Bukan Sekadar Fashion, Batik Punya Filosofi dan Makna Spiritual

Kain batik sebagai warisan budaya bangsa bukan hanya sekadar sandang, mengingat dalam batik terdapat filosofi mendalam tentang nilai-nilai.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 22 Okt 2016, 19:28 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2016, 19:28 WIB
the spectrum of batik
Kain batik sebagai warisan budaya bangsa bukan hanya sekadar sandang, mengingat dalam batik terdapat filosofi mendalam tentang nilai-nilai.

Liputan6.com, Jakarta Kain batik sebagai warisan budaya bangsa bukan hanya sekadar sandang, mengingat dalam batik terdapat filosofi mendalam tentang nilai-nilai. Hal tersebut setidaknya diungkapkan Era Soekamto, perwakilan dari Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) saat bincang-bincang tentang batik di acara The Spectrum of Batik yang digelar di Senayan City, Sabtu (22/10/2016).

“Perkembangan batik di dunia fashion saat ini sudah cukup bagus, hanya saja masih banyak orang yang mengenakan batik tanpa tahu makna filosofi apa yang terkandung di dalam batik yang dikenakan,” ungkap Era.

Di acara pameran batik yang menampilkan 23 karya desainer ini, Era juga mengatakan, batik memiliki filosofi yang mendalam dan erat kaitannya dengan unsur-unsur spiritualisme.

“Batik itu kan babat dan titik, dia punya subliminal messages, punya pesan tersendiri. Misal motif Parang, itu berasal dari filosofi Panembahan Senopati saat melihat karang yang hancur karena titik air. Jadi dia dapat inspirasi dari itu, makanya motifnya harus diagonal,” kata Era.

Batik memang bukan hanya perkara fashion, seni tradisi ini selalu menggambarkan setiap tahapan dalam daur hidup manusia dan kedekatannya dengan Tuhan. Filosofi dalam pola batik merupakan harapan dan doa-doa yang menyebabkan batik selalu dihadirkan dalam berbagai upacara adat masyarakat Jawa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya