Modul Pendidikan Inklusif, Bekal Para Guru Didik Murid Disabilitas

Modul ini berisi tentang pendidikan inklusif untuk seluruh guru di Indonesia yang dapat diakses melalui Platform Merdeka Mengajar.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 08 Apr 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2024, 17:00 WIB
Modul Pendidikan Inklusif, Bekal Para Guru dalam Mendidik Murid Disabilitas
Modul Pendidikan Inklusif, Bekal Para Guru dalam Mendidik Murid Disabilitas. (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Jakarta - Guru dan pendidik anak-anak disabilitas perlu memiliki kemampuan khusus untuk mendidik para murid spesial.

Untuk mengasah kemampuan tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan modul pelatihan berjenjang. Modul ini berisi tentang pendidikan inklusif untuk seluruh guru di Indonesia yang dapat diakses melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM).

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Nunuk Suryani, mengatakan bahwa modul pelatihan tersebut dapat dipelajari secara mandiri dan bersama-sama. Baik oleh guru, kepala sekolah, maupun pengawas sekolah/penilik di seluruh Indonesia. Modul ini terbagi atas tiga tingkat yakni dasar, lanjut dan mahir.

“Saya berharap agar guru-guru di seluruh Indonesia mau belajar agar dapat membantu mewujudkan ekosistem satuan pendidikan yang aman, ramah, dan menyenangkan,” kata Nunuk mengutip laman resmi Kemendikbudristek, Senin (8/4/2024).

Dalam keterangan yang sama, perwakilan Tim Pengembang Modul Pendidikan Inklusif, Siti Luthfah, menjelaskan topik yang dibahas dalam modul tingkat dasar. Yang pertama adalah tentang keragaman peserta didik. Pertama, pendidik diajak untuk memahami dan menghargai keragaman yang ada di dalam kelas.

Kedua, topik tentang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pada topik ini, pendidik diharapkan dapat merespons kebutuhan semua peserta didik tanpa terkecuali dan pengelolaan kelas yang berpusat pada semua peserta didik.

Topik terakhir adalah kolaborasi para pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, ramah, dan menyenangkan.

Jadi Guru yang Miliki Keluasan Hati

Modul Pendidikan Inklusif, Bekal Para Guru dalam Mendidik Murid Disabilitas
Peluncuran Modul Pendidikan Inklusif, Bekal Para Guru dalam Mendidik Murid Disabilitas, Jakarta (21/3/2024) Foto: Kemendikbudristek.

Siti berharap, dengan modul ini, para pendidik dapat memiliki keluasan hati dalam membimbing murid disabilitas.

“Tentunya melalui modul ini diharapkan dapat menghasilkan pendidik yang punya keluasan hati, sehingga dapat mewujudkan pembelajaran dan pendidikan yang aman, ramah, dan menyenangkan di satuan pendidikan,” kata Siti.

“Semoga hal ini dapat bermanfaat sebagaimana visi dan tujuan kita. Mari kita berkolaborasi untuk mewujudkannya bersama-sama. Untuk bapak dan ibu guru, selamat menyelami modul ini,” harapnya.

Bantu Guru Kembangkan Kompetensi

Modul pendidikan inklusif diluncurkan pada Kamis, 21 Maret 2024. Peluncuran modul pelatihan berjenjang tentang pendidikan inklusif ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Salah satunya adalah Kepala SD Negeri Blimbing Lama 2, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Sariyati Bahanah. Ia mengatakan modul ini dapat membantu para guru untuk mengembangkan kompetensi dalam mengelola keragaman dalam kelas mereka, termasuk peserta didik berkebutuhan khusus.

Sariyati berkisah, sekolahnya mempunyai murid berkebutuhan khusus tapi guru-guru tidak punya pengalaman menangani anak difabel.

Berbekal tekad yang kuat, ia dan para guru terus belajar untuk bisa memberikan layanan terbaik bagi anak berkebutuhan khusus.

“Modul pendidikan berjenjang pendidikan inklusif yang sudah diunggah di PMM akan sangat membantu guru-guru kami mengembangkan kompetensi tentunya,” kata Sariyati.

Sempat Menolak Murid Disabilitas

Sariyati menambahkan, meski memiliki murid berkebutuhan khusus, tapi mereka tidak pernah membeda-bedakan para peserta didik. Guru dan murid saling berkolaborasi agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan di kelas.

“Kami tidak pernah membatasi murid yang berkebutuhan khusus untuk bergaul dengan siapa saja di sekolah. Mau bergaul dengan kakak kelas, adik kelas, silakan.  Hal yang terpenting adalah dia gembira di sekolah,” tutur Sariyati.

Senada dengan Sariyati, Guru SMA Negeri 1 Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Muhammad Mujiyono, juga menceritakan tentang penolakannya saat menerima peserta didik berkebutuhan khusus di sekolahnya tahun 2012.

“Saat itu mengajar murid non disabilitas saja repot, apalagi mengajar anak penyandang disabilitas. Tapi seiring pengetahuan saya bertambah, saya mulai paham pentingnya memberi pelayanan pendidikan kepada peserta didik berkebutuhan khusus,” ujar Mujiyono.

Saat ini sudah ada 16 anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di SMA Negeri Gedangan Sidoarjo. Seluruh ekosistem pendidikan di sekolah tersebut dapat menerima apapun keragaman karakteristik peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya