Ali Charisma Gandeng Desainer Muda di Hari Terakhir JFW 2018

Berikut aksi Ali Charisma bersama anak didiknya para desainer muda menghadirkan peragaan busana di JFW 2018.

oleh Meita Fajriana diperbarui 30 Okt 2017, 20:15 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2017, 20:15 WIB
Ali Charisma jadi mentor pada Jakarta Fashion Week 2018
Berikut aksi Ali Charisma bersama anak didiknya para desainer muda menghadirkan peragaan busana di JFW 2018. (Foto: Dok.IFC)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu institusi pendidikan fashion di Indonesia Istituto di Moda Burgo Indonesia kembali berpartisipasi dalam perhelatan Jakarta Fashion Week 2018. Dalam pagelaran busananya, institusi ini menggandeng desainer kenamaan Indonesia, Ali Charisma. Kolaborasi ini Ali memberikan mentorship atau pembekalan khusus selama empat bulan bagi enam siswa-siswi terbaiknya yang akan memamerkan koleksi terbaru mereka pada hari terakhir Jakarta Fashion Week 2018, Jumat (27/10/2017).

Ali Charisma menjadi sosok tepat dan dipercaya untuk membagikan visi, misi, dan pengalamannya selama lebih dari 15 tahun di industri retail dalam maupun luar negeri. Sang mentor Ali Charisma membuka fashion show dengan koleksi busana wanita bertajuk E-Motion. Inspirasi Ali Charisma berangkat dari wanita urban masa kini yang tak jarang lupa akan hal-hal kecil yang bersifat feminin, sehingga beliau menawarkan busana yang bersifat menyeimbangkan teknologi dan feminitas.

Koleksi ini memadankan tulle dan lace bersama material kulit. Busana-busana berpotongan A-line dan H-line ditampilkan dalam warna dusty pink, biru, abu-abu dan ungu. Kemudian hadir juga pada Jakarta Fashion Week 2018 enam label dari siswa didikannya yaitu Raegitazoro, Padi, Kyra, Jwh, Jumpanona, dan Julianto.

Label Raegitazoro mengangkat budaya Sisingaan melalui koleksi Re-belliouZ. Sang desainer Raegita Zoro menceritakan simbol perjuangan masyarakat Sunda khususnya Subang terhadap penguasa perkebunan jaman Inggris dan Belanda. Moleksi sporty ini dilengkapi dengan detail-detail bernafaskan punk seperti rantai dan spike studs.

Kemudian pagelaran busana selanjutnya merupakan kolaborasi dari dua siswa Eleska Paradis melalui label Padi dan label tas tangan berbahan material eksotis, Kyra. koleksi yang dihadirkan bertajuk Not so Gamine dari Padi. Eleska Paradis menggunakan warna-warna vibrant dan aplikasi tekstur kawung pada rangkaian busana berkekuatan struktural.

Sedangkan Kyra menawarkan koleksi tas tangan multifungsi yang terinspirasi dari kemewahan wanita aristokrat era Renaissance. Koleksi untuk Jakarta Fashion Week 2018 ini menggunakan material kulit eksotis dengan berbagai teknik pewarnaan khusus sehingga tercipta gradasi warna agar terkesan multidimensional.

 

 

Desainer muda setelah dimentor Ali Charisma

Label semi-couture Jwh melanjutkan parade busana dengan koleksi The Empress. Melalui visi sang desainer Jessica Welia Halim, imaji akan sosok Ratu Victoria yang terkenal kuat dan berani pada masa pemerintahannya. Koleksi ini menggunakan kain songket Palembang. Kesan misterius namun elegan tertuang dalam detail keemasan yang melengkapi rangkaian gaun malam berpalet gelap.

Untuk koleksi perdananya Rajah, desainer Rilya Krisnawati melalui label perhiasan Jumpanona membawa budaya Dayak dari Malinau, Kalimantan ke atas panggung Jakarta Fashion Week 2018. Rajah yang merupakan seni tato Dayak diintepretasikan dalam eksplorasi bentuk dan tekstur logam kuningan bersenyawa etnik namun tidak terkesan tua.

Terakhir Julianto menutup rangkaian acara dengan koleksi Embrace yang terinspirasi dari kelembutan nan misterius pegunungan Bromo. Aneka busana pesta hingga gaun malam beraksen payet yang teksturnya menyerupai struktur kabut hingga retakan gunung digagaskan melalui penggunaan kain ringan dengan palet warna-warna pastel.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya