Liputan6.com, Jakarta Jika kini kebaya identik dengan busana nasional yang digunakan saat acara formal seperti pernikahan atau acara kenegaraan, zaman dahulu, kebaya dan kainnya merupakan busana yang dipakai sehari-hari, seperti pasangan abadi t-shirt dan jins.
Busana nasional tersebut semakin populer dan mendunia ketika Ibu Negara Fatmawati menemani lawatan Presiden Soekarno ke Filipina tahun 1965. Dengan kebaya dan kainnya, Ibu Fatmawati menjadi sorotan sekaligus buah bibir para undangan.
Advertisement
Advertisement
Ya, kain dan kebaya memang benar-benar membuat penampilan seorang wanita menjadi feminin. Lekuk tubuh kaum hawa terbentuk sempurna yang membuat si pemakai merasa menjadi wanita seutuhnya. Sampai tahun 60-an, kebaya bertahan dengan bentuk aslinya, panjang sepinggul dengan gaya bukaan sampai perut.
Kecintaan Soekarno dengan kebaya juga sempat diabadikan dalam sebuah lukisan. Salah satu lukisan karyanya adalah sosok bernama Rini yang dipercaya diambil dari nama Sarinah. Sarinah adalah nama dari pengasuh Soekarno semasa kecil.
Lukisan tersebut memperlihatkan seorang wanita yang sedang bersimpuh dengan kebaya berpotongan leher V dengan bukaan sampai perut. Kebaya hijau tanpa motif tersebut dipadukan dengan kain batik kombinasi cokelat tua dan cokelat muda.
Untuk diketahui, Sarinah bagi Soekarno bukan hanya sebagai pengasuh saja. Lebih dari itu, Sarniah menanamkan rasa kasih dan cinta pada sesama. “Karno, pertama engkau harus mencintai ibumu. Kemudian, kamu harus mencintai rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia umumnya.” kata Sarinah seperti dikutip dalam buku karya Cindy Adams.
Kebaya Para Istri Soekarno
Rasa cinta pada kebaya juga diturunkan Soekarno pada semua istrinya. Salah satunya Hartini. Istri keempat Soekarno (setelah Utari, Inggit Garnasih, dan Fatmawati), Hartini disebutkan terinspirasi gaya kebaya sederhana dari cerita yang disampaikan Soekarno tentang gambaran kebaya ala Sarinah.
Dalam sebuah foto yang memperlihatkan adegan dansa lenso, Hartini memakai kebaya sederhana model kutu baru bercorak dengan kerah segi empat berpenutup hanya sampai perut. Bagian yang tidak tertutupi, dilapisi dengan stagen hitam. Sepertinya kebaya tak menghalangi gerakan dinamisnya menari sampai posisi jongkok. Meski tamu yang menonton dan melihatnya menari dengan Soekarno memilih dress atau baju kurung.
Konon model kebaya dengan bentuk asli, yakni panjang sepinggul seperti kebaya kartini tampil dengan bukan depan berenda hanya bertahan hingga awal tahun 70-an. Setelahnya, kebaya tampil dengan berbagai modifikasi dari semua sisi. Apakah Anda punya model kebaya asli seperti Sarinah? (Nad/Igw)
Advertisement