotivasi dirinya untuk mengembangkan pendidikan inklusif adalah keyakinan bahwa semua anak terlahir unik dan mempunyai keistimewaan.

“Meskipun mereka berbeda, hal ini menjadi motivasi bagi para guru untuk terus membantu anak-anak ini agar mereka bisa menghadapi dunia luar atau dunia nyata,” ujar Fransisda.

Motivasi Guru dalam Mendidik Siswa Disabilitas

Antusiasme Murid SLB Belajar Keterampilan Membatik
Murid SLB Mekar Sari 1 Cibinong saat mengikuti pelatihan membatik, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/9/2019). Ekstrakurikuler yang rutin dilaksanakan seminggu sekali ini untuk membekali para siswa keterampilan membatik. (merdeka.com/Arie Basuki)

Guru lainnya, Lucky Palupi dari Sekolah Kembang mengungkapkan alasan yang mendasari dirinya ingin menjadi guru dari anak-anak istimewa.

Ia mengatakan bahwa hal yang memotivasi untuk menjadi guru anak berkebutuhan khusus didasari kegemarannya untuk mendidik anak menjadi mandiri dan bergembira di sekolah.

“Saya sangat happy ketika seseorang melakukan keberhasilan pencapaian tertentu dari hal-hal yang kecil dalam hidupnya,” ujar Lucky.

Lucky mengakui bahwa terkadang timbul rasa iba ketika melihat perilaku anak-anak berkebutuhan khusus.

“Kasihan dia nggak bisa ini, dia nggak bisa itu. Padahal bagi seorang guru, baiknya bagaimana caranya mendorong agar mereka jadi berdaya dengan melihat potensi yang ada,” tegasnya.

Perlu Perubahan Pola Pikir

Jatuh Bangun Mendidik Belasan Siswa Penyandang Disabilitas di Gubuk Ujung Hutan
Guru seringkali harus menjemput siswa penyandang disabilitas di rumahnya setiap pagi bila tidak ingin mereka hanya masuk seminggu sekali. (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Dalam melakukan berbagai upaya untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang inklusif bagi para peserta didik penyandang disabilitas, perlu adanya perubahan pola pikir. Khususnya dalam memperlakukan anak berkebutuhan khusus.

“Mengubah pola pikir atau mindset di tengah masyarakat, bahwa anak berkebutuhan khusus juga bisa berdaya dan memiliki kemampuan,” kata Emilia Rosa dari Head Dept. Special Education Madania School dalam acara yang sama.

Selanjutnya, Emilia menyampaikan bahwa perlu energi positif yang berlimpah dan kesabaran yang tinggi. 

“Nah, mungkin perlu energi dan waktu. Kita harus rajin mengulik ilmu serta pengetahuan baru dalam mendidik anak berkebutuhan khusus,” jelas Emilia.

Senada dengan Emilia, Lucky Palupi berpendapat bahwa untuk mengatasi tantangan juga dapat dilakukan dengan peningkatan kapasitas guru.

“Jadi, memang para guru harus rajin-rajin mengembangkan diri. Cari buku baru terkait perkembangan terkini pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Dengan mengetahui teknologi dan pengetahuan baru, bisa ditetapkan strategi mengajar yang diperlukan,” ujarnya.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya