Liputan6.com, Jakarta Nyeri tulang belakang, masalah kesehatan yang umum, ternyata bisa berdampak serius jika diabaikan. Kondisi ini tak hanya menyebabkan ketidaknyamanan fisik, tetapi juga berpotensi memicu depresi jika tidak ditangani dengan tepat.
Gejala nyeri tulang belakang beragam, mulai dari nyeri punggung yang persisten hingga perubahan bentuk tulang belakang. Ketahui jenis kelainan tulang belakang seperti lordosis, kifosis, dan skoliosis beserta ciri-cirinya untuk deteksi dini.
Dokter spesialis ortopedi konsultan tulang belakang RS EMC Pulomas , dr. Nicko Perdana Hardiansyah, SpOT(K), menjelaskan potensi depresi akibat nyeri tulang belakang yang berkepanjangan. Konsultasi dan penanganan medis segera sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, baik fisik maupun mental.
Advertisement
Gejala Kelainan Tulang Belakang: Kenali Lebih Dini
Nyeri punggung yang terus-menerus merupakan gejala umum kelainan tulang belakang. Rasa kaku, terutama di pagi hari, juga sering dialami penderita.
Perubahan bentuk tulang belakang merupakan tanda utama yang perlu diwaspadai. Bentuk perubahannya bervariasi tergantung jenis kelainan, seperti lordosis, kifosis, atau skoliosis.
Untuk diagnosis yang tepat, segera konsultasikan dengan dokter jika Anda mengalami nyeri punggung atau perubahan bentuk tulang belakang. Jangan mendiagnosis sendiri berdasarkan informasi ini.
Advertisement
Lordosis, Kifosis, dan Skoliosis: Perbedaan dan Ciri-Cirinya
Lordosis ditandai dengan punggung bawah yang melengkung ke depan, menyebabkan perut sampai pinggang tampak menekuk. Gejala lain meliputi nyeri otot, kesulitan tidur telentang, dan bokong yang lebih menonjol.
Kifosis, atau punggung bungkuk, terlihat seperti punuk di bagian atas punggung. Kondisi ini menyebabkan postur tubuh membungkuk.
Skoliosis, kelainan tulang belakang berbentuk huruf C atau S, ditandai dengan salah satu bahu atau pinggul lebih tinggi/menonjol, tubuh condong ke satu sisi, dan nyeri punggung bawah.
Berikut beberapa ciri khas skoliosis:
- Salah satu bahu lebih tinggi daripada yang lain
- Salah satu pinggul lebih menonjol daripada yang lain
- Salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol
- Tubuh condong ke satu sisi
- Tinggi pinggang tidak rata
- Nyeri punggung bawah
- Kaku pada punggung
- Ketegangan otot
Nyeri Tulang Belakang dan Risiko Depresi
“Disabilitas mental sebetulnya tidak berkaitan secara langsung, tapi pada penelitiannya ketika seseorang sakit tulang belakang tiga bulan berturut-turut tidak ada penanganan maka dia ada potensi depresi,” jelas dr. Nicko usai menjadi pembicara di Liputan6 Update Spesial Healthy Monday di SCTV Tower, Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Depresi dapat muncul karena ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari, penurunan produktivitas, dan rasa percaya diri yang menurun. Oleh karena itu, penanganan segera sangat penting.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika mengalami nyeri tulang belakang yang berkepanjangan. Penanganan dini dapat mencegah komplikasi serius, termasuk depresi.
Advertisement
Cara Mengobati dan Mencegah Nyeri Tulang Belakang
Konsultasi dengan dokter spesialis ortopedi sangat penting untuk diagnosis dan penanganan yang tepat. Jangan menunda pengobatan karena dapat memperparah kondisi.
Penanganan nyeri tulang belakang bervariasi tergantung jenis dan tingkat keparahan kelainan. Terapi fisik, obat-obatan, atau bahkan operasi mungkin diperlukan.
Selain pengobatan, penting untuk menjaga gaya hidup sehat, seperti olahraga teratur, menjaga berat badan ideal, dan postur tubuh yang baik. Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Teknologi Canggih Minimkan Risiko Disabilitas Pasca Operasi Tulang Belakang
“Sekarang angkanya jauh lebih kecil dibandingkan zaman dahulu karena alatnya makin canggih dan modern,” ujar dr. Nicko mengenai angka disabilitas pasca operasi tulang belakang.
Teknologi seperti eagle eye dengan augmented reality membantu meningkatkan presisi pemasangan implan, meminimalkan risiko kerusakan saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
Meskipun teknologi telah maju, tetap penting untuk berkonsultasi dengan dokter yang berpengalaman dan memilih rumah sakit dengan fasilitas yang memadai untuk meminimalkan risiko komplikasi.
Advertisement
