Trauma Penyandang Disabilitas Lebih Kompleks, Butuh Strategi Pemulihan yang Holistik

Penyandang disabilitas lebih rentan terhadap trauma. Berbagai bentuk trauma dapat dialami penyandang disabilitas, mulai dari kekerasan fisik dan seksual hingga emosional seperti perundungan dan diskriminasi.

oleh Tim Disabilitas Diperbarui 19 Mar 2025, 16:57 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2025, 16:16 WIB
Ilustrasi Konsultasi Kesehatan Mental
Ilustrasi konsultasi kesehatan mental. (dok. Unsplash.com/Priscilla Du Preez)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Trauma pada penyandang disabilitas merupakan isu serius yang dampaknya bervariasi tergantung jenis disabilitas, jenis trauma, dan dukungan yang tersedia. Mereka lebih rentan karena keterbatasan komunikasi, akses layanan terbatas, dan potensi isolasi sosial. Pemahaman mendalam tentang trauma ini, termasuk jenis, dampak, serta strategi pemulihan yang tepat, sangat krusial untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan suportif.

Berbagai bentuk trauma dapat dialami penyandang disabilitas, mulai dari kekerasan fisik dan seksual hingga emosional seperti perundungan dan diskriminasi. Bencana alam juga meningkatkan risiko trauma karena kesulitan evakuasi dan akses bantuan. Kekerasan seksual pada anak perempuan penyandang disabilitas merupakan masalah yang sangat memprihatinkan, mengingat mereka sering menjadi target yang mudah.

Dampak trauma pada penyandang disabilitas sangat luas, meliputi dampak psikologis seperti depresi, kecemasan, PTSD, dan gangguan sosial; dampak fisik seperti cedera dan dampak stres kronis; serta dampak sosial berupa isolasi dan stigma. Pemulihan membutuhkan pendekatan holistik dan sensitif, mempertimbangkan jenis disabilitas dan kebutuhan individu. Dukungan sistem yang kuat sangat penting dalam proses penyembuhan.

Promosi 1

Memahami Trauma pada Penyandang Disabilitas

Penyandang disabilitas menghadapi berbagai tantangan yang meningkatkan kerentanan mereka terhadap trauma. Keterbatasan akses terhadap informasi, layanan kesehatan, dan dukungan sosial memperparah situasi. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang kebutuhan khusus mereka juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan.

Jenis trauma yang dialami pun beragam, mulai dari kekerasan fisik dan seksual hingga diskriminasi dan perundungan. Bencana alam juga dapat menimbulkan trauma yang signifikan, mengingat kesulitan dalam evakuasi dan akses terhadap bantuan darurat. Anak perempuan penyandang disabilitas, khususnya, seringkali menjadi target utama kekerasan seksual.

Dampak trauma ini sangat kompleks dan bervariasi. Selain dampak psikologis seperti depresi dan PTSD, ada juga dampak fisik seperti cedera dan dampak stres kronis. Isolasi sosial dan stigma sosial juga memperburuk kondisi mereka. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik dan komprehensif dalam menangani trauma pada penyandang disabilitas.

Dampak Trauma: Psikologis, Fisik, dan Sosial

Dampak psikologis trauma pada penyandang disabilitas bisa sangat signifikan. Depresi, kecemasan, dan PTSD adalah kondisi yang sering muncul. Rendah diri, kesulitan bersosialisasi, dan perubahan suasana hati yang cepat juga umum terjadi. Dalam beberapa kasus, trauma dapat memicu keinginan untuk bunuh diri.

Selain dampak psikologis, trauma juga dapat menimbulkan dampak fisik. Cedera fisik akibat kekerasan adalah salah satu contohnya. Dampak fisik dari stres kronis, seperti masalah kesehatan jantung atau sistem imun yang lemah, juga perlu diperhatikan. Kondisi ini tentu saja memperumit proses pemulihan.

Dampak sosial trauma juga sangat nyata. Isolasi sosial, kesulitan berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan stigma sosial dapat membuat penyandang disabilitas merasa terasing dan terisolasi. Dukungan sosial yang kuat dari keluarga, teman, dan komunitas sangat penting untuk mengatasi dampak sosial ini.

Cara Keluar dari Trauma: Strategi Pemulihan yang Holistik

Pemulihan trauma pada penyandang disabilitas membutuhkan pendekatan yang holistik dan sensitif. "Jadi yang pertama kita harus pahami terlebih dahulu bahwa tujuan dari setiap pemulihan trauma itu bukan melupakan kejadian. Tapi kalau ada luka, gimana caranya agar luka itu kering, kalaupun masih ada bekasnya tapi kalau dipencet udah enggak sakit lagi." Kata Noridha Weningsari, Koordinator Pelayanan Psikologis UPT P2TP2A Provinsi DKI Jakarta.

Ventilasi emosi sangat penting. "Dalam proses pemulihan trauma perlu ada aktivitas yang kita sebut sebagai ventilasi seperti pintu dan jendela. Kita membantu mereka mengeluarkan emosi-emosi yang mereka rasakan, emosi-emosi negatif yang berkaitan dengan kejadian." Metode ini harus disesuaikan dengan jenis disabilitas, misalnya melalui seni visual untuk penyandang disabilitas rungu wicara, atau bercerita untuk penyandang disabilitas netra.

Terapi juga berperan penting. Terapi perilaku kognitif (CBT), terapi yang berfokus pada trauma, dan terapi ekspresif dapat efektif. Terapi bermain juga bermanfaat bagi anak-anak. Dukungan sosial dari keluarga, teman, dan komunitas sangat krusial. Akses mudah terhadap layanan kesehatan mental dan dukungan sosial juga sangat penting.

Pencegahan dan Dukungan Sistem

Pencegahan kekerasan dan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas sangat penting untuk mengurangi risiko trauma. Edukasi masyarakat, peningkatan kesadaran hukum, dan penegakan hukum yang efektif sangat diperlukan. Peran media juga sangat penting dalam meningkatkan kesadaran publik.

Selain pencegahan, dukungan sistem yang kuat juga sangat penting. Aksesibilitas yang baik terhadap layanan kesehatan mental dan dukungan sosial yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus penyandang disabilitas harus dijamin. Pelatihan bagi tenaga profesional yang menangani penyandang disabilitas juga sangat penting.

Keterlibatan keluarga dan komunitas sangat krusial dalam menciptakan lingkungan yang suportif dan aman. Komunikasi yang efektif dan empati sangat penting dalam memberikan dukungan dan perawatan. Setiap individu penyandang disabilitas unik, sehingga pendekatan pemulihan harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik mereka.

Peran Keluarga dan Komunitas dalam Pemulihan

Keluarga memiliki peran penting dalam mendukung penyandang disabilitas yang mengalami trauma. Mereka dapat memberikan rasa aman, kasih sayang, dan dukungan emosional yang dibutuhkan. Kehadiran keluarga yang suportif dapat mempercepat proses pemulihan.

Komunitas juga memiliki peran yang tak kalah penting. Komunitas yang inklusif dan suportif dapat memberikan rasa kebersamaan dan mengurangi isolasi sosial yang seringkali dialami oleh penyandang disabilitas yang mengalami trauma. Dukungan dari teman sebaya juga sangat berharga.

Penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi penyandang disabilitas. Hal ini dapat dilakukan melalui edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya kesetaraan dan penghormatan terhadap hak-hak penyandang disabilitas. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang inklusif dan suportif bagi mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya