Fesyen di Tangan Hian Tjen, Dagang dan Kreasi Seimbang

Keseimbangan antara dagang dan berkreasi adalah fesyen di mata desainer Hian Tjen

oleh Bio In God Bless diperbarui 26 Agu 2015, 06:35 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2015, 06:35 WIB
Wawancara Hian Tjen 0815 4
Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta Desainer muda Indonesia, Hian Tjen, sudah lebih dahulu dikenal sebagai perancang busana pernikahan. Seiring dengan diselenggarakannya fashion show tunggal perdananya pada Rabu 19 Agustus 2015, Hian yang lulusan ESMOD Jakarta ini kokoh menancapkan identitasnya sebagai desainer adibusana Indonesia.

Apa yang sesungguhnya menjadi harapan pria kelahiran Pemangkat Kalimantan Barat pada tahu 1985 itu dalam karirnya sebagai desainer fesyen? Dan bagaimana cerita Hian memasuki dunia mode?

Berikut ini adalah hasil wawancara Liputan6.com dengan Hian Tjen di butiknya yang berlokasi di daerah Pluit, Jakarta.



Apa yang membuat Anda berkarir sebagai fashion designer?
Aku suka fesyen sejak SD. Meski bukan tailor, ibu ku dulu suka bikin baju dari sisa-sisa kain. Kain-kain itu juga aku pakai untuk buat baju-baju boneka kakak ku.

Semakin besar semakin terlihat bahwa aku bisa mengerjakan hal-hal berbau fesyen secara lebih baik dari teman-teman, misalnya mix and match busana.

Oleh karena itu, setelah lulus SMA aku pilih melanjutkan pendidikan di bidang fesyen. Bersykur orangtua tidak mempermasalahkan dan mendukung.

Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com

Bagaimana kelanjutannya?
Lulus dari Esmod Jakarta tahun 2003, masuk tahun 2002, aku direkrut oleh perusahaan garmen. Setelah bekerja di 2 perusahaan selama 5 tahun, aku memutuskan untuk membuat label sendiri, yaitu pada tahun 2008.

Dengan melihat pencapaian dalam memenangkan lomba-lomba ditambah dengan dukungan teman-teman, aku percaya diri untuk meluncurukan label sendiri. Meskipun pada saat itu sebenarnya orangtua tidak terlalu setuju.

Salam satu kontes yang aku ikut adalah Lomba Perancang Mode 2007 dan menjadi juara favorit. Aku membangun label ku dari nol, mulai dari memasarkan rancangan dari rumah ke rumah.

Mengapa fokus di evening gown dan bridal?
Aku fokus di bridal dan evening gown karena memang itu yang banyak diminta oleh klien. Yang aku alami, 80% konsumen datang untuk membuat keperluan pernikahan, baik itu busana pesta ataupun busana pernikahan itu sendiri. Memang harus seimbang antara berjualan dan berkreasi membuat karya-karya sesuai imajinasi seutuhnya yang mungkin tak bisa menghasilkan pendapatan.

Karakter Rancangan dan Pandangan Mengenai Dunia Bridal dan Evening Gown Indonesia

Karakter Rancangan dan Pandangan Mengenai Dunia Bridal dan Evening Gown Indonesia

 

Bagaimana karakter busana rancangan Hian Tjen?
Cutting busana ku simple tapi dengan detil yang rumit. Untuk karakter, rancangan-rancangan ku itu cantik, feminin, dan seksi. Tiap busana yang aku bikin selalu berisi karakter itu.

Menurut Anda, seperti apa kondisi dunia bridal dan evening gown di Indonesia?
Desainer wedding gown dan evening gown di Indonesia ada banyak. Sebagian, terutama yang senior seperti Sebastian Gunawan, Biyan, sudah memiliki garis khas. Aku sedang mencari garis aku, garis yang jika ditunjukkan ke masyarakat langsung dapat dikatakan bahwa itu garis Hian.

Menurut Aku dunia bridal dan evening gown di Indonesia itu mampu bersaing dengan negara-negara lain. Bahkan kita bisa mengerjakan hal-hal detil yang sangat rumit. Hanya saja kurang mendapat exposure.

Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com

Menurut Anda membuat koleksi dengan siluet yang mengulang-ngulang itu membosankan?
Ambil contoh Elie Saab. Rancangan-rancangan Elie Saab dari tahun ke tahun bisa dibilang hanya ganti bahan dengan siluet yang sama.

Tapi semua orang terpukau. Memang ada juga sebagian orang yang melihat merasa bosan. Apa yang ia lakukan merupakan salah satu cara untuk menunjukkan karakternya.

Akan tetapi saya juga berpikir bahwa menghadirkan sesuatu yang berbeda dalam sebuah koleksi itu hal yang penting.

Dalam realita, apa memang evening gown atau wedding dress berdesain `ajaib` itu tak bisa digunakan?
Sesungguhnya mungkin saja busana-busana itu didesain edgy tapi jarang konsumen yang mau mengenakan busana seperti itu. Apalagi untuk urusan wedding. Lebih banyak konsumen di Indonesia yang ingin tampil cantik di momen seperti itu.

Tapi sebagian kecil ada yang berani tampil beda. Itu mungkin karena sudah sejak lama mereka menjadikan fesyen sebagai bagian keseharian. Memang pernah ada yang seperti itu, yang meminta dibuatkan sesuatu yang edgy.

Tentang Fashion Show Tunggal Perdana dan Harapan Karir

Tentang Fashion Show Tunggal Perdana dan Harapan Karir

 

Apa inspirasi dari fashion show tunggal perdana yang baru saja diselenggarakan?
Show tunggal perdana aku berjudul `Chateau Fleur` yang berarti kastil bunga. Aku mengambil inspirasi dari fairytale yang mengisahkan baik dan jahat.

Yang ditekankan adalah bahwa dalam diri seorang yang baik terdapat sisi kejahatan dan sebaliknya di dalam diri orang jahat juga ada sisi kebaikan.

Sisi kejahatan dilambangkan dengan warna hitam dan merah sedangkan sisi kebaikan dilambangkan dengan warna-warna soft. Ini adalah kyahalan aku tentang dunia dongeng.

Harapan karir ke depan?
Aku berharap bisa lebih dikenal dalam dunia fesyen dan aku juga berharap karakter desain aku bisa disukai banyak orang.

Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com

 

(bio/igw)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya