Kembangkan Teknologi Ramah Disabilitas serta Latih Guru, 2 Langkah Google Ciptakan Lingkungan Pendidikan Inklusi

Penyediaan pelatihan dan kerja sama dengan SLBN 11 Jakarta merupakan salah satu langkah memberikan akses teknologi kepada peserta didik disabilitas.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 01 Jun 2024, 14:28 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2024, 09:00 WIB
Kembangkan Teknologi Ramah Disabilitas Serta Latih Guru, 2 Langkah Google Ciptakan Lingkungan Pendidikan Inklusif
Kembangkan Teknologi Ramah Disabilitas Serta Latih Guru, 2 Langkah Google Ciptakan Lingkungan Pendidikan Inklusif. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta Darma Kusumah adalah guru SLB Negeri 11 Jakarta yang telah mengantongi sertifikasi Google for Education Certified Educator.

Di sekolah, ia mengajar murid-murid disabilitas salah satunya terkait penggunaan perangkat Chromebook.

“Pengenalan Chromebook pada murid kita mulai dengan cara menyalakannya, cara merawatnya, cara mengisi daya jika baterainya habis. Kemudian pengenalan tombol-tombolnya dilanjut dengan pengenalan aplikasinya,” kata Darma kepada Disabilitas Liputan6.com, Rabu, 29 Mei 2024.

Menurut Marketing Manager Google for Education, Pundarika Lestari, sertifikasi yang dikantongi Darma didapat melalui pelatihan yang disediakan pihak Google.

Pelatihan dilakukan secara daring untuk menambah wawasan dan kemahiran guru terkait penggunaan alat-alat Google. Dengan keterampilan ini, guru dapat lebih percaya diri dalam menyampaikan materi penggunaan alat, fitur, atau aplikasi digital kepada murid.

“Sertifikasi ini diberikan kepada guru-guru yang telah mengikuti program pelatihan online. Itu global, jadi kalau Pak Darma sudah certified educator, nah itu kayak sertifikasi yang diakui secara global, jadi sangat membanggakan,” ucap perempuan yang akrab disapa Tari kepada Disabilitas Liputan6.com melalui wawancara daring, Kamis (30/5/2024).

Tari menambahkan, Indonesia adalah negara dengan peserta sertifikasi Google terbanyak di Asia Tenggara. Jumlah guru yang telah mengikuti pelatihan ini sudah mencapai lebih dari 12 ribu orang.

“Itu tidak hanya guru SLB dan itu angka tahun lalu, tahun ini pastinya udah nambah,” papar Tari.

Langkah Beri Aksesibilitas Teknologi

Marketing Manager Google for Education, Pundarika Lestari,
Marketing Manager Google for Education, Pundarika Lestari, soal edukasi disabilitas. Foto: Dok. pribadi.

Tari menjelaskan, penyediaan pelatihan dan kerja sama dengan SLBN 11 Jakarta merupakan salah satu langkah memberikan akses teknologi kepada peserta didik disabilitas. Sekaligus ikut merayakan Hari Kesadaran Aksesibilitas Global yang diperingati setiap Kamis ketiga bulan Mei.

“Sebenarnya, nilai inklusif dan aksesibilitas adalah dua hal yang selalu selalu selalu ditekankan di Google. Dari sisi membangun produknya, teknologinya harus aksesibel dan inklusif.”

“Jadi di Google tuh memang kita selalu berusaha dari sisi teknologinya, kita harus bisa mengembangkan teknologi yang aksesibel dan inklusif buat semuanya,” jelas Tari.

Dia juga menyampaikan, pihaknya sadar bahwa setiap siswa memiliki keunikan dan perbedaan masing-masing. Maka dari itu, pihaknya memiliki tujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang adil untuk semua, bagaimanapun kebutuhan siswanya.

Fitur-Fitur Ramah Disabilitas

Lingkungan Pendidikan Inklusif
Kembangkan Teknologi Ramah Disabilitas Serta Latih Guru, 2 Langkah Google Ciptakan Lingkungan Pendidikan Inklusif. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Melihat keunikan kebutuhan para siswa termasuk yang menyandang disabilitas, pihak Tari pun mencoba mengembangkan fitur-fitur yang mudah digunakan dan dapat membantu kebutuhan siswa.

“Kalau di Chromebook itu ada yang namanya ChromeVox, itu sebenarnya screen reader (pembaca layar) jadi apapun yang ada di layar bisa dibaca nyaring. Ini untuk teman-teman yang memiliki masalah penglihatan atau tunanetra. Itu akan sangat membantu karena mereka jadi dengar audio ketimbang baca teks,” jelas Tari.

Ada pula fitur voice input, ini dapat digunakan penyandang disabilitas netra ketika hendak mengetik sesuatu. Jika kesulitan mencari huruf di keyboard, maka mereka dapat berbicara atau menyebutkan kata-kata yang ingin mereka ubah menjadi tulisan.

Bagi penyandang Tuli, ada pula fitur live caption atau teks langsung yang mengubah audio menjadi tulisan.

“Misalnya mereka lagi Google meet, kan enggak kedengaran, mereka bisa lihat caption-nya di Chromebook itu udah ada, udah bawaan jadi enggak usah beli lagi.”

Libatkan Penyandang Disabilitas dalam Pengembangan Produk

Lingkungan Pendidikan Inklusif
Kembangkan Teknologi Ramah Disabilitas Serta Latih Guru, 2 Langkah Google Ciptakan Lingkungan Pendidikan Inklusif. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Lebih lanjut, Tari menjelaskan bahwa pengembangan produk Google termasuk fitur-fiturnya tak lepas dari campur tangan para penyandang disabilitas.

“Untuk membuat produk ini, kita selalu berkonsultasi sama komunitas-komunitas atau organisasi disabilitas supaya kita bisa benar-benar ngerti mereka tuh butuhnya apa.”

Kini, produk yang dikembangkan berupa Chromebook sudah disalurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) ke berbagai sekolah termasuk SLBN 11 Jakarta.

Setelah produknya ada di lingkungan pendidikan, maka ahli pendidikan dan guru dari berbagai disiplin ilmu memiliki peran penting. Mereka menjadi pengajar utama yang akan mengenalkan teknologi-teknologi tersebut kepada para murid.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya