Indahnya Kain Tenun Nusantara di Panggung Megah JFFF 2016

Indahnya kain tenun nusantara yang mengandung unsur tradisi Jawa dipamerkan pada pagelaran Jakarta Fashion and Food Festival 2016.

oleh Meita Fajriana diperbarui 09 Mei 2016, 19:30 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2016, 19:30 WIB
Tenun JFFF 2016
Parade tenun yang mengandung unsur tradisi Jawa pada pagelaran Jakarta Fashion and Food Festival 2016.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia dikenal kaya akan seni dan budaya, salah satunya terlihat pada kerajinan tenun. Peduli akan perkembangan tenun di tanah air, Cita Tenun Indonesia (CTI) kembali menampilkan pagelaran busana tenun Indonesia karya beberapa perancang mode kenamaan Indonesia pada pagelaran akbar Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) ke-13 akhir pekan lalu di Hotel Harris, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ini merupakan kali keenam CTI menyelenggarakan pagelaran mode serupa di JFFF.

Kali ini CTI mempersembahkan pameran bertajuk Jalinan Lungsi Pakan. Pada acara megah ini ditampilkan 2 sentra di antaranya, Jawa Tengah bagian Utara dan bagian Selatan. CTI dan JFFF juga memberi kesempatan bagi pemenang dari Next Young Promising Designer (NYPD) untuk mengembangkan kreativitasnya, dengan tampil bersama desainer kenamaan Indonesia.

Kain Tenun JFFF 2016

Para perancang mode yang ikut dalam peragaan mode CTI di antaranya Chossy Latu yang mempersembahkan tenun dari Jawa Tengah bagian Selatan dengan koleksi bertema Look’at yang mengusung tenun ikat. Ada juga Itang Yunasz yang menghadirkan tenun Garut bertemakan Alliance from West, dan Tri Handoko yang memakai tenun Sulawesi Tenggara dengan tema Guerrilas.

Selain itu Lanny Hewijanto, pemenang NYPD 2015 mengkolaborasikan tenun Endek Bali dengan detil geometris bertema Geometric Mash-Up. Lain lagi dengan Felisa Aprilia, pemenang NYPD 2014 akan mengangkat tema Radical Rustic menggunakan kain tenun Baduy yang dihadirkan dalam bentuk busana modern.

“Seutas benang panjang tidak akan memiliki makna khusus jika dibiarkan sendirian. Tetapi jika benang tersebut disusun lurus secara vertikal (lungsi) dan sebagian lainnya disusun lurus secara horizontal (pakan) kemudian dijalin dengan teknik khusus menggunakan alat tenun melalui sentuhan para perajin, maka ‘jalinan lungsi pakan’ ini akan menjadi lembaran cita tenun yang mencerminkan banyak hal. Cinta, semangat, kesabaran, ketekunan, bahkan nilai sejarah dan estetika terkandung di dalam selembar kain tenun,” ungkap Ibu Okke Hatta Rajasa, Ketua Perkumpulan CTI.

Pagelaran CTI bertujuan agar masyarakat lebih mengenal keindahan kain tenun nusantara. Bukan hanya sebagai bagian dari budaya bangsa yang bernilai, tetapi juga merupakan salah satu elemen penting dari industri mode saat ini. Seperti yang ditampilkan oleh para perancang mode ternama Indonesia. 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya