Liputan6.com, Jakarta Polio, atau poliomielitis, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus poliovirus. Penyakit ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, bahkan kematian. Meskipun Indonesia telah tersertifikasi eliminasi polio pada 2014, kewaspadaan tetap diperlukan karena virus ini masih mengintai, terutama di daerah dengan sanitasi buruk dan cakupan imunisasi rendah.Â
Virus polio masuk ke tubuh melalui mulut, biasanya lewat makanan atau air yang terkontaminasi feses penderita. Setelah berkembang biak di usus, virus dapat menyerang sistem saraf, menyebabkan berbagai gejala, mulai dari yang ringan seperti demam hingga kelumpuhan permanen. Dokter spesialis anak di RS EMC Cikarang, Ramadianty, menekankan bahwa "Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen dan mengakibatkan pasien kehilangan kemampuan untuk bergerak. Meskipun gejala awalnya mirip flu, dampak polio bisa sangat serius, bahkan mengancam jiwa jika otot pernapasan terpengaruh."Â
Advertisement
Baca Juga
Sebagian besar kasus polio menyerang anak di bawah lima tahun. Namun, siapa pun bisa terkena jika tidak terlindungi vaksin. Oleh karena itu, vaksinasi menjadi kunci utama pencegahan. Selain vaksinasi, menjaga kebersihan lingkungan dan sanitasi yang baik juga sangat penting untuk mencegah penyebaran virus.Â
Advertisement
Penemuan Virus Polio
Penyakit polio telah diteliti sejak tahun 1840-an oleh Michael Underwood. Virus ini menyerang sel-sel saraf motorik di sumsum tulang belakang. Poliovirus, penyebab polio, termasuk dalam kelompok enterovirus dan menyebar melalui rute fekal-oral.
Virus bereplikasi di saluran pencernaan, lalu menyerang sistem saraf. Gejala bervariasi, tergantung jenis polio. Pemahaman sejarah polio penting untuk menghargai keberhasilan eliminasi di Indonesia dan pentingnya kewaspadaan.
Meskipun Indonesia telah mencapai eliminasi polio, sejarah penyakit ini mengingatkan kita akan pentingnya imunisasi dan sanitasi yang baik untuk mencegah kembalinya wabah.
Advertisement
Prevalensi Polio di Indonesia
Indonesia telah berhasil mencapai sertifikasi eliminasi polio pada tahun 2014. Pencapaian ini merupakan hasil dari program imunisasi nasional yang masif dan konsisten.
Namun, risiko munculnya kembali kasus polio masih ada. Kewaspadaan dan pengawasan yang ketat tetap diperlukan untuk mempertahankan status bebas polio di Indonesia. Imunisasi rutin dan sanitasi yang baik terus menjadi kunci.
Berdasarkan rilis 19 Juli 2024, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI masih menerima laporan terkait Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat virus Polio di sejumlah wilayah di Indonesia. Sebanyak 32 Provinsi dan 399 kabupaten/kota di Indonesia masuk dalam kategori risiko tinggi polio.
Sejak 2022 hingga 2024, telah dilaporkan sebanyak total 12 kasus kelumpuhan, dengan 11 kasus yang disebabkan oleh virus polio tipe 2 dan satu kasus diakibatkan oleh virus polio tipe 1. Kasus-kasus ini tersebar di 8 provinsi di Indonesia, yaitu Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Banten.Â
Pemantauan kasus dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya kembali polio di Indonesia. Kerja sama antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat sangat krusial.
Bahaya Polio
Polio dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki, bahkan kematian jika otot pernapasan terpengaruh. Gejala awal seringkali mirip flu, sehingga seringkali terlambat dideteksi.
Polio memiliki dua jenis: polio non-paralisis (gejala ringan seperti demam, sakit kepala, nyeri otot) dan polio paralisis (kelumpuhan permanen). Polio paralisis dapat terjadi dengan cepat, bahkan dalam hitungan jam.
Dampak polio bersifat jangka panjang dan dapat menyebabkan disabilitas fisik permanen. Oleh karena itu, pencegahan melalui vaksinasi sangat penting untuk menghindari risiko yang serius ini. "Meskipun gejala awalnya mirip flu, dampak polio bisa sangat serius," kata Ramadianty.
Advertisement
Cara Pencegahan Polio
Vaksinasi adalah satu-satunya cara efektif mencegah polio. Tersedia dua jenis vaksin: vaksin oral polio (OPV) dan vaksin polio inaktif (IPV).
Vaksinasi rutin pada anak-anak sangat penting untuk menciptakan kekebalan kelompok. Selain vaksinasi, menjaga kebersihan lingkungan dan sanitasi yang baik juga berperan penting dalam mencegah penyebaran virus.
"Vaksinasi merupakan metode paling ampuh untuk mencegah polio. Baik vaksin polio inaktif (IPV) maupun vaksin polio oral (OPV) telah terbukti berhasil menurunkan jumlah kasus infeksi di seluruh dunia," jelas Ramadianty. IPV disuntikkan, sedangkan OPV diminum.
Cara Pengobatan Polio
Sayangnya, tidak ada obat untuk menyembuhkan polio. Pengobatan berfokus pada meredakan gejala dan mencegah komplikasi.
Perawatan meliputi pemberian obat pereda nyeri, fisioterapi untuk memulihkan fungsi otot, dan dukungan pernapasan jika diperlukan. Kompres hangat dapat membantu meredakan nyeri otot.
Fisioterapi berperan penting dalam rehabilitasi pasien polio untuk mengembalikan fungsi motorik dan meningkatkan kualitas hidup. Meskipun demikian, pencegahan melalui vaksinasi tetap menjadi cara paling efektif.
Advertisement
